Hari yang telah dinanti-nanti akhirnya tiba. Seisi Kerajaan Voheshia turut bersuka cita merayakan pernikahan antara Edgar dan Calista, tak hanya dari kalangan rakyat biasa tapi juga dari kalangan bangsawan. Bahkan pada hari itu, seluruh penjuru Kerajaan diramaikan dengan pesta perayaan pernikahan kedua Putra dan Putri Mahkota itu.
Saat itu, upacara pemberkatan telah usai. Kini dilanjutkan dengan pesta perayaan yang digelar di Istana. Pestanya berjalan dengan meriah dengan alunan musik, tarian dansa, serta hidangan dari berbagai penjuru Kerajaan tersedia di sana.
Sementara itu, bintang mereka hari ini tampak sedang berdansa di bawah sana. Seluruh perhatian para tamu undangan yang ada di aula Istana itu tertuju pada setiap gerakan gemulai nan anggun yang dilakukan oleh Calista dan Edgar. Mereka semua bertepuk tangan saat alunan musiknya mulai mereda.
Setelah selesai berdansa, Calista kemudian mengambil segelas sampanye dari salah seorang pelayan yang berada di dekatnya. Saat gadis itu hendak menenggak minumannya, ia mendengar tawa lirih dari pria yang kini berstatus sebagai suaminya sehingga membuat ia bertanya "Apa yang membuatmu tertawa?"
"Tak ada." Edgar dengan segera menggeleng, berharap agar istrinya itu tak salah paham dengan dirinya. "Aku hanya baru ingat kalau kita belum pernah saling mengobrol sebelumnya."
Yang dikatakan oleh Edgar memang ada benarnya. Meski pun pasangan itu sebelumnya telah direncanakan untuk menikah, Edgar dan Calista sama sekali belum pernah saling berbincang. Bahkan, Edgar hanya mengirim seorang pelayan alih-alih ia memanggil sendiri Calista yang terlambat datang di acara sarapan pagi waktu itu.
Calista yang menyadari itu bahkan ikut tertawa kecil, membuat Edgar bernafas lega. Tampaknya istrinya itu tak salah paham dengannya. Lantas Calista pun berkata "Itu wajar. Kita menikah bukan dari kemauan kita, melainkan dari kemauan orang tua atau, Kerajaan kita."
"Jadi kita harus menurut pada kemauan Kerajaan, ya?" Edgar memiringkan wajahnya saat ia membelai lembut pipi Calista. Tatapan manik mata biru terang miliknya begitu dalam menyelami netra hijau milik istrinya itu.
"Aku akan melakukan apa pun demi Kerajaanku." Calista melempar senyuman tipisnya pada suaminya itu.
Di saat itu, Edgar tanpa sengaja melirik pada sosok yang tampaknya baru saja hadir di pesta pernikahannya. Lantas Edgar melepaskan tangannya dari wajah Calista dan kemudian pergi meninggalkan Calista.
Calista kebingungan saat suaminya itu pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Saat ia mengamati, gadis itu mendapati suaminya menghampiri seorang pria yang tampak lebih tua dari suaminya.
"Pangeran Harith, putra pertama Yang Mulia Raja dari selir tertuanya." Calista menoleh saat seseorang berbicara padanya. Archduchess Ardarel yang baru saja menghampiri Calista melempar senyuman padanya seraya berkata "Saya sarankan Tuan Putri berhati-hati dengannya. Pangeran Harith adalah saingan terbesar suami Tuan Putri dalam mendapatkan tahta. Dan menurut rumor yang beredar, Pangeran Harith dan istrinya meninggalkan jabatannya di kota Saphile karena ingin merebut posisi pewaris tahta dari Pangeran Edgar."
"Kenapa aku harus peduli?" Calista mengangkat kedua bahunya, bersikap seolah tak mempedulikan perkataan Archduchess Ardarel.
Namun Archduchess Ardarel tak sebodoh itu. Ia tetap mengetahui kekhawatiran yang ada dalam benak Calista meski pun gadis itu bersikap seolah-olah tak menghiraukannya. Archduchess Ardarel tersenyum menggoda Calista seraya ia berkata "Tuan Putri tak perlu menutupinya di depan saya. Itu terlihat jelas kemarin sore. Sangat jarang ada wanita yang tertarik dengan urusan Kerajaan."
"Jadi kemarin terlihat jelas, ya?" Archduchess Ardarel hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Calista. "Kalau begitu apa yang harus aku lakukan?" tanya Calista meminta pendapat Archduchess Ardarel.
Sementara wanita itu tersenyum puas saat rencananya berhasil. Archduchess Ardarel lantas berkata "Memilih pihak yang tepat adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan Tuan Putri untuk bertahan di sini. Banyak Pangeran dan Putri yang mati sia-sia hanya karena menaruh kepercayaan mereka pada pihak yang salah, Tuan Putri."
Calista berfikir sejenak. Ia mengerti kemana arah pembicaraan mereka berdua saat ini, namun Calista perlu memutuskannya dengan sangat hati-hati. Seperti yang dikatakan oleh Archduchess Ardarel tadi, nasib dan masa depannya di Kerajaan Voheshia dipertaruhkan saat itu juga, terlebih jika Calista memihak pada pihak yang salah. Setelah berfikir cukup lama, lantas Calista pun bertanya "Bisakah aku bertemu Archduke Ardarel nanti malam?"
"Ya, Tuan Putri?" Archduchess Ardarel tampaknya cukup terkejut dengan reaksi Calista. Untuk apa Putri itu meminta suaminya untuk menemuinya? Namun Archduchess Ardarel memilih untuk tak terlalu memusingkannya. Lantas wanita itu pun menjawab "Nanti saya akan minta Archduke Ardarel untuk menemui Tuan Putri."
"Terimakasih." Archduchess Ardarel pun kembali mengangguk.
"Paduka Pangeran," Archduchess Ardarel tiba-tiba membungkuk, membuat Calista berbalik. Ia sedikit dikejutkan dengan keberadaan Edgar di hadapannya. Calista bahkan tak menyadari kalau Edgar menghampirinya tadi bersama seorang pria yang disebutkan oleh Archduchess Ardarel tadi Pangeran Harith bersama dengan seorang wanita yang merupakan istri Pangeran Harith.
"Sepertinya kalian sedang asyik mengobrol." Edgar pun kemudian hendak pergi meninggalkan Calista dengan Archduchess Ardarel.
Namun Archduchess Ardarel terlebih dahulu menghentikannya dengan berkata "Kami sudah selesai, Paduka Pangeran. Saya masih ada urusan di tempat lain." lantas Archduchess Ardarel pun kembali menunduk sejenak pada Edgar lalu pergi meninggalkannya. Namun sebelum ia berjalan jauh, Archduchess Ardarel terlebih dahulu menoleh dan mengangguk kecil pada Calista.
"Calista," gadis itu menoleh saat suaminya memanggil namanya. Edgar pun kemudian menunjuk pada Pangeran Harith lalu ia kembali berkata "Pangeran Harith ingin menemuimu."
"Pangeran Harith Oliver Dominique, Tuan Putri." Pangeran Harith pun memperkenalkan dirinya pada Calista.
"Calista Despina Rajacenna." balas Calista.
Kini perhatian Calista beralih pada sosok wanita yang berdiri di samping Pangeran Harith. "Tuan Putri," merasa dirinya di perhatikan oleh Calista, lantas wanita itu hendak membungkuk pada Calista, namun terlebih dahulu dihentikan oleh Calista dengan uluran tangannya. "Alice Alysha Dominique." ucap Putri Alice sembari membalas uluran tangan dari Calista.
Tak butuh waktu lama untuk Pangeran Harith dapat akrab dengan Calista. Itu tak seperti biasanya, terlebih Pangeran Harith terkenal akan reputasinya yang angkuh. Bahkan Edgar yang adiknya sendiri pun terheran dengan sikap kakaknya.
Berbeda dengan suaminya yang terlihat senang saat berbincang dengan Calista, Putri Alice justru hanya terdiam dengan sesekali mengangguk dan mengiyakan perkataan mereka berdua yang Alice sendiri tak mengerti apa maksudnya.
Tanpa terasa hari sudah mulai sore. Beberapa tamu undangan juga sudah mulai meninggalkan pesta. Hanya beberapa yang tersisa dari mereka. Pangeran Harith pun juga tampaknya sudah akan meninggalkan pesta itu.
Namun, sebelum Pangeran Harith pergi bersama istrinya, pria itu terlebih dahulu berkata pada Calista "Berhati-hatilah dengan ambisi Tuan Putri. Nyawa Tuan Putri bisa terancam hanya karena ambisi bodoh yang Tuan Putri miliki."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments