Musik pun di mainkan, madam Karmel dan para muridnya mulai memperagakan gerakan tari. Mereka terlihat sangat semangat menari di tengah ruang latihan mengikuti iringan musik yang menyertai. Mereka semua menari dengan serentak.
Brian yang tadinya memasang wajah datar, mulai sedikit menaiki salah satu alisnya. Ternyata madam Karmel dan semua muridnya ini benar-benar tidak bisa di ragukan lagi. Mereka adalah penari profesional yang sebenarnya.
"Lumayan juga mereka." ujar Brian dengan ekspresi acuh tak acuh.
"Tentu saja karena dia adalah guruku."
Ternyata Zoya belajar menari dari madam Karmel. Tidak di ragukan lagi, melihat gurunya sehebat ini, Brian semakin yakin Zoya pasti juga tak kalah hebatnya.
"Yeay."
Setelah musik berhenti Zoya kemudian berdiri dan memberi tepuk tangan kepada madam Karmel dan murid-muridnya. Sementara Brian masih diam dan bersikap dingin.
"Madam, setelah sekian lama anda masih hebat seperti biasanya."
"Kau berlebihan Zizu."
"Zizu?" Brian sedikit terheran mendengar madam Karmel memanggil nama Zoya dengan Zizu. "Apa itu nama panggilan yang di berikan wanita itu pada Zoya."
Brian yang dari tadi duduk santai di kursi tiba-tiba ditarik Zoya ke tengah ruangan. Sekarang adalah giliran Brian dan Zoya untuk tampil. Semua murid madam Karmel memberi tepuk tangan pada Brian, mereka tidak sabar untuk melihat bagaimana kakak tampan itu menari.
"Ayo, sekarang giliran mu, tunjukan sedikit apa yang kau bisa."
"Apa, aku?"
Brian berdalih seolah-olah bukan dia yang di tunjuk Zoya. Saat ini dia ingin mencoba mencari celah agar bisa lepas dari sana, Zoya benar-benar membawanya ke dalam masalah sekarang. Rasanya ingin sekali dia menarik kembali kata-katanya yang sok keren di hadapan Vince kemarin.
Semua murid dan madam Karmel segera memberi ruang untuk Zoya dan Brian menari. Dengan segera musik pun di putar.
"Sekarang ikuti gerakkan ku."
Zoya mulai memperagakan satu gerakan kecil pada Brian, tapi sebelum sempat melakukannya tiba-tiba terdengar suara ponsel Zoya berdering dan memecah suasana. Melihat hal itu Brian langsung menarik nafas lega, tadinya dia sempat merasa sedikit tegang. Suara dering ponsel Zoya adalah penyelamat bagi Brian.
"Halo," Zoya mengangkat panggilan itu, dia heran entah siapa yang meneleponnya karena itu hanya sebuah nomer.
"Zoya..." terdengar suara jeritan seseorang dari seberang telfon yang memekakkan telinga Zoya.
"Halo, apa ini kau Edi? Ada apa kenapa kau berteriak."
Ekspresi Zoya berubah menjadi sangat bingung sekarang, yang meneleponnya ternyata adalah Edi salah satu teman Zoya yang ada di grup dance. Semenjak Trisha membubarkan grup itu, Zoya tidak pernah menghubungi salah satu dari mereka lagi.
Bukan karena Zoya tak mau, tapi karena semua teman-temannya lah yang ingin menjauhi Zoya. Semenjak itu, seluruh kampus mulai menjauhi Zoya. Lantas kenapa sekarang Edi menelponnya, apa lagi di dengar dari suaranya, Edi sepertinya sedang menghadapi masalah.
"Zoya... mereka datang kesini dan ingin bertemu denganmu sekarang."
"Edi jelaskan secara perlahan, aku tidak mengerti, siapa yang kau maksud."
"Mereka sudah memukuliku dari tadi Zoya, kumohon selamatkan aku."
Bip
Panggilan itu langsung dimatikan. Terlihat ekspresi wajah Zoya berubah menjadi sangat cemas. Sepertinya ada sesuatu yang buruk sedang terjadi di studio mereka.
"Ada apa nona cerewet?" tanya Brian dengan serius saat melihat Zoya yang tiba-tiba menjadi cemas.
"Kita harus ke studio sekarang, temanku membutuhkan kita." seru Zoya yang mulai bergegas mengambil tas sandangnya.
"Tapi bukankah kita sedang latihan?" ucap Brian, entah mengapa dia mengatakan itu. Padahal di dalam hatinya, dari tadi dia memang ingin meninggalkan tempat ini.
"Latihannya nanti saja, ini sangat penting," Zoya kemudian mendekati madam Karmel, "madam aku mohon maaf, sepertinya kami harus menunda latihan ini, tiba-tiba saja ada sedikit urusan penting yang harus aku selesaikan."
Madam Karmel kemudian menepuk lembut bahu Zoya dan berkata, "Hei, kenapa kau terlihat cemas begitu, tenanglah. Tidak masalah Zizu, kau bisa datang lain waktu untuk latihan. Tapi jangan lupa juga untuk bawa pria tampan ini."
Melihat kedipan mata madam Karmel, Brian langsung membuang pandangannya. Dia mulai merasa sangat geli, kenapa wanita yang sebaya dengan ibunya bertingkah genit seperti ini.
Zoya dan Brian kemudian langsung segera beranjak pergi dari sana. Akhirnya dewi Fortuna telah menyelamatkan Brian dari tempat itu. Tadinya Brian sudah hampir kehilangan harapan, tak tahu entah siapa yang menelpon Zoya tadi. Rasanya Brian harus segera berterima kasih untuk itu.
"Nona cerewet, ada apa sebenarnya." Melihat Zoya yang tampak cemas sedari tadi, Brian pun menjadi penasaran.
"Aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja temanku Edi menelfon tadi. Dia ingin aku segera ke studio secepatnya." jawab Zoya dengan penuh kebingungan.
"Bukankah mereka sudah tidak ingin bicara denganmu lagi, lalu kenapa kau masih mau berhubungan dengan orang-orang yang mengkhianatimu." ucap Brian dengan santai sambil terus menyetir.
"Kenapa kau berkata seperti itu, mereka tidak ada hubungannya dengan Trisha." Zoya mencoba menyangkal, menurut Zoya ketiga temannya yang lain sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengkhianatan yang dilakukan Trisha.
Edi, Larry dan Isma adalah teman-teman satu tim Zoya. Dari sejak SMA mereka berlima sudah membentuk grub dance Sun Sunny, hubungan mereka sudah sangat dekat seperti saudara. Zoya sangat mempercayai mereka, karena itulah saat dia melihat Trisha yang berkhianat Zoya merasa benar-benar terpukul.
Tidak lama kemudian akhirnya mereka pun sampai juga ke studio Sun Sunny. Begitu Brian dan Zoya turun dari mobil, betapa terkejutnya mereka melihat suasana yang ada disana. Ternyata sudah ada dua pria berbadan kekar dan tinggi sedang berdiri depan pintu studio. Mereka tampak seperti preman yang sangat menakutkan. Salah satu dari mereka terlihat sedang menarik kerah bajunya Edi.
"Berapa lama lagi wanita itu akan datang, ha?" ucap salah satu preman itu.
"Hei lepaskan dia." teriak Zoya yang berjalan mendekat.
Salah satu pria yang punya tato di lengan kemudian melemparkan Edi ke tanah hingga tersungkur. Wajah Edi tampak sangat menyedihkan. Sepertinya dia sudah di hajar habis-habisan oleh kedua preman itu.
"Edi..." Zoya segera membantu Edi yang terkapar di tanah.
"Zoya tolong aku." Edi meringis kesakitan dan kemudian terkapar tidak sadarkan diri.
"Itu dia wanita yang kita cari." ucap salah satu preman itu sambil menunjuk ke arah Zoya.
"Kalian, kalian keterlaluan, kenapa kalian melakukan ini." Zoya tampak sangat geram dan meremas jemarinya, dia tidak tega melihat temannya sudah dihajar habis-habisan.
"Hahaha, hei manis kenapa kau bertanya." ucap preman itu sambil tertawa jahat. "kau sudah tahu alasannya, kami kesini untuk menagih hutangmu."
"Ya, jika kau tidak mau melunasinya hari ini kau akan berakhir sama seperti temanmu yang bodoh itu."
Seketika Zoya mengepalkan kedua tangannya dia benar-benar tidak bisa terima melihat Edi di hajar babak belur begini. Sedangkan Brian masih tampak sangat tenang dan mencoba untuk memahami situasi yang terjadi.
"Bukankah masih ada waktu satu bulan lagi, aku sudah bilang pada Jhony akan melunasinya setelah kompetisi dance."
"Hei manis, tuan Jhony sudah memberimu banyak kesempatan sekarang kesabarannya sudah habis."
"Cepat lunasi hutangmu atau kau bisa menghabiskan satu malam bersama kami, dari tadi kulihat kau ternyata cukup menarik. Kau membuat hasrat kami menjadi menggelora, hahaha."
Mendengar ucapan preman itu, Zoya menggertakan giginya. Dia mungkin bisa bersabar dengan segala penghinaan, tapi jika itu menyangkut kehormatannya sebagai seorang wanita maka dia tidak akan tinggal diam.
Zoya melangkah maju dan memberi tamparan pedas ke wajah preman bertato. Terlihat telapak tangan Zoya membekas di wajah si preman. Tak di sangka Zoya benar-benar berani berbuat senekat itu.
"Kau... beraninya menamparku."
woosh.
Preman bertato tadi ingin membalas dengan mengayunkan punggung telapak tangannya ke arah Zoya. Tapi seketika Brian maju dan menepisnya, kemudian Brian langsung memberi tendangan keras ke dada preman itu hingga ia melayang dan menghantam pintu studio.
Zoya menjadi terkesiap melihat aksi tuan mudanya, tak pernah terbayang di benak Zoya. Kalau Brian bisa melakukan hal semacam itu. Kali ini Brian memang tampak seperti aktor yang ada di film-film.
"Ada dua tipe orang yang aku benci di dunia ini, pertama orang yang membuang-buang waktuku. Kedua orang yang berani mengangkat tangannya pada seorang wanita. Dan kau sudah melakukan keduanya, dasar menyebalkan." ucap Brian dengan tatapan sedingin es, bahkan preman yang satunya sampai menggigil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Diana Silaen
mantap lanjut thor👍👍👍👍👍
2024-06-16
0