Setelah pertemuan tak sengaja dengan Ratu, Tante Rina datang ke kantor suaminya. Dengan perasaan dongkol, Tante Rina membuka pintunya dengan kasar, membuat suaminya yang tengah kerja tersentak dibuatnya.
"Kenapa sih, datang-datang kok marah-marah!" Celetuk Pak Toni.
"Gimana aku nggak marah-marah! Gara-gara ketemu si Ratu di supermarket!"
"Mama ketemu Ratu?"
"Iya. Kamu tahu mas, apa yang dia katakan! Dia bilang akan merebut kembali harta peninggalan papanya!" Adu Tante Rina kesal.
"Ratu bilang begitu?"
Tante Rina mengangguk, tapi Pak Toni justru tertawa. Membuat Tante Rina menatap heran.
"Mama-mama... Mana mungkin Ratu bisa merebutnya kembali. Apa mama lupa kalau Ratu itu sudah jatuh miskin. Justru yang ada kita harus buat Ratu menderita."
"Papa benar. Kita harus buat Ratu menderita dan kalau perlu kita buat Nirmala mati!" Tante Rina tertawa jumawa. Rasanya sangat menyenangkan bila melihat Ratu menderita.
"Mama betul, kita balas Ratu. Dulu dia sering banget membully putri dan menghinanya. Gara-gara Ratu, putri jadi anak yang pemurung."
Mengingat itu, membuat Pak Toni menjadi emosi dan Pak Toni ingin Ratu menderita.
***
Setelah pembicaraannya dengan Hadi, Justin memilih untuk pulang. Saat tengah melangkah naik ke kamarnya, indra penciumannya mencium wangi masakan, membuat perutnya berdendang.
Justin membelokan langkahnya ke arah dapur dan melihat Ratu tengah memasak seorang diri. Justin menengok ke atas meja makan dan melihat beberapa masakan sudah tersaji di sana.
"Eh, cewek edan. Aku lapar mau makan, tolong siapkan makan untukku," pinta Justin.
"Apa kamu nggak lihat, kalau aku masih repot," sahut Ratu, tapi yang ada Justin menarik baju Ratu dari belakang.
"Eh eh eh... Apa-apaan ini," ucap Ratu.
"Kamu sering bilang, kalau kamu itu istri aku dan harus melayani aku."
"Iya-iya, tapi aku matikan dulu kompornya," jawab Ratu, sembari menyingkirkan tangan Justin dari bajunya, kemudian Justin memilih duduk menunggu Ratu mematikan kompor.
Ratu datang membawa piring dan mengisi piring tersebut dengan nasi dan lauk pauk, setelah itu meletakkan di depan Justin.
Justin segera makan dan sangat menikmati masakan Ratu. Saat sedang menikmati makannya, Eza tiba-tiba datang dan langsung mendudukkan dirinya di kursi. Eza tergiur melihat masakan yang tersaji di depannya.
"Makan enak, nih," cetus Eza, lalu Eza mengambil sepotong ayam goreng, tapi Justin memukul tangan Eza.
"Aduh...." Pekik Eza, menatap Justin.
"Aku mau ngasih perhitungan sama kamu."
Eza menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sepertinya Justin akan balas dendam atas apa yang sudah diperbuatnya dengan Ratu.
Lebih baik aku kabur aja deh, daripada di gantung bang Ajas.
Pelan-pelan Eza bangkit dan kabur dari hadapan Justin.
"Mau kemana kamu!" Sentak Justin.
"Mau ambil minum," elaknya.
"Nggak usah minum. Sini kamu ikut aku," paksa Justin. Eza mengangguk dan ternyata Eza langsung berlari kabur. Justin yang melihat Eza lari, cepat-cepat menangkap Eza.
"Jangan harap bisa kabur kamu," ucap Justin menangkap tubuh Eza.
"Nggak bang, aku nggak akan kabur. Barusan itu aku mau ke kamar mandi."
"Alasan saja," sungut Justin.
Setelah itu Eza digiring menuju halaman belakang. Eza ketar-ketir dibuatnya, sebab Eza tau kalau Justin bakal menghajarnya.
Tiba di halaman belakang, Justin langsung menonjok perut Eza.
"Ampun, bang."
"Sekarang kamu jelaskan, kenapa kamu menjebak aku. Gara-gara kamu, aku harus menikah sama cewek edan itu!"
"Maaf, bang. Aku itu disuruh sama Tante Risti, karena Tante Risti ingin Abang cepat menikah. Maka dari itu, aku meminta Ratu untuk menjebak Abang."
Justin menatap tajam wajah Eza dan mau-maunya disuruh sama mamanya, lalu Justin melayangkan satu tinjunya ke rahang Eza dan Justin siap melayangkan lagi tinjunya ke perut Eza.
"Hentikan!" Teriak Ratu.
Justin menghentikan tinjunya dan menatap Ratu. Ratu kemudian mendekati Justin dan Eza.
"Eza itu niatnya baik. Mau melihat kamu menikah sama aku. Harusnya kamu itu beruntung menikahi aku, coba kalau kamu tidak menikahi aku! Mana ada cewek yang mau sama lelaki tua kayak kamu."
"Apa kamu bilang! Lelaki tua?! Kamu ngatain aku tua!" Marah Justin, tak terima dikatain tua.
"Memang kamu sudah tua dan nggak laku. Buktinya Mama meminta bantuan sama Eza," balas Ratu berkata.
"Eh! Aku tuh bukannya nggak laku. Aku tuh harus selektif memilih cewek!" Sergah Justin.
"Selektif apanya! Memang kamu tuh nggak laku sama cewek atau memang kamu tuh belok."
Justin semakin geram mendengar hinaan dari Ratu. Lalu Justin menarik dan membawa Ratu ke dalam rumah. Justin membawa Ratu menuju kamarnya dan setelah itu, Justin mendorong tubuh Ratu ke atas kasur.
"Kamu ngatain aku belok dan akan aku buktikan kalau aku tuh lelaki normal."
"O ya... Kalau gitu buktikan sekarang juga," tantang Ratu.
Justin mendekat dan mengukung Ratu, tapi saat akan mendekatkan wajahnya ke wajah Ratu. Tiba-tiba Justin jadi ragu, sedangkan Ratu menunggu Justin menciumnya atau lebih dari sekedar ciuman.
Justin yang merasa ragu, memilih bangkit dari atas tubuh Ratu. Sebenarnya Justin takut tergoda dengan kemolekan tubuh Ratu.
"Kenapa nggak jadi." Tanya Ratu.
"Karena kamu bukanlah wanita yang tepat untuk aku sentuh," elak Justin.
"Masa! Aku nggak percaya."
"Terserah. Aku nggak mau benih unggulan ku ditanam di sembarang cewek. Apalagi ceweknya kamu." Dan Justin langsung meninggalkan Ratu begitu saja.
Justin tidak mau terjebak dengan perempuan seperti Ratu. Apalagi Ratu seorang penari club dan pastinya Ratu sudah sering melakukannya dengan lelaki lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments