Menemui Nirmala

Ratu saat ini tengah membantu Mama Risti menyiapkan sarapan. Mama Risti sangat senang mempunyai menantu, apalagi melihat Ratu yang cekatan membantunya menyiapkan sarapan. Mama Risti berharap, semoga pernikahan Justin dan Ratu baik-baik saja, juga berharap Justin mencintai Ratu.

Justin tiba di meja makan dan segera duduk. Saat akan mengambil nasi goreng, Ratu lebih dulu mengambilkannya untuknya.

"Aku bisa ambil sendiri," ketus Justin, yang tak mau dilayani oleh Ratu.

"Aku tahu, tapi aku ini adalah istri kamu dan aku punya kewajiban melayani kamu," balas Ratu santai.

Justin mendengus mendengar jawaban Ratu. Mama Risti tersenyum melihat Ratu yang berani dan tidak mudah di tindas, seperti sinetron ikan terbang yang sering ditontonnya.

Justin segera sarapan dan saat kunyahan pertama, rasa nasi goreng berasa berbeda dari biasanya. Nasi goreng kali ini terasa sangat enak di lidahnya dan pas, menurut Justin.

"Kenapa berhenti makannya?" Tanya Mama Risti.

"Enak. Nasi gorengnya enak. Apa ini buatan Mama?" Puji Justin.

"Bukan. Itu buatan Ratu," jawab Mama Risti.

Mendengar jawaban Mamanya, Justin langsung tersedak. Ratu buru-buru memberikan minum ke Justin.

"Pelan-pelan makannya. Aku nggak bakal minta jatah nasi goreng kamu kok," ucap Ratu seraya menepuk pelan punggung Justin.

"Nasi gorengnya nggak enak. Rasanya eneg dan juga asin," ucap Justin sekenanya.

"O ya... Terus tadi yang mengatakan enak siapa?" Balas Ratu.

"Tadi salah ucap. Lidahku keseleo," elaknya.

"Ck, dasar." Cibir Ratu.

"Aku berangkat dulu, Ma," pamit Justin dan bersiap berangkat ke kantor.

Ratu yang akan kembali sarapan, meletakkan lagi sendoknya dan segera mengantar Justin ke depan.

"Ma, aku antar Justin ke depan," tutur Ratu dan di angguki oleh Mama Risti.

Ratu segera menyusul langkah Justin." Tunggu!" Teriak Ratu, menghentikan langkah Justin yang akan segera menaiki mobilnya.

"Apa?!" Sengit Justin.

"Aku minta uang. Jatah buat istri," ucap Ratu sembari mengadahkan telapak tangannya.

Justin mendengus. Belum sehari menjadi istrinya, Ratu sudah berani meminta uang kepadanya. Dengan terpaksa Justin mengambil dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang pecahan seratus ribuan.

Mata Ratu langsung ijo melihat uang yang di keluarkan dari dompet Justin. Ratu tersenyum senang melihat Justin menghitung uang sebanyak sepuluh lembar, tapi ternyata itu hanya angannya saja dan senyum Ratu memudar saat Justin meletakkan uang di tangannya.

"Nih, jatah kamu untuk dua hari," ucap Justin meletakkan uang dua puluh ribu.

Ratu meremas uang tersebut dengan tatapan sengit, setelah itu Ratu melemparkan uang yang sudah menggumpal ke wajah Justin.

"Dasar pelit. Orang pelit kuburannya sempit!" Marah Ratu.

Bukan Ratu namanya, jika apa yang diinginkannya tidak terpenuhi. Ratu maju mendekati Justin dan menarik tengkuk Justin. Dilumatnya bibir tebal Justin.

Justin melebarkan kedua bola matanya, terkejut dengan apa yang Ratu lakukan. Ini kedua kalinya Ratu menciumnya dan sama seperti semalam. Tubuhnya tiba-tiba terasa kaku untuk bergerak.

Mama Risti yang akan pergi ke butik, tertegun melihat Justin dan Ratu tengah berciuman. Senyum Mama Risti langsung terkembang lebar.

"Uuuhh... Manisnya," gumam Mama Risti seraya meletakan kedua telapak tangannya di kedua pipinya.

Mereka yang berciuman, tapi Mama Risti yang tersipu malu.

"Aku nggak mau melihat kelanjutannya," ucap Mama Risti lagi dan berputar kembali ke dalam.

Ratu menghentikan ciumannya dan menatap wajah Justin.

"Mana uang jatah untuk istri barumu ini," bisik Ratu.

Justin memalingkan wajahnya seraya membuka kembali dompetnya dan memberikan uang sebanyak sepuluh lembar ke tangan Ratu. Entah kenapa ciuman Ratu seperti menghipnotis dirinya.

"Gitu, dong. Jangan pelit sama istri. Semangat ya cari uangnya, ingat sekarang kamu sudah punya istri," ucap Ratu, sembari merapikan jas Justin.

Justin lalu segera masuk ke dalam mobil dan segera menjalankan mobilnya. Ratu melambaikan tangannya kepada Justin, dengan senyum tersungging di bibirnya.

"Lumayan...." Ucap Ratu melihat uang satu juta di tangannya.

"Ah! Aku harus segera menemuinya."

Ratu kembali masuk ke dalam rumah dan bersiap-siap pergi ke sesuatu tempat untuk menemui seseorang yang paling di sayanginnya.

Justin menghentikan mobilnya, sesaat keluar dari kompleks perumahannya.

"Sial!" Teriak Justin sembari memukul stir mobil yang tak bersalah.

"Kenapa setiap cewek edan itu menciumku. Tubuhku selalu saja mendadak kaku dan kenapa juga aku selalu menuruti perkataannya, setelah cewek edan itu menciumku." Kesal Justin kepada diri sendiri.

"Sepertinya aku harus bisa bertindak tegas kepada cewek edan itu."

Setelah itu, Justin kembali menjalankan mobilnya.

***

Ratu sudah berada di tempat orang yang akan ditemuinya. Dengan langkah ringan, Ratu menuju ke taman. Senyum Ratu mengembang melihat orang yang paling di sayanginnya. Ratu mempercepat langkahnya dan menghampirinya.

Ratu duduk di sampingnya dan menatapnya lembut, lalu tangan Ratu terulur menyentuh tangannya.

"Hai, kak. Gimana kabar kakak?" Tanya Ratu, tapi yang ditanya diam saja dan menatap kosong ke arah depan.

"Kakak sudah makan belum?" Tanya Ratu lagi.

"Aargh...." Teriak kakaknya Ratu dan meringkuk di kursi sembari menutup wajahnya. Terlihat jelas ketakutan pada diri kakaknya.

Ratu segera memeluk tubuh sang kakak. Mencoba menenangkan sang kakak yang histeris ketakutan.

"Tenang kak... Tenang... Ini Ratu, kak," ucap Ratu berusaha menenangkan kakaknya yang mengalami gangguan jiwa.

"Jangan sentuh aku... Hiks... Hiks...." Ratu mengelus punggung kakaknya. "Momy... Daddy... Jangan tinggalkan aku...."

Isakan sang kakak membuat Ratu sedih. Ditatapnya wajah kakak perempuannya itu. Sudah dua tahun, keadaan kakaknya yang mengalami gangguan jiwa dan sampai sekarang tidak ada kemajuan. Kejadian itu terus mengganggu kondisi kakaknya. Dimana kakaknya yang bernama Nirmala, melihat kedua orang tuanya meregang nyawa di depannya.

Kedua orang tua Ratu mati terbunuh oleh seseorang dan Nirmala di perkosa oleh orang yang membunuh kedua orang tuanya.

Mengingat itu, kedua tangannya Ratu terkepal erat. Darahnya mendidih dan ingin sekali Ratu menghabisi orang yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluarganya.

Meski Ratu tidak tahu siapa orangnya, Ratu pastikan akan membalasnya dan terus berusaha mencarinya sampai ketemu.

Sebenarnya, kunci jawabannya atas kejadian itu ada di Nirmala, tapi melihat kondisi kakaknya, Ratu tidak mungkin meminta penjelasan tentang siapa orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya dan yang memperkosanya.

Ratu juga sudah meminta tolong kepada kakak sepupunya yang berprofesi sebagai polisi, tapi sampai detik ini kakak sepupunya tidak membantunya. Justru semua harta peninggalan orang tuanya di ambil oleh orang tua kakak sepupunya itu.

"Kak... Lihat aku," pinta Ratu sembari menyingkirkan kedua tangan kakaknya yang menutupi wajahnya.

"Nggak mau... Pergi kamu dari sini!" Nirmala kembali berteriak histeris. Ratu sudah tidak bisa menahan air matanya, melihat kakak yang paling disayanginya itu terus histeris ketakutan.

"Mba, biarkan kami yang menenangkannya," ucap sang perawat.

Ratu mengangguk dan membiarkan kakaknya ditangani oleh perawat.

"Aku pergi dulu, kak," lirih Ratu yang menatap sendu wajah Nirmala.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!