Diam-diam cemburu

Justin lebih dulu datang sampai rumah, tapi Ratu yang pulang lebih dulu belum juga datang. Padahal Ratu pulang diantar oleh Zaki pakai motor.

"Tuh, cewek pergi kemana dulu sih," gerutu Justin, sambil melirik jam di dinding.

"Bodo, ah! Ngapain juga aku mikirin dia. Terserah dia mau kemana dan sama siapa bukan urusanku."

Meski mulutnya berkata bodo amat, tapi beda dengan dihati dan pikirannya. Lagi-lagi Justin melangkah ke arah balkon, untuk memastikan kalau Ratu pulang.

"Ih...! Kenapa sih sama aku! ngapain juga aku menunggu dia pulang." Kesalnya pada diri sendiri, karena dirinya terus saja menunggu Ratu pulang.

Justin akan kembali masuk, tapi kedua bola matanya menangkap Ratu yang baru turun dari motornya Zaki. Justin menatap kesal, saat Ratu tertawa bersama Zaki. Rasanya Justin ingin menyeret Ratu masuk. Justin juga tidak suka melihat Ratu begitu akrab dengan Zaki.

Ratu melambaikan tangannya kepada Zaki, setelah itu Ratu melangkah masuk dengan wajah yang ceria.

Saat Ratu membuka pintu kamarnya, Justin menatapnya horor. Seolah siap menerkam Ratu.

"Kenapa baru pulang?!" sentak Justin.

"Oh... Tadi tuh Zaki ngajakin aku makan di tempat langganannya. Kamu tahu nggak, makanan di sana enak banget," terang Ratu dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

"O ya... Zaki juga orangnya asik. Enak di ajak ngobrolnya dan juga nggak ngebosenin. Nggak kayak kamu," tukas Ratu, menceritakan bagaimana Zaki itu.

"Jangan samakan aku sama dia. Jelas aku sama dia orang yang berbeda," timpal Justin, yang sebenarnya tidak suka di bandingkan dengan orang lain.

"Tapi aku lebih suka Zaki, tapi karena kamu suamiku, aku harus tetap mengatakan kamu tetap tidak asik." Dan Ratu tertawa kecil, sembari melangkah masuk ke kamar mandi.

"Ck... Apanya yang asik sama tuh cowok," cibir Justin.

***

Hari-hari berikutnya, Ratu semakin akrab dengan Zaki. Hampir setiap pulang kerja, Zaki mengantarkan Ratu pulang dan selama itu, Ratu tidak mengatakan kalau dirinya adalah istrinya Justin.

Ratu, mengatakan kalau dirinya anak pembantu di rumah itu. Ratu juga tidak memberitahu kalau rumah itu rumahnya Justin dan Zaki pun percaya saja.

Hari ini Zaki mengajak Ratu makan siang di restoran yang tidak jauh dari kantor. Mereka berdua sudah tiba di restoran tersebut dan kebetulan Justin juga berada di sana bersama Hadi, karena Justin dan Hadi habis meeting dengan kliennya.

"Ajas, itu bukannya Ratu?" Tunjuk Hadi kepada Ratu. Hadi akan berlaku seperti sahabat bila di luar kerjaan.

Justin pun menoleh kepada Ratu yang tengah makan berdua dengan Zaki.

"Memang dia Ratu," jawab Justin. " Kenapa memangnya?"

"Kelihatannya mereka sangat dekat sekali." Sambung Hadi.

Justin tidak menimpalinya, tapi matanya terus menatap Ratu.

Di meja Ratu.

Ratu begitu sangat menikmati makan siangnya, apalagi tadi Ratu mengepel dua lantai. Saking nikmatnya makan, Ratu tidak sadar ada sebutir nasi menempel di bibirnya.

Tangan Zaki terulur, mengambil nasi yang menempel di bibirnya. Ratu terdiam saat Zaki mengambil nasi di bibirnya. Tanpa jijik, Zaki memakan nasi itu dan tersenyum kepada Ratu.

"Enak," ucap Zaki.

Justin yang melihat itu, membuat hatinya terbakar cemburu. Justin benar-benar tidak suka melihat Zaki mendekati Ratu terus.

Hadi tersenyum menatap Justin yang cemburu. "Sepertinya ada yang terbakar cemburu nih," ledek Hadi.

"Siapa yang cemburu!" Sergah Justin, yang tidak terima dikatain cemburu.

"Oh, kirain kamu cemburu."

"Nggak lah! Ngapain juga aku cemburu sama dia."

Hadi menganggukkan saja, meski Hadi tau kalau Justin itu tengah cemburu. Buktinya kedua bola mata Justin selalu mengarah ke Ratu.

***

Setelah makan siang, Justin langsung kembali ke kantor. Ketika sudah masuk ke ruangannya, Hadi masuk dan langsung duduk di kursi.

"Aku mau laporan," kata Hadi.

"Laporan apaan?" jawab Justin tanpa melihat Hadi, sebab dirinya tengah sibuk dengan laptopnya.

"Soal Ratu."

Justin menghentikan ketikannya di laptop dan menatap Hadi. Saat Justin datang meminta bantuannya, Hadi langsung memerintahkan bawahannya yang pandai menyusut kematian seseorang dan menyelidiki berbagai kasus yang tidak bisa terungkap oleh siapapun.

"Ratu bilang orang tuanya di bunuh dan kakaknya diperkosa, iya kan?" Ucap Hadi dan Justin mengangguk.

"Orang yang telah membunuh orang tua Ratu adalah... Pak Toni. Dialah yang membunuh orang tuanya Ratu dan yang memperkosa kakaknya Ratu adalah anaknya Pak Toni, kalau nggak salah namanya Armi." Ungkap Hadi.

Justin membulatkan matanya mendengar nama kliennya. Justin tak menyangka kalau Pak Toni adalah seorang penjahat.

"Terus."

"Pak Toni sengaja membunuh kedua orang tuanya Ratu demi harta yang dimiliki oleh papanya Ratu. Pak Toni sirik melihat papanya Ratu sukses dalam membangun bisnisnya, sedangkan Pak Toni jatuh miskin. Setelah kematian orang tuanya Ratu, Pak Toni langsung merebut seluruh harta peninggalan orang tuanya Ratu." Lanjut Hadi menceritakannya.

"Jadi perusahaan yang bekerjasama dengan kita, itu milik orang tuanya Ratu?" Hadi mengangguk, membenarkan pertanyaan Justin.

"Segitu jahatnya Pak Toni. Demi harta dia rela membunuh saudaranya sendiri dan pantas saja Armi tidak membantu Ratu, ternyata dia yang telah memperkosa kakaknya Ratu. Dasar pecundang mereka itu!" Geram Justin.

"Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya Ratu, Pak Ajas mau ngapain?"

"Aku belum tahu, tapi kamu terus mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Pak Toni dan Armi."

"Oke. "

"Satu lagi. Aku baru ingat sama Agus OB. Dia mengenali Ratu dan saat bertemu Ratu di sini, Agus memanggil Ratu, Non. Kamu juga selidiki Agus, siapa tahu dia mengetahuinya."

"Baiklah. Aku akan menyelidiki Agus. Kalau gitu, aku kembali ke ruangan ku."

Hadi pun pamit dan kembali ke ruangannya. Justin terus memikirkan soal kematian orang tuanya Ratu.

"Bagaimana kalau Ratu tau, orang yang telah membunuh orang tuanya adalah Pak Toni, saudaranya sendiri."

Justin menghembuskan nafasnya. Apa perlu dirinya membantu Ratu atau tetap berpura-pura tidak tahu. Apa karena ini, Ratu rela menjadi seorang penari club?.

"Sudahlah, yang terpenting sekarang ini mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Pak Toni. Soal membantu atau tidak itu urusan belakangan."

Sekretaris Mala masuk dan memberitahukan kalau sebentar lagi meeting dengan beberapa karyawan.

Justin segera meninggalkan tempat kerjanya dan melangkah menuju ruang meeting. Justin terkejut melihat Ratu ada di ruang meeting. Bukan Ratu ikut meeting, melainkan menyediakan air minum di setiap kursi.

"Hai, kamu baru ya. Soalnya aku baru lihat kamu," tanya seorang lelaki kepada Ratu.

"Iya, aku memang masih baru," jawab Ratu.

"Boleh kenalan nggak."

"E'hem...." Justin berdehem keras. "Meeting segera di mulai dan kamu cepat keluar dari sini," suruhnya kepada Ratu.

Ratu segera keluar dari ruang meeting dan Justin menatap tajam lelaki itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!