Your Majesty

Your Majesty

Chapter 01

Kala itu, mentari pagi menampakkan dirinya di ufuk timur. Salju semalam turun kini turut menghiasi setiap jengkal hamparan rumput yang luas di taman. Sementara itu, seorang gadis berkulit pucat tengah memandangi taman dari jendela kamarnya.

Calista, gadis itu dengan sorot mata hijau terangnya menyapu pada sekeliling taman dan memperhatikan beberapa orang yang sudah disibukkan dengan urusannya masing-masing berlalu-lalang di taman itu.

Tak lama kemudian, dari pintu kamarnya terdengar suara ketukan yang membuatnya menolehkan wajahnya. "Masuklah." ucap Calista dengan suaranya yang lembut.

Seorang pelayan tampak menggendong seekor kucing saat ia masuk ke dalam kamar Calista. Pelayan itu membungkuk sedikit pada Calista lalu ia berkata "Nona Samantha sudah dibersihkan, Tuan Putri."

"Samantha!" secercah senyuman tersimpulkan pada wajah Calista yang sedari tadi tak berekspresi. Calista berjalan mendekati pelayan itu dengan kedua tangannya yang terbuka lebar dan kemudian mengambil kucing putih dari gendongan pelayan itu.

"Tuan Putri, Yang Mulia Raja sudah menunggu Tuan Putri di ruang makan istana." Calista hanya melirik tajam pada pelayan itu dengan jari-jarinya yang mengusap lembut Samantha.

Pelayan itu menjadi ciut saat Calista melirik padanya. Ia pun kemudian membungkukkan tubuhnya pada Calista seraya berkata "Kalau begitu saya pamit, Tuan Putri."

Setelah pelayan itu keluar dari kamar Calista, sekarang yang tersisa di ruangan yang didominasi oleh warna merah gelap itu hanyalah Calista dan Samantha, kucing putih piaraannya itu. Gadis itu yang sedang berdiri di ambang pintu menyembulkan kepalanya menengok ke sekeliling lorong yang ada di depan kamarnya.

Sepi, itulah yang terjadi di lorong. Tak ada satu pun orang yang tampak berada di lorong itu. Calista hanya mendesah pelan. Gadis itu kembali masuk ke dalam kamarnya dan tak lupa pula ia menutup rapat-rapat pintu kamarnya dengan perlahan.

Samantha pun kini sudah terduduk manis di atas sofa empuk yang ada di sudut kamar Calista. Calista menghampiri kucing piaraannya itu lalu ia terduduk di sebelahnya. Lagi-lagi, Calista menghela nafasnya panjang. Ia menoleh pada Samantha dengan tatapannya yang lesu dan sembari ia mengusap rambut kucing itu, ia berkata "Aku benci kalau harus sarapan dengan ayah."

Samantha hanya bisa mengeong. Kucing itu tampaknya menikmati setiap sentuhan lembut yang diberikan oleh majikannya itu kepadanya. Bahkan kini Samantha terlihat akan tertidur akibat perbuatan Calista.

Sementara gadis itu melamun meski pun jari-jarinya setia membelai tiap helaian rambut putih milik Samantha. Sorot matanya hanya menatap kosong pada dinding yang ada di seberangnya.

Namun lamunan Calista buyar saat indera pendengarannya kembali menangkap suara ketukan dari balik pintu kamarnya. Calista segera menoleh ke arah pintu seraya ia berkata "Masuklah."

Sesosok wanita yang berbeda dari sebelumnya tampak berdiri di ambang pintu. Dari pakaiannya tentu terlihat jelas bahwa ia berasal dari kalangan bangsawan. Wanita itu berjalan dengan anggun menghampiri Calista yang tengah duduk di sofa.

Mirana, wanita itu kemudian terduduk di seberang kanan Calista. "Calista," suara Mirana terdengar sangat lembut saat ia memanggil gadis itu. Sementara Calista justru memalingkan wajahnya dari Mirana. "Ayah menunggumu di ruang makan, Calista."

Kini Mirana juga menggenggam tangan Calista, membuat gadis itu kembali menoleh padanya. Tatapannya yang memelas membuat Calista tak sampai hati untuk terus mendiamkannya. Lantas ia pun berkata pada Mirana "Aku tak ingin bertemu dengannya, ibu. Setidaknya sampai ayah setuju untuk mengangkatku menjadi pewaris tahta."

"Kau pikir ibu juga tak ingin kau menjadi Putri Mahkota, Calista?" tangan Mirana dengan setia membelai lembut tangan putri semata wayangnya itu. Mirana menggeleng dengan senyumannya yang kecut dan wanita itu kembali berkata "Hukum Kerajaan Hellenocitus memang seperti itu, Calista. Kau tak bisa menjadi pewaris untuk tahta Kerajaan Hellenocitus."

"Itu tak adil, ibu." Calista yang sudah benar-benar kesal langsung memprotes pada ucapan yang keluar dari mulut Mirana. "Ayah tak memiliki anak selain aku. Lalu siapa yang akan menjadi pewaris tahta? Apa ayah akan menurunkan tahtanya untuk bangsawan lain?"

"Calista," Mirana tahu putri semata wayangnya itu kini sedang tersulut emosinya. Dirinya mencoba untuk menenangkan Calista dengan berkata "Kau tetap akan menjadi seorang Ratu, Calista. Ibu sudah menyiapkannya untukmu."

"Benarkah?" sorot mata Calista yang semula menggambarkan emosinya kini berbinar-binar menatap Mirana.

Sementara itu, Mirana mengangguk kecil seraya ia berkata "Maka dari itu temui dulu ayahmu itu. Ada yang ingin dia sampaikan untukmu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!