Gagal

Setelah keluar dari ruangan Justin, Ratu segera mencari Agus. Ratu bertanya kepada salah satu karyawan yang baru masuk ke ruangan kerjanya.

"Ruangan OB di lantai tiga, Mba," ucap karyawan itu dan Ratu segera turun ke lantai tiga dan menuju ruangan OB.

Ratu tersenyum setelah apa yang di carinya ada dan Agus tengah menghabiskan makan siangnya. Ratu menghampiri Agus dan duduk di dekat Agus.

Agus terkejut melihat Ratu duduk di sampingnya.

"Ada apa Non Ratu sampai datang kesini?" Tanya Agus heran.

"Ada yang ingin aku tanyakan, tapi nanti setelah Pak Agus menghabisi makanannya."

Agus mengangguk dan segera menghabisi makanannya. Setelah Agus menyelesaikan makannya, Agus mulai bersuara.

"Non Ratu mau menanyakan apa?"

"Aku mau tanya soal... Kejadian dua tahun lalu. Apa Pak Agus tahu siapa pelaku orang yang telah membunuh kedua orang tuaku dan siapa orang yang telah memperkosa kak Nirmala?"

"Saya tidak tahu, Non," jawab Agus.

"Pak Agus beneran nggak tahu? Bukannya bapak orang pertama yang menemukan orang tuaku meninggalkan?" Tanya Ratu dan berharap Pak Agus tidak sedang membohonginya.

"Saya tidak bohong, Non," ucap Pak Agus seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Akan tetapi, Ratu tidak percaya dengan ucapan Pak Agus. Ratu yakin Pak Agus mengetahuinya, tapi Ratu tidak tahu kenapa Pak Agus menutupinya. Apa mungkin Pak Agus mendapatkan ancam?.

"Kirain Pak Agus tahu siapa pelakunya."

"Maaf, Non. Saya beneran tida tahu," jawab Pak Agus menunduk.

Ratu menghela nafasnya. Ternyata sangat sulit menggali informasi tentang kematian orang tuanya dan pemerkosaan kakaknya.

Karena tidak mendapatkan informasi dari Agus, Ratu memilih pergi. Agus menatap kepergian Ratu, dengan perasaan bersalah.

Dengan langkah gontai, Ratu meninggalkan kantornya Justin. Hati dan pikirannya melayang, mengingat kembali saat dirinya hidup damai bersama orang tuanya dan kakaknya. Setetes air matanya menetes, rasa sedih atas kematian orang tuanya terus menggelayuti hatinya.

Ratu sudah sampai di rumah dan saat sedang melangkahkan kakinya menuju dapur. Ratu terkejut dengan adanya Eza di rumah ini.

"Hai, Ra," sapa Eza, tapi Ratu tidak menjawab panggilannya. Ratu masih terkejut melihat Eza ada disini.

"Bengong aja," lanjut Eza. Tapi kemudian Ratu baru ingat kalau Eza saudaranya Justin.

"Kamu sudah pulang. Bagaimana, apa Justin mau makan bekal yang kamu bawa?" Tanya Mama Risti.

"Iya, ma...."

"Sini, Ra. Kita duduk dulu," ajak Mama Risti. Ratu pun segera mendudukkan dirinya di sofa .

"Eza sudah cerita semua tentang kehidupan kamu. Mama nggak menyangka, kalau hidup kamu sangatlah rumit. Bahkan kamu rela bekerja jadi penari club demi biaya pengobatan kakak kamu yang sedang mengalami gangguan jiwa."

Ratu hanya mengangguk kecil, wajahnya berubah muram bila sudah membicarakan tentang keluarganya.

"Mama akan bantu pengobatan kakak kamu dan Mama minta kamu berhenti bekerja jadi penari club lagi."

"Kenapa harus berhenti?" Tanya Ratu.

"Mama kan sudah bilang, akan membantu membiayai pengobatan kakak kamu dan kamu harus fokus dengan misi kamu menaklukkan hati Justin."

"Oh...."

"Bisakan? Seperti tadi pagi contohnya." Lanjut Mama Risti.

"Ratu akan berusaha menaklukkan hati Justin," jawab Ratu.

Mama Risti tersenyum senang dan semoga saja Justin mau membuka hatinya untuk Ratu.

***

Malam pun tiba dan kini Ratu tengah duduk di atas ranjang, sembari memainkan handphonenya. Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok tinggi dan tegap. Terlihat sekali rasa lelah di wajahnya.

Ratu cuek saja, saat Justin melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Ratu meletakkan handphonenya dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian ganti untuk Justin.

Malam ini, Ratu mulai menjalankan misinya menaklukkan hati Justin. Setelah mengambil pakaian ganti, Ratu menunggu Justin selesai mandi.

Pintu kamar mandi di buka. Justin keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Ngapain kamu berdiri di situ."

"Aku mau membantu kamu mengenakan pakaian," ucap Ratu, yang kini mendekati Justin.

"Kamu mau ngapai." Justin menahan tubuh Ratu yang mendekatinya. Justin harus waspada dengan tingkah Ratu yang selalu menciumnya tiba-tiba.

"Aku kan istri kamu. Wajarlah jika istrimu ini membantu kamu mengenakan pakaian."

"Nggak perlu! Aku bisa sendiri." Sergah Justin, kemudian Justin menyingkirkan tubuh Ratu dan Justin segera mengambil pakaiannya di lemari.

Justin mengernyitkan dahinya, karena tidak bisa membuka pintu lemarinya.

"Kenapa tidak bisa di buka," gumam Justin, sembari berusaha membuka pintu lemari.

"Kenapa?" Tanya Ratu.

"Kenapa pintu lemarinya tidak bisa di buka?" Ketus Justin.

"Mana aku tahu. Tapi cuman pakaian ini yang bisa kamu kenakan." Seraya mengambil pakaiannya Justin.

"Kamu gila! Aku nggak mau pakai itu!" Tolak Justin. Pakaian tidur berwarna pink bunga-bunga. Ratu sengaja membeli pakaian itu, agar Justin tidur tidak mengenakan pakaian.

"Ya sudah kalau nggak mau. Berarti malam ini kamu tidur tidak mengenakan pakaian. Ah! Atau jangan-jangan... Kamu pura-pura menolak mengenakan pakaian ini agar kamu bisa menggoda aku, begitu."

"Na jis aku menggoda kamu. Lebih baik aku kenakan pakaian ini dari pada aku tidur bertelanjang, yang ada nanti aku malah di apa-apain lagi," ucap Justin bergidik ngeri.

Lalu Justin membawa pakaian itu ke kamar mandi dan Ratu mendengus karena misinya gagal. Akan tetapi tidak masalah, meskipun malam ini gagal masih ada esoknya lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!