Kedatangan Justin dan Eza langsung di sambut dengan suara dentuman musik yang menggema seantero di dalam club malam.
Justin mendengus kesal, dirinya menyesal ikut dengan Eza. Padahal Justin sangat tau kalau Eza, manusia yang suka keluar masuk club malam.
"Ayolah, bang. Jangan pasang wajah yang masam. Sekali-kali Abang ini butuh hiburan, jangan melulu kerjaan yang Abang pikirkan," seloroh Eza seraya merangkul pundak Justin.
Dengan malas Justin mengikuti langkah Eza. Eza memilih duduk di dekat panggung dancer, yang kini tengah menampilkan tarian erotis di atas panggung. Wanita-wanita itu menari dan menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama musik DJ.
Pakaian yang di kenakan juga sangatlah seksi, bahkan ada yang hanya mengenakan celana segitiga dan juga bra. Mereka meliuk-liukkan tubuhnya, menggoda para lelaki hidung belang. Hingga kini giliran seseorang dengan senyum merekah menari di atas panggung dan wanita tersebut mengenakan dres ketat mini, menampilkan lekuk tubuh sintalnya. Wanita itu adalah Ratu Hanindita, wanita cantik primadona club tersebut.
"Ayo Ratu!! Tunjukkan tarianmu!!" Teriak Eza yang begitu menikmati penampilan Ratu yang tengah meliukkan tubuhnya.
Ratu tersenyum mendengar teriakkan Eza. Ratu menari di tiang besi yang berada di atas panggung. Tubuhnya memutari tiang besi tersebut dengan sangat indah, meliukkan tubuhnya dengan tarian erotis dan menggoda semua kaum hawa yang kini tengah terpana.
Pandangan mata Ratu kini tertuju kepada lelaki yang duduk di samping Eza. Ratu tersenyum samar melihat lelaki itu, yang tak lain adalah Justin.
"Menarik dan tampan," gumam Ratu di sela tariannya.
Eza menyenggol tubuh Justin sembari menampilkan wajah cerianya.
"Bagaimana? Abang suka dengan penampilan mereka?" Tunjuk Eza ke atas panggung.
"Sangat menjijikkan," hina Justin sembari melirik jijik melihat para wanita tersebut, apalagi melihat tubuh wanita yang hanya mengenakan dalam annya saja. Benar-benar menjijikkan.
"Dari sekian banyaknya wanita di sana, tidak ada satupun yang menarik hati Abang?" Ucap Eza menggelengkan kepalanya. Biasanya para lelaki akan tertarik melihat lekuk tubuh mereka yang tengah meliukkan tubuhnya. Eza benar-benar tidak percaya.
"Aku mau pulang! Malas berada di sini!!" jengah Justin.
"Eits! Jangan pulang dulu. Aku mau kenalin Abang sama seseorang," cegah Eza menahan tubuh Justin yang akan berdiri.
Justin menatap Eza kesal dan Eza memasang wajah puppy eyes. Memohon agar Justin tetap berada disini.
"Baiklah, tapi hanya satu jam saja."
"Oke," jawab Eza melebarkan senyumnya.
Beberapa menit berlalu, Ratu menghampiri Eza karena Eza memintanya untuk menemuinya dan kali ini Ratu menutupi tubuhnya dengan jas yang kebesaran.
"Hai, za! Ada apa kamu memanggiku," ucap Ratu dengan suara keras agar Eza bisa mendengar perkataannya, sebab suara musik sangat memekakkan telinga.
"Sini," pinta Eza dan Ratu mendudukkan dirinya di samping Eza.
"Aku butuh bantuan kamu," cetus Eza.
"Bantuan apa?"
"Kamu harus bisa menjebak Abangku ini," bisik Eza di telinga Ratu.
Ratu melirik Justin yang terlihat sangat jengah berada di club ini. "Oke, tapi bayarannya berapa?"
"Bayarannya kamu bisa mendapatkan Abangku. Dia ini tajir dan seorang bos di kantornya. Bagaimana, kamu mau?"
"Mm... Bagaimana ya...." Ratu ragu menerima tawaran ini.
"Aku mohon. Tanteku ingin sekali melihat Abangku memiliki pasangan, tapi sampai sekarang Abangku belum memiliki pasangan. Kamu mau ya bantu aku dan juga tanteku," mohon Eza sembari menyatukan kedua tangannya di depan dadanya.
"Tapi... Beneran kalau dia tidak punya kekasih. Bagaimana kalau dia sudah punya kekasih?"
"Kamu tenang saja, Abangku beneran masih jomblo dan single, tidak terikat dengan wanita manapun dan juga Abangku masih perjaka, cocokkan sama kamu. Perawan sama perjaka, sesuai dengan keinginan kamu," bisik Eza seraya menaik turunkan alisnya. "Dan pastinya tajir. Aku jamin keuangan kamu bakal terjamin."
Ratu kembali memperhatikan Justin. "Oke... Semoga saja aku bisa menaklukkan hatinya."
Eza tersenyum senang dan misinya menjebak Justin sebentar lagi akan terlaksana.
"Ra, tolong ambilkan minum dong, aku haus," kata Eza seraya menyerahkan sebuah obat kepada tangan Ratu dan Eza mengedipkan sebelah matanya.
"Oke."
Ratu segera melangkah memesan minuman ringan. Sebelum kembali ke tempat duduk, Ratu memasukkan obat tersebut ke dalam jus jeruk, setelah itu Ratu kembali ke tempat duduk.
Ratu menyodorkan jus jeruk kepada Justin dan Justin menerima jus tersebut. Kenapa Justin mau menerima jus tersebut, karena Justin tidak suka meminum-minuman beralkohol.
"Terima kasih," ucap Justin.
"Sama-sama," balas Ratu dengan senyum manisnya dan Ratu juga memberikan minuman bersoda kepada Eza.
"Thanks, Ra."
"Sama-sama."
Tanpa pikir panjang Justin meminum jus jeruk itu, sedikit demi sedikit Justin menghabiskan minuman itu. Eza dan Ratu melirik sembari tersenyum samar melihat Justin menghabiskan minumannya.
"Kenapa kepalaku tiba-tiba pusing," gumam Justin sembari memegangi kepalanya yang terasa berat. Pandangan matanya kini mulai mengabur.
"Za...!" Seru Justin dan Justin langsung menjatuhkan tubuhnya ke arah Eza dan Eza menangkap tubuh Justin.
"Yes, Abang Ajas sudah tertidur. Ra, tolong panggilan security."
"Oke." Ratu bergegas memanggil security, setelah itu tubuh jangkung Justin di papah keluar dari sana.
Kini tubuh Justin sudah tergeletak di bangku belakang mobilnya. Eza dan Ratu meninggalkan club tersebut dan menuju ke kontrakannya Ratu.
Tiba di kontrakan dan sudah merebahkan tubuh Justin di atas kasur milik Ratu. Eza bergegas keluar dari kontrakan tersebut, sebab takut kalau dirinya dan Ratu di gerebek oleh warga.
"Ra, aku pulang dulu dan sekarang aku hanya bisa mengandalkan kamu," pungkas Eza.
"Iya...."
Setelah itu Eza segera meninggalkan kontrakannya Ratu.
***
Sang fajar menyingsing memancarkan cahayanya. Kicauan burung-burung dari tetangga kontrakan membuat tidur Justin terusik dan kicauan burung kini berubah menjadi sebuah gedoran keras dari luar.
Tok tok tok
Gedoran tersebut semakin nyaring membuat tidur Justin benar-benar terganggu.
"Berisik, Ma...." Gumam Justin parau.
"Buka pintunya," teriak seorang lelaki dari luar.
Justin yang tidur telungkup, mengernyitkan dahinya mendengar suara lelaki. Kemudian Justin membuka matanya dan menatap sebuah dinding dengan warna cat yang mulai memudar.
"Aku berada dimana?" Lalu Justin segeralah mendudukkan tubuhnya dan mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kontrakan tersebut.
"Kenapa aku ada disini?" Justin semakin bingung melihat sekelilingnya, hingga sebuah suara mengejutkan dirinya.
Brakk
Pintu di buka paksa oleh warga. Justin menatap bingung melihat orang-orang pada masuk ke dalam.
"Tuh kan benar kecurigaan saya," ucap ibu-ibu berdaster kepada Pak RT.
Pak RT menggelengkan kepalanya. Justin semakin bingung dan tidak mengerti dengan semuanya.
Ceklek
Suara pintu terbuka dari arah kamar mandi dan keluarlah Ratu dari sana dengan rambuat basahnya. Ratu terbengong melihat semua orang yang berada di dalam kontraknya.
"Jadi kalian berdua berbuat tidak senonoh di sini dan berbuat zina!" Sentak bapak RT dengan tatapan nyalang melihat Ratu dan juga Justin.
"Maksudnya?" Bingung Justin.
"Maksudnya-maksudnya! Apa kamu tidak sadar dengan kondisi kamu saat ini!" ucap ibu-ibu berdaster itu.
Justin menundukkan kepalanya dan melihat tubuhnya tak berpakaian. Kedua mata Justin membulat, lalu Justin mengintip dari balik selimut yang di menutupi bagian bawahnya dan dirinya hanya mengenakan celana segitiga. Justin menggeram kesal menatap wajah Ratu dan ingin sekali mencabik-cabik tubuh Ratu.
"Sepertinya, mereka berdua harus kita nikahkan saja pak," seloroh salah satu warga.
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Bunda Diana Basri
rezeki nomplok buat ratu,dan kesialan buat Justin 😁
2022-11-21
0