NovelToon NovelToon

Jebakan Cinta Gadis Penari

Menjalankan misi

Jam sebelas malam, Justin baru sampai rumah. Kehidupannya hanya seputar pekerjaan dan pekerjaan. Tidak ada niatan untuk mencari pasangan. Membuat Mamanya menggeram kesal, lantaran kehidupan anak laki-lakinya itu selalu sibuk bekerja.

"Mama...!" Justin terkejut saat membuka pintu kamarnya dan melihat Mamanya tengah duduk bersandar dan melipat kedua tangannya di atas dadanya, seraya menatap kesal.

"Ngapain Mama disini?"

"Ngapain kamu bilang! Kamu tahu sekarang jam berapa?" Kesal sang Mama.

"Emm...." Seraya melirik jam di pergelangan tangannya. " Jam sebelas lebih tujuh menit, kenapa memangnya?"

Mama Risti mendengus. "Kalau kamu sibuk bekerja dan selalu pulang larut malam terus. Kapan kamu mencari pendamping."

Justin memutarkan bola matanya, hampir setiap hari Mamanya selalu bertanya hal yang sama. Kapan kamu mencari pendamping atau kapan kamu menikah. Ingat umur kamu sudah tiga puluh dua tahun dan mama ingin sekali menggendong cucu. Begitulah ucapan mamanya, jika sudah menanyakan hal tersebut.

"Nanti," jawab sekenanya.

"Nanti-nanti! Nantinya kapan?!"

"Nanti kita bicarakan lagi. Sekarang lebih baik Mama kembali ke kamar, aku mau mandi dan istirahat," ucap Justin seraya menggiring tubuh mamanya keluar dari kamarnya.

Justin menghela nafasnya, setelah berhasil mengusir Mamanya dari kamarnya. Kemudian Justin memilih melangkah ke kamar mandi, agar tubuhnya menjadi segar setelah seharian beraktifitas di kantor.

Mama Risti mendengus sebal, karena Justin mengusirnya dari kamarnya.

"Sepertinya aku harus mencari perempuan yang lebih berani menggoda Justin," gumamnya sembari melangkah ke arah kamarnya.

***

Matahari pagi menghiasi langit pagi ini. Justin sudah siap dengan pakaian kantornya, karena pagi ini dirinya akan ada meeting penting dengan kliennya dari luar negri.

"Selamat pagi ma," sapa Justin.

"Tumben jam segini sudah rapi?" Tanya Mama Risti yang tengah menyiapkan sarapan di meja.

"Aku mau meeting pagi ini, ma dan kliennya dari luar negeri," terang Justin sembari mengambil selembar roti tawar, lalu di oles dengan selai coklat.

"Oh...." Mama Risti hanya ber oh ria.

Selesai sarapan, Justin bergegas berangkat ke kantor. Dirinya tidak mau terlambat barang sedetikpun, apalagi pagi ini bertemu dengan klien penting yang bakal memajukan perusahaannya.

"Aku berangkat dulu," ujar Justin sembari mencium pipi Mama Risti.

Justin pun bergegas melangkah keluar rumah yang ternyata sudah di tunggu oleh asisten pribadinya, yang bernama Hadi.

"Selamat pagi, Tuan Justin," sapa Hadi seraya membukakan pintu mobilnya.

"Pagi, Di. Apa berkas-berkasnya sudah kamu siapkan dan juga tidak ketinggalan?"

"Sudahlah dan nggak ada yang ketinggalan," sahut Hadi.

"Bagus. Ayo kita langsung berangkat," perintah Justin.

"Siap bos."

Hadi segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya menembus jalanan pagi ini.

Siang harinya, Mama Risti yang tengah bersantai di ruang keluarga sembari membaca majalah. Di kejutkan dengan sebuah suara yang melegar memanggilnya.

"Tante...!" Teriak Eza. Dia adalah keponakan Mama Risti dan kelakuannya membuat Mama Risti geleng-geleng kepala. Sebab Eza adalah seorang Casanova yang hidupnya ingin di kelilingi oleh para wanita seksi, sangat berbanding terbalik dengan Justin.

"Hai, Tanteku yang sem ok nan cantik jelita," seru Eza seraya mengedipkan matanya.

Mama Risti mendengus melihat tingkah keponakannya itu. Eza langsung duduk di sebelah Mama Risti.

"Ada apa kesini?" Tanya Mama Risti.

"Aku kangen sama Tante dan... Juga mau minta makan," jawabnya nyengir lebar.

Mama Risti mendorong bahu Eza. "Kebiasaan! Setiap kesini selalu meminta makan," cibir Mama Risti, tapi Eza hanya menyengir menampilkan rentetan giginya.

Saat menatap Eza tiba-tiba mama Risti teringat dengan Justin yang sampai detik ini belum memiliki tambatan hati.

"Za! Tante boleh minta tolong."

"Minta tolong apa, Tante?"

"Bantuin Tante. Bantuin cariin perempuan yang berani menggoda si Justin. Kamu tahu sendiri kehidupan Justin ya... Seputaran pekerjaan mulu. Sedangkan Tante sudah ingin memiliki cucu."

"Oh... Soal itu mah gampang. Serahkan kepada ahlinya," cetusnya seraya memukul dadanya.

"Ck...." Ucap mama Risti menggeleng sebal.

"Satu lagi. Tante maunya perempuannya masih tersegel dan nggak mau bekas pakai kamu."

"Tante ini. Tante tenang saja! Yang pastinya nggak bakal ngecewain Tante," pungkas Eza.

"Bener ya. Awas kalau kamu tipu Tante!" Seraya telunjuknya teracung ke wajah Eza.

"Aku jamin Tante."

"Bagus."

"Kalau gitu aku boleh minta makan," ujar Eza.

"Hmm... Sana," jawab mama Risti seraya mengibaskan tangannya.

"Makasih Tante," seloroh Eza girang dan langsung melangkah cepat ke arah dapur.

"Semoga saja kali ini berhasil," gumam mama Risti.

Selain itu, Mama Risti juga meragukan kelakian Justin. Sebab setiap perempuan yang Mama Risti kenalkan selalu saja di tolak oleh Justin dan Mama Risti takut kalau Justin itu belok haluan, alias terong suka terong.

Memikirkan hal itu, membuat Mama Risti bergidik ngeri dan berseloroh. "Amit-amit jabang bayi, semoga saja Justin normal."

***

Sesuai dengan permintaan tantenya dan informasi dari Mama Risti, kalau Justin selalu pulang larut. Eza melirik jam di pergelangan tangannya, yang menunjukkan pukul tujuh malam dan Eza sudah berada di kantor Justin. Eza bergegas ke ruang kerja Justin yang berada di lantai teratas, dimana ruangan seorang CEO.

Eza langsung menerobos masuk ke dalam ruangan Justin.

"Hai, Bang Ajas," sapa Eza dan Ajas adalah nama panggilan Justin.

Justin yang sibuk berdiskusi dengan Hadi, langsung mengangkat kepalanya dan menatap heran Eza. Dengan santainya, Eza melenggang berjalan mendekati Justin dan Hadi yang tengah duduk di sofa. Eza langsung mendudukkan diri di sofa tunggal dan menyilangkan kakinya, serta satu tangannya merentang ke atas sofa.

"Ada apa kamu kesini?" Tanya Justin.

"Aku mau ngajak Abang pergi," jawabnya seraya satu tangannya mengelus-elus dagunya yang kasar.

"Pergi?! Pergi kemana?"

"Ada deh. Pokoknya ketempat yang paling menyenangkan."

"Tapi maaf, Za. Aku masih sibuk."

Eza menggelengkan kepalanya dan benar kata tantenya, kalau Justin benar-benar maniak kerja.

"Ayolah, bang. Jarang-jarang loh aku ngajakin Abang pergi dan apa salahnya kalau Abang ikut denganku. Aku jamin nggak akan membuat Abang kecewa." Eza berusaha merayu Justin dan apa yang sudah di rencanakannya berhasil

"Please...." Mohon Eza.

"Baiklah. Kamu tunggu saja dulu, aku mau menyelesaikan pekerjaan ini dulu."

"Oke," jawab Eza seraya menyatukan jempol dan telunjuknya.

Sekitar tiga puluh menitan, Eza menunggu Justin menyelesaikan pekerjaannya dan membuat Eza mulai bosan menunggu Justin.

"Apa masih lama, Bang?" Tanya Eza.

"Sedikit lagi," jawabnya.

"Oke...."

Eza benar-benar harus sabar menunggu Justin. Meski sudah bosan, Eza tetap bertahan demi permintaan Tante tersayangnya. Selang beberapa menit, Eza akhirnya bisa bernafas lega karena Justin sudah menyelesaikan pekerjaan.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu, bos," pamit Hadi yang langsung berdiri.

"Iya," jawab Justin.

Hadi segera meninggalkan ruangannya dan Eza juga langsung berdiri seraya merapikan pakaiannya.

"Sudah selesaikan?"

"Hmm...."

"Ayo kita langsung berangkat saja."

Menjebak dan di gerebek warga

Kedatangan Justin dan Eza langsung di sambut dengan suara dentuman musik yang menggema seantero di dalam club malam.

Justin mendengus kesal, dirinya menyesal ikut dengan Eza. Padahal Justin sangat tau kalau Eza, manusia yang suka keluar masuk club malam.

"Ayolah, bang. Jangan pasang wajah yang masam. Sekali-kali Abang ini butuh hiburan, jangan melulu kerjaan yang Abang pikirkan," seloroh Eza seraya merangkul pundak Justin.

Dengan malas Justin mengikuti langkah Eza. Eza memilih duduk di dekat panggung dancer, yang kini tengah menampilkan tarian erotis di atas panggung. Wanita-wanita itu menari dan menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama musik DJ.

Pakaian yang di kenakan juga sangatlah seksi, bahkan ada yang hanya mengenakan celana segitiga dan juga bra. Mereka meliuk-liukkan tubuhnya, menggoda para lelaki hidung belang. Hingga kini giliran seseorang dengan senyum merekah menari di atas panggung dan wanita tersebut mengenakan dres ketat mini, menampilkan lekuk tubuh sintalnya. Wanita itu adalah Ratu Hanindita, wanita cantik primadona club tersebut.

"Ayo Ratu!! Tunjukkan tarianmu!!" Teriak Eza yang begitu menikmati penampilan Ratu yang tengah meliukkan tubuhnya.

Ratu tersenyum mendengar teriakkan Eza. Ratu menari di tiang besi yang berada di atas panggung. Tubuhnya memutari tiang besi tersebut dengan sangat indah, meliukkan tubuhnya dengan tarian erotis dan menggoda semua kaum hawa yang kini tengah terpana.

Pandangan mata Ratu kini tertuju kepada lelaki yang duduk di samping Eza. Ratu tersenyum samar melihat lelaki itu, yang tak lain adalah Justin.

"Menarik dan tampan," gumam Ratu di sela tariannya.

Eza menyenggol tubuh Justin sembari menampilkan wajah cerianya.

"Bagaimana? Abang suka dengan penampilan mereka?" Tunjuk Eza ke atas panggung.

"Sangat menjijikkan," hina Justin sembari melirik jijik melihat para wanita tersebut, apalagi melihat tubuh wanita yang hanya mengenakan dalam annya saja. Benar-benar menjijikkan.

"Dari sekian banyaknya wanita di sana, tidak ada satupun yang menarik hati Abang?" Ucap Eza menggelengkan kepalanya. Biasanya para lelaki akan tertarik melihat lekuk tubuh mereka yang tengah meliukkan tubuhnya. Eza benar-benar tidak percaya.

"Aku mau pulang! Malas berada di sini!!" jengah Justin.

"Eits! Jangan pulang dulu. Aku mau kenalin Abang sama seseorang," cegah Eza menahan tubuh Justin yang akan berdiri.

Justin menatap Eza kesal dan Eza memasang wajah puppy eyes. Memohon agar Justin tetap berada disini.

"Baiklah, tapi hanya satu jam saja."

"Oke," jawab Eza melebarkan senyumnya.

Beberapa menit berlalu, Ratu menghampiri Eza karena Eza memintanya untuk menemuinya dan kali ini Ratu menutupi tubuhnya dengan jas yang kebesaran.

"Hai, za! Ada apa kamu memanggiku," ucap Ratu dengan suara keras agar Eza bisa mendengar perkataannya, sebab suara musik sangat memekakkan telinga.

"Sini," pinta Eza dan Ratu mendudukkan dirinya di samping Eza.

"Aku butuh bantuan kamu," cetus Eza.

"Bantuan apa?"

"Kamu harus bisa menjebak Abangku ini," bisik Eza di telinga Ratu.

Ratu melirik Justin yang terlihat sangat jengah berada di club ini. "Oke, tapi bayarannya berapa?"

"Bayarannya kamu bisa mendapatkan Abangku. Dia ini tajir dan seorang bos di kantornya. Bagaimana, kamu mau?"

"Mm... Bagaimana ya...." Ratu ragu menerima tawaran ini.

"Aku mohon. Tanteku ingin sekali melihat Abangku memiliki pasangan, tapi sampai sekarang Abangku belum memiliki pasangan. Kamu mau ya bantu aku dan juga tanteku," mohon Eza sembari menyatukan kedua tangannya di depan dadanya.

"Tapi... Beneran kalau dia tidak punya kekasih. Bagaimana kalau dia sudah punya kekasih?"

"Kamu tenang saja, Abangku beneran masih jomblo dan single, tidak terikat dengan wanita manapun dan juga Abangku masih perjaka, cocokkan sama kamu. Perawan sama perjaka, sesuai dengan keinginan kamu," bisik Eza seraya menaik turunkan alisnya. "Dan pastinya tajir. Aku jamin keuangan kamu bakal terjamin."

Ratu kembali memperhatikan Justin. "Oke... Semoga saja aku bisa menaklukkan hatinya."

Eza tersenyum senang dan misinya menjebak Justin sebentar lagi akan terlaksana.

"Ra, tolong ambilkan minum dong, aku haus," kata Eza seraya menyerahkan sebuah obat kepada tangan Ratu dan Eza mengedipkan sebelah matanya.

"Oke."

Ratu segera melangkah memesan minuman ringan. Sebelum kembali ke tempat duduk, Ratu memasukkan obat tersebut ke dalam jus jeruk, setelah itu Ratu kembali ke tempat duduk.

Ratu menyodorkan jus jeruk kepada Justin dan Justin menerima jus tersebut. Kenapa Justin mau menerima jus tersebut, karena Justin tidak suka meminum-minuman beralkohol.

"Terima kasih," ucap Justin.

"Sama-sama," balas Ratu dengan senyum manisnya dan Ratu juga memberikan minuman bersoda kepada Eza.

"Thanks, Ra."

"Sama-sama."

Tanpa pikir panjang Justin meminum jus jeruk itu, sedikit demi sedikit Justin menghabiskan minuman itu. Eza dan Ratu melirik sembari tersenyum samar melihat Justin menghabiskan minumannya.

"Kenapa kepalaku tiba-tiba pusing," gumam Justin sembari memegangi kepalanya yang terasa berat. Pandangan matanya kini mulai mengabur.

"Za...!" Seru Justin dan Justin langsung menjatuhkan tubuhnya ke arah Eza dan Eza menangkap tubuh Justin.

"Yes, Abang Ajas sudah tertidur. Ra, tolong panggilan security."

"Oke." Ratu bergegas memanggil security, setelah itu tubuh jangkung Justin di papah keluar dari sana.

Kini tubuh Justin sudah tergeletak di bangku belakang mobilnya. Eza dan Ratu meninggalkan club tersebut dan menuju ke kontrakannya Ratu.

Tiba di kontrakan dan sudah merebahkan tubuh Justin di atas kasur milik Ratu. Eza bergegas keluar dari kontrakan tersebut, sebab takut kalau dirinya dan Ratu di gerebek oleh warga.

"Ra, aku pulang dulu dan sekarang aku hanya bisa mengandalkan kamu," pungkas Eza.

"Iya...."

Setelah itu Eza segera meninggalkan kontrakannya Ratu.

***

Sang fajar menyingsing memancarkan cahayanya. Kicauan burung-burung dari tetangga kontrakan membuat tidur Justin terusik dan kicauan burung kini berubah menjadi sebuah gedoran keras dari luar.

Tok tok tok

Gedoran tersebut semakin nyaring membuat tidur Justin benar-benar terganggu.

"Berisik, Ma...." Gumam Justin parau.

"Buka pintunya," teriak seorang lelaki dari luar.

Justin yang tidur telungkup, mengernyitkan dahinya mendengar suara lelaki. Kemudian Justin membuka matanya dan menatap sebuah dinding dengan warna cat yang mulai memudar.

"Aku berada dimana?" Lalu Justin segeralah mendudukkan tubuhnya dan mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kontrakan tersebut.

"Kenapa aku ada disini?" Justin semakin bingung melihat sekelilingnya, hingga sebuah suara mengejutkan dirinya.

Brakk

Pintu di buka paksa oleh warga. Justin menatap bingung melihat orang-orang pada masuk ke dalam.

"Tuh kan benar kecurigaan saya," ucap ibu-ibu berdaster kepada Pak RT.

Pak RT menggelengkan kepalanya. Justin semakin bingung dan tidak mengerti dengan semuanya.

Ceklek

Suara pintu terbuka dari arah kamar mandi dan keluarlah Ratu dari sana dengan rambuat basahnya. Ratu terbengong melihat semua orang yang berada di dalam kontraknya.

"Jadi kalian berdua berbuat tidak senonoh di sini dan berbuat zina!" Sentak bapak RT dengan tatapan nyalang melihat Ratu dan juga Justin.

"Maksudnya?" Bingung Justin.

"Maksudnya-maksudnya! Apa kamu tidak sadar dengan kondisi kamu saat ini!" ucap ibu-ibu berdaster itu.

Justin menundukkan kepalanya dan melihat tubuhnya tak berpakaian. Kedua mata Justin membulat, lalu Justin mengintip dari balik selimut yang di menutupi bagian bawahnya dan dirinya hanya mengenakan celana segitiga. Justin menggeram kesal menatap wajah Ratu dan ingin sekali mencabik-cabik tubuh Ratu.

"Sepertinya, mereka berdua harus kita nikahkan saja pak," seloroh salah satu warga.

"Apa?!"

Menikah

Flashback.

Sekitar jam lima pagi, Ratu berpura-pura meng erang dan men desah. Seolah-olah Ratu tengah melakukan hubungan suami istri. Sebab di jam segitu para tetangga kontrakannya sudah pada bangun, apalagi tetangga kontrakannya kebanyakan sudah berumah tangga.

Ratu yakin rencananya bakalan berhasil memancing salah satu tetangganya untuk melaporkan Ratu ke pak RT. Saat Ratu mengintip di balik jendela dan melihat ada tetangganya yang bernama Bu Fitri tengah menyapu di teras, Ratu semakin bersemangat berpura-pura men desah.

"Aaahrrggh...." Desah Ratu, Didalam hati, semoga Justin tidak terbangun mendengar suaranya yang tengah men desah panjang.

"Cepat baby, aku sudah nggak tahan lagi," suara Ratu yang terdengar sangat parau, lalu Ratu menyalakan sebuah suara lelaki dari handphonenya.

"Kamu ternyata sangat nakal."

Ratu kembali mengintip tetangganya itu dan tersenyum smrik melihat Bu Fitri yang terlihat sangat geram mendengar suara erotis dari kamar Ratu.

Flashback off

Dan disini sekarang, di kantor RW. Ratu dan Justin tengah di sidang oleh Pak RT, Pak RW dan warga. Ratu menundukkan kepalanya dan sebenarnya di dalam hati Ratu tengah bersorak-sorai karena berhasil.

Beda lagi dengan Justin, justru Justin terlihat sangat frustasi dan dan wajahnya terlihat kusut. Justin jelas menolak jika di nikahkan dengan wanita yang tengah duduk di sampingnya itu. Melihat wajah wanita itu membuat hati Justin bergemuruh hebat menahan emosinya dan ingin sekali Justin memaki wanita itu habis-habisan.

Setelah bermusyawarah, Pak RT dan yang lain, akhirnya memutuskan menikahkan Ratu dengan Justin. Sekarang di hadapan Ratu dan Justin, Pak RT sudah duduk di depannya.

"Saya minta, panggil kedua orang tua kalian untuk datang kesini. Hari ini juga!" ujar Pak RT.

Justin menegakkan kepalanya dan menatap wajah Pak RT. "Untuk apa orang tua saya di suruh datang kesini?" Justin bertanya.

"Untuk menikahkan kalian berdua. Agar kalian tidak terus-terusan melakukan dosa terlarang."

"Nikah!" Sarkas Justin. "Nggak! Saya tidak mau menikahi wanita ini. Lagian saya tidak melakukan apa-apa!" Jelas Justin menolak menikah dengan wanita di sampingnya.

"Halah...! Nggak ngelakuin gimana! Jelas-jelas saya mendengar suara kalian berdua tengah melakukan hal begituan," timpal Bu Fitri terlihat sangat geram dengan penuturan Justin dan jelas-jelas tadi pagi dirinya mendengar suara erotis dari kontrakan Ratu.

"Kapan?!" Balas Justin.

"Tadi pagi. Sudahlah Pak RT lebih baik nikahkan saja," sergah si Bu Fitri lagi.

Justin mendengus melihat si ibu berdaster itu. Justin juga mengingat-ngingat kejadian tadi pagi, yang katanya melakukan hal begituan, tapi nihil. Justin tidak mengingatnya.

Justin kemudian melirik Ratu yang masih menundukkan kepalanya. Justin menatap lekat menatap wajah Ratu dan memperhatikan ekspresi wajah Ratu, tapi sayang Justin tidak bisa membaca ekspresi wajah Ratu.

"Cepat, kalian hubungi orang tua kalian." Pak RT kembali memintanya.

"Ma-af Pak, orang tua saya sudah meninggal," jawab Ratu gugup.

"Kalau kamu." Pak RT menatap Justin.

"Baiklah... Saya telpon Mama saya," jawab Justin dan dengan terpaksa Justin menghubungi mamanya dan juga Hadi.

Sekitar satu jam lebih, kini Mama Risti dan Hadi sudah berada di kantor RW dan Mama Risti duduk di samping Justin. Mama Risti menatap semua orang yang berada di kantor RW.

"Jadi begini Bu. Tadi pagi ibu Fitri mendengar kalau anak ibu dan Ratu tengah melakukan wik-wik di kontrakannya Ratu dan kami semua sudah memutuskan kalau anak ibu dan Ratu akan kita nikahkan," terang Pak RT menjelaskan inti permasalahannya.

Mama Risti menatap Justin tak percaya. Mama Risti terus menatap lekat wajah Justin sembari menatap tajam kepada Justin.

"Apa benar yang dikatakan oleh Pak RT?" Tanya Mama Risti kepada Justin.

"Nggak, Ma. Aku nggak ngelakuin begituan. Mama harus percaya sama aku. kayaknya aku tuh di jebak sama dia." Justin menuding Ratu.

"Sudahlah, manamungkin ibu itu salah dengar. Sekarang mama tanya, apa kamu tidur di kontarkan wanita itu?"

"Aku memang tidur di kontrakan wanita itu," jawab Justin jujur dan Mama Risti mencibir Justin.

"Kepada bapak-bapak dan ibu-ibu, saya selaku mamanya Justin meminta maaf atas kelakuan anak saya dan saya setuju menikahkan anak saya dengan...."

"Ratu, Bu," timpal Pak RT.

"Iya, dengan Ratu," sambung Mama Risti.

"Ma!!" Protes Justin dan kenapa mamanya malah menyetujui pernikahan ini. Justin benar-benar tidak terima dengan keputusan mamanya itu.

"Aku nggak mau nikah sama dia, ma! Aku yakin wanita itu hanya menjebak aku."

"Keputusan sudah di ambil dan kamu harus menikahi wanita itu." Tegas Mama Risti.

"Ma!"

"Stop! Hadi...."

"Iya, Nyonya." Hadi mendekati Mama Risti.

"Cepat kamu urus pernikahan Justin sama Ratu. Malam ini juga Justin dan Ratu harus segera menikah, bagaimana pun caranya."

"Baik Nyonya, akan saya laksanakan."

***

Tepat pukul delapan malam, Justin duduk di depan bapak penghulu. Sebelah kiri ada Pak RT dan di sebelah kanan ada pak ustadz. Di belakangnya ada beberapa warga yang ikut menyaksikan pernikahan yang tak di harapkan Justin.

Justin men desah samar dan sebentar lagi statusnya akan berubah menjadi seorang suami. Bagi Justin, hari ini adalah hari yang sangat buruk dalam hidupnya. Gara-gara mengikuti keinginan Eza, kini dirinya harus berada disini dan harus menikahi wanita yang sama sekali tidak di kenalnya.

Mengingat nama Eza, Justin akan memberi perhitungan kepadanya dan tidak akan memberikan ampun.

Ratu datang memasuki kantor RW, dengan wajahnya yang sudah di rias cantik. Ratu mengenakan kebaya putih yang di belikan Mama Risti tadi siang. Mama Risti membimbing Ratu berjalan menuju meja pernikahannya dan Ratu langsung mendudukkan dirinya di kursi. Justin enggan melihat Ratu, baginya Ratu adalah wanita ular yang menjebaknya dan pernikahan ini bukanlah pernikahan yang sesungguhnya.

"Bagaimana, apa sudah siap?" Tanya bapak penghulu kepada Pak RT.

"Sudah, Pak," jawab Pak RT.

"Baiklah, kita langsung saja ijab qobul nya."

Pak penghulu mengulurkan tangannya dan Justin dengan sangat-sangat terpaksa menyambut uluran tangan pak penghulu dan ijab qobul pun kini terdengar sangat lancar. Bahkan Justin mengucapkannya dengan satu tarikan nafas. Terdengarlah kata sah dari para saksi.

Mama Risti tersenyum senang melihat anaknya kini sudah menikah, walau melihat anaknya menikah dengan cara seperti ini.

Ratu langsung di boyong ke rumah Justin, dan kini Ratu sudah berada di kamar Justin yang besar. Tanpa seizin Justin, Ratu melangkah kakinya ke kamar mandi sembari membawa pakaian ganti.

"Dasar wanita tidak punya sopan santun," cibir Justin menatap sinis punggung Ratu yang akan membuka pintu kamar mandi.

Sekitar lima belas menit, Ratu keluar dari kamar mandi dan kini kakinya melangkah menuju ranjang. Saat Ratu akan naik ke atas ranjang, Justin menghentikan pergerakan Ratu.

"Kamu di larang tidur di atas kasur dan kamu tidur di lantai. Aku sudah menyiapkan kasurnya."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!