King Of School
Hari yang begitu cerah, awan putih menghiasi langit di pagi hari. Suara kicauan burung terdengar dari pepohonan area taman kampus. Terlihat seorang gadis berlari di lorong sembari mendekap beberapa buku. Dia terlihat sangat tergesa-gesa sekali. Rambutnya terurai dan melayang di udara saat dia berlari.
"Sial, aku telat." Umpat Zoya, gadis berusia 20 tahun yang terkenal sangat pintar di kampus. Dengan mengenakan knee length dress yang sederhana Zoya menarik perhatian beberapa mahasiswa lainnya.
Universitas Leighton tempat dimana semua orang-orang besar dan sukses terlahir. Universitas swasta ini tidak hanya menampung para mahasiswa dari keluarga kalangan elit, namun juga mahasiswa yang memiliki talenta yang bagus seperti Zoya Amanda.
Empat semester telah berlalu dan Zoya sama sekali tidak pernah mengeluarkan biaya untuk kuliah. Selain dari beasiswa Zoya juga mendapatkan dana dari magangnya sebagai seorang dancer bersama dengan grubnya.
"Entah kenapa ibu memintaku membereskan kamar utama tadi pagi, kan aku jadi terlambat sekarang." Zoya terus mengumpat merasa sedikit kesal. Tadi pagi ibunya bilang bahwa akan ada tamu besar yang datang, karena itu dia harus membereskan sebuah kamar yang sangat besar sebelum berangkat ke kampus. "Padahal, kamar itu tidak pernah di pakai, memangnya siapa sih tamu besar yang di bicarakan ibu."
Zoya terus berlari sembari menengok arlojinya, sehingga tanpa dia sadari ada seorang lelaki yang muncul dari tikungan lorong.
Bruk.
Zoya menabrak lelaki bertubuh jangkung itu, semua bukunya berterbangan ke udara.
"Aduh..." Zoya merintih kesakitan jatuh ke lantai, dia memegang sikut kirinya yang lecet.
"Apa kau jalan tidak pakai mata?!" Lelaki jangkung itu masih berdiri dan memarahi Zoya dengan nada pelan namun menusuk sampai ke tulang.
Zoya mendongak ke atas melihat wajah lelaki itu dengan samar-samar. Dia kemudian memasang kembali kacamatanya dan melihat sosok yang begitu tampan berdiri di depannya. Sejenak Zoya merasa sedikit terpana, dia tidak pernah melihat lelaki yang begitu tampan bak seorang pangeran, dengan Hoodie hitamnya lelaki itu terlihat sangat cool.
"Hei, kau yang menabrakku, lihat ini sikutku sampai lecet!" Zoya kemudian tersadar kembali dan mulai menatap lelaki tadi dengan sinis.
Zoya kemudian memunguti satu persatu bukunya yang berserakan di lantai.
"Makanya, lain kali kalau jalan tuh pakai mata." Lelaki itu kemudian beranjak pergi tanpa menghiraukan Zoya yang terduduk di lantai. Dan tanpa sengaja dia menyepak salah satu buku Zoya yang di lantai hingga terseret jauh.
Melihat sikap lelaki itu Zoya melongo di penuhi ketidakpercayaan. Bukannya minta maaf dan membantu Zoya yang terjatuh di lantai, lelaki itu dengan arogannya malah pergi begitu saja.
Zoya kemudian berdiri dan berteriak, "Hei, berhenti!" ekspresinya terlihat sangat kesal.
Namun lelaki tadi tidak menghiraukan Zoya dan terus melangkah ke depan.
Darah Zoya semakin mendidih dan naik ke kepala hingga wajahnya terlihat merah.
"Apa kau tidak dengar, kau sudah menabrakku dan kau malah pergi begitu saja, begitu kah ibumu mengajarimu." Amarah Zoya begitu meledak-ledak, sampai dia melayangkan sendalnya ke arah lelaki itu.
Mendengar ibunya disebut lelaki tadi menoleh kebelakang dan memiringkan sedikit tubuhnya ke samping. Sehingga sandalnya Zoya meleset dan malah mendarat di wajah seorang dosen wanita.
Melihat hal itu, wajah Zoya langsung berubah, keningnya mengkerut, kedua alisnya terangkat dan bibirnya menegang menunjukan ekspresi cemas.
"Zoyaaaaa......" Teriak dosen wanita itu dengan penuh amarah.
"Aduh, matilah aku." Ucap Zoya penuh dengan ekspresi menyesal.
Lelaki tadi bahkan tidak bergeming sedikitpun melihat hal itu dan memilih untuk terus berjalan dengan santai.
"Temui aku di ruangan sekarang!" Seru buk dosen sembari menggenggam sendalnya Zoya.
Dengan cepat Zoya memungut semua bukunya dan segera pergi dari sana.
...
Di ruangan rektorat terlihat wanita paruh baya duduk menghadap Rektor yang bersandar santai di kursinya.
"Jadi, Nyonya Cody karena urusan bisnis kau memindahkan anakmu ke sini." Ucap pak Rektor dengan tampang serius.
"Ya, kami terpaksa harus meninggalkannya di sini." Ucap wanita itu.
Tidak lama kemudian seorang lelaki yang baru saja menabrak Zoya tadi terlihat memasuki ruangan.
Rektor itu menatap wajahnya dengan serius.
"Jadi dia putramu, Brian Cody."
"Ya, Brian sini sapa dulu pamanmu."
Brian berjalan mendekat dengan tampang acuh tak acuh, dia menarik kursi dan mulai untuk duduk dengan santai.
"Brian, kau sangat mirip dengan ayahmu." Ucap pak Rektor untuk basa-basi.
"Jangan pernah samakan aku dengan pak tua itu." Jawaban Brian terdengar sangat tegas dan menakutkan.
Seketika pak Rektor terkejut melihat sikap Brian yang begitu dingin. Baru kali ini dia melihat seorang anak menyebut ayahnya seperti itu.
"Brian! Tolong jaga bicaramu, maafkan dia pak! Brian memang seperti ini." Ucap ibunya Brian dengan jujur, dia tidak menyembunyikan sikap Brian yang begitu kurang ajar terhadap ayahnya sendiri.
"Hmm, aku mengerti. Tapi kau tidak perlu khawatir demi keluarga aku akan tetap menerimanya disini, besok dia sudah bisa masuk."
"Aku sangat berterima kasih, kalau begitu kami permisi dulu."
Dengan perasaan yang agak malu ibunya Brian menarik tangan putranya untuk segera pergi meninggalkan ruangan itu. Dia merasa sedikit malu karena Brian tidak bisa mengendalikan emosinya di depan pak Rektor.
Di dalam mobil Brian terlihat santai duduk di belakang dengan kedua tangannya yang melintang di bahu kursi.
"Brian, jika kau tidak bisa bicara dengan baik di depan kami, setidaknya jangan lakukan itu di depan orang lain." Seru Michelle ibunya Brian. Dia memperingati putranya untuk bersikap lebih sopan di depan orang lain untuk menjaga martabat keluarga Cody.
"Apakah ini sebuah ancaman, peringatan atau nasehat." Ucap Brian dengan acuh tak acuh.
"Brian, ibu tidak tahu sampai kapan kau terus bersikap seperti itu, seolah-olah kami ini adalah musuh bagimu." Michelle terus mengomeli putranya dari kursi depan.
Hubungan antara anak dan ibu itu terlihat sangat renggang. Walaupun Brian berasal dari keluarga kaya, itu tidak membuatnya hidup dengan bahagia. Karena masalah keluarga Brian sampai harus pindah Unversitas. Bukan atas keinginannya melainkan itu adalah kehendak kedua orang tuanya sendiri, dia bahkan merasa bahwa dirinya telah dicampakkan oleh kedua orang tuanya.
"Heh, tanyakan itu pada diri kalian." Ucap Brian dengan acuh tak acuh.
Melihat sikap putranya yang begitu dingin, Michelle tidak mau melanjutkan perdebatan mereka. Karena dia tahu jika ini terus berlanjut, maka akan berujung pada hal yang tidak diinginkan.
"Ayo pak, pergi ke mansion Cody." Seru Michelle kepada sang sopir.
Dengan patuh pak sopir menginjak gas.
Vrooom.
Marcedes benz itu melaju meninggalkan area parkiran kampus.
Sore harinya di mansion peninggalan keluarga keluarga Cody, terlihat seorang penjaga dengan segera membukakan gerbang saat melihat sebuah Marcedes mendekat.
Setelah sedikit belanja untuk keperluan putranya, Michelle akhirnya sampai juga ke mansion yang telah iya tinggalkan selama delapan belas tahun.
Saat dia keluar dan menginjakan kakinya, dia merasa bahwa kenangan masa lalu yang begitu hangat menghampirinya. Dia menatap rumah besar yang berdiri dengan megah itu dengan penuh perasaan terharu.
Lalu seketika sepasang pria dan wanita paruh baya keluar dari rumah megah itu dan menyambut Michelle dengan penuh hormat.
"Selamat datang kembali nyonya."
Ucap mereka bersamaan sembari membungkukkan tubuh mereka kedepan.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Mr. Al
Wah mantep banget, judul nya ampe mirip m punya ku thor namun tetap alur kta berbeda.
Semangat terus ya thor, walau berbeda tetap saling mendukung
2022-10-11
0
Dewi Payang
Apes bener dirimu Zoya😁
2022-09-05
1