Malam ini Justin memilih tidur di ruang tamu, daripada harus tidur bersama Ratu. Justin mematikan lampunya dan hanya menyisakan lampu tidur.
Justin segera merebahkan tubuhnya di ranjang dan malam ini Justin ingin terbebas dari gangguan Ratu, tapi sampai tengah malam. Justin tidak bisa memejamkan matanya barang sejenak pun, apalagi perutnya terasa lapar. Justin menyingkirkan selimutnya dan duduk di pinggir ranjang.
Dengan malas Justin keluar dari kamar dan melangkah menuju dapur. Justin mendengus saat kedua maniknya menangkap sosok yang paling dihindarinya tengah memasak mie. Justin memutarkan tubuhnya, memilih menghindari dan kembali ke kamar daripada harus bersama dengan Ratu. Tapi ternyata Ratu sudah selesai memasak mie instan.
"Justin...." Panggil Ratu dan Justin terpaksa menolehkan kepalanya.
"Kamu mau apa malam-malam ke dapur?" Tanya Ratu, yang kini mendekatinya sembari membawa semangkok mie rebus.
"Mau minum," jawab Justin sekenanya. Justin melangkah mengambil gelas dan mengisinya.
Ratu meninggalkan Justin di dapur dan duduk di meja makan. Justin melirik Ratu yang tengah memakan mie instan, membuat perutnya semakin lapar. Ratu yang merasa di lihatin menoleh ke Justin.
"Kenapa kamu ngelihatin aku?"
"Siapa yang ngelihatin kamu! Pede banget!" Ketus Justin, yang kini melangkahkan kakinya ke kamar, tapi perutnya yang sangat lapar membuat Justin kembali menemui Ratu.
Justin duduk dan merebut mie instan yang tengah dimakan oleh Ratu.
"Kenapa kamu merebut mie punyaku!"
"Aku lapar. Kamu buat lagi aja sana!"
Ratu mencebikan bibirnya, lalu Ratu mengambil gelas yang berisi minuman. Saat akan meminumnya, Justin lagi-lagi merebutnya.
"Haus," ucap Justin, yang tidak memperdulikan Ratu yang manyun.
Pada akhirnya Ratu hanya ngelihatin Justin menghabiskan mie-nya. Justin menggeserkan mangkok kosong ke depan Ratu.
"Giliran sudah kosong mangkoknya di kasih ke aku," sungut Ratu.
"Itukan memang tugas kamu," jawab Justin datar.
Ratu hanya merengut manyun dan membawa mangkok dan gelas ke tempat cucian piring. Justin bangun dan kembali ke kamarnya. Ratu yang melihat Justin pergi, buru-buru membilas mangkoknya dan segera menyusul Justin.
"Kamu ngapain ikut masuk kesini?" cegah Justin.
"Mau tidurlah. Bukannya kamu tadi menghabiskan mie-nya aku dan sekarang aku yang tidur disini bersamamu." Seraya mendorong tubuh Justin dan menutup pintunya. Tidak lupa Ratu mengunci pintunya dan memasukkan kuncinya ke dalam bra-nya.
"Enak saja! Sana kamu tidur di kamarku saja."
"Nggak mau. Pokoknya aku akan tetap tidur disini bersamamu," tolak Ratu dan kini Ratu naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuhnya.
"Baik. Jika kamu mau tidur disini, aku yang akan tidur di kamarku." Tukas Justin dan segera membuka pintunya.
Justin mengernyitkan dahinya, karena pintunya tidak bisa di buka. Justin lupa kalau pintunya sudah di kunci oleh Ratu.
"Ratu, mana kuncinya?" pinta Justin.
"Oh... Kunci. Kamu mau keluar, tapi kalau mau keluar kamu ambil sendiri kuncinya," ucap Ratu yang kini berubah posisinya duduk, lalu mengambil kuncinya di dalam bra-nya
"Berikan kuncinya padaku." Justin mendekati Ratu untuk merebut kuncinya, tapi saat Justin akan merebut kuncinya. Ratu memasukkan kembali kuncinya kedalam bra-nya, membuat Justin menggeram kesal.
"Ratu!! Jangan main-main! Berikan kuncinya!" Pinta Justin marah.
"Ambil saja sendiri. Nih... Ambil." Seraya membusungkan dadanya.
Justin meremas tangannya kesal. Mana mungkin Justin mengambil kuncinya di dalam sana. Ratu menaikkan kedua alisnya, melihat Justin tidak mengambilnya.
"Kenapa nggak di ambil?"
"Cepat berikan kuncinya." Justin berusaha merendahkan suaranya dan berbicara sehalus mungkin dengan cara versinya.
"Aku kan sudah bilang. Ambil sendiri."
"Ratu...!" Geram Justin.
"Ya sudah kalau nggak mau mah." Lalu Ratu merebahkan lagi tubuhnya.
Justin hanya bisa menahan kekesalannya. Jika dirinya bertindak lebih lanjut, nanti yang ada Ratu bakal menciumnya lagi. Sedangkan dirinya nggak mau lagi dicium oleh Ratu.
Justin menyesal telah merebut mie-nya Ratu dan menghabiskannya. Seharusnya tadi dirinya membiarkan perutnya keroncongan, dan tidak berurusan dengan Ratu. Tapi justru kini, dirinya harus terjebak dengan Ratu.
Dengan terpaksa, Justin naik ke atas ranjang dan tidur di samping Ratu. Wanita yang malam ini ingin dihindarinya, justru kini malah tidur bersamanya.
Ratu tersenyum smrik, melihat Justin tidur di sampingnya. Hampir lima belas menit, Ratu merubah posisi tidurnya. Tangan dan kakinya menindih tubuh Justin.
"Ini cewek tidur nggak bisa diam," gerutu Justin, seraya menyingkirkan tangan dan kaki Ratu. Lalu Justin memunggungi Ratu dan menggeserkan tubuhnya sedikit menjauh dari Ratu.
Semakin menghindari Ratu, justru Ratu semakin mendekatinya. Ratu kembali menimpa tangan dan kakinya ke tubuh Justin.
Justin yang sudah jengkel, menyingkirkan tangan dan kaki Ratu kasar. Justin membalikkan badannya dan menghadap Ratu.
"Bisa nggak sih, tangan dan kakinya jangan menindihku!" Kesal Justin, menatap jengkel wajah Ratu.
"Nggak bisa. Aku nggak akan bisa tidur jika aku nggak memeluk guling."
"Jadi kamu anggap aku guling?!"
"Iya. Guling hidupku." Kaki Ratu kembali menindih kaki Justin.
"Eh...." Ratu langsung memotong ucapan Justin dan langsung mencium bibir tebal Justin. Seperti yang sudah-sudah, tubuh Justin berasa kaku saat Ratu menciumnya. Otaknya selalu ngeblank bila Ratu menciumnya, membuat Justin bingung dengan dirinya sendiri.
"Biarkan aku tidur memeluk guling ku," bisik Ratu dan Justin lagi-lagi bungkam dan seperti tersihir oleh ucapan Ratu. Justin tidak lagi menyingkirkan tangan dan kaki Ratu, lalu Ratu memejamkan matanya sembari memeluk tubuh Justin yang kaku seperti patung.
Aargh... sial. Kenapa aku selalu seperti ini. Kesal Justin di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments