Bab 17

Musik pun di mainkan, madam Karmel dan para muridnya mulai memperagakan gerakan tari. Mereka terlihat sangat semangat menari di tengah ruang latihan mengikuti iringan musik yang menyertai. Mereka semua menari dengan serentak.

Brian yang tadinya memasang wajah datar, mulai sedikit menaiki salah satu alisnya. Ternyata madam Karmel dan semua muridnya ini benar-benar tidak bisa di ragukan lagi. Mereka adalah penari profesional yang sebenarnya.

"Lumayan juga mereka." ujar Brian dengan ekspresi acuh tak acuh.

"Tentu saja karena dia adalah guruku."

Ternyata Zoya belajar menari dari madam Karmel. Tidak di ragukan lagi, melihat gurunya sehebat ini, Brian semakin yakin Zoya pasti juga tak kalah hebatnya.

"Yeay."

Setelah musik berhenti Zoya kemudian berdiri dan memberi tepuk tangan kepada madam Karmel dan murid-muridnya. Sementara Brian masih diam dan bersikap dingin.

"Madam, setelah sekian lama anda masih hebat seperti biasanya."

"Kau berlebihan Zizu."

"Zizu?" Brian sedikit terheran mendengar madam Karmel memanggil nama Zoya dengan Zizu. "Apa itu nama panggilan yang di berikan wanita itu pada Zoya."

Brian yang dari tadi duduk santai di kursi tiba-tiba ditarik Zoya ke tengah ruangan. Sekarang adalah giliran Brian dan Zoya untuk tampil. Semua murid madam Karmel memberi tepuk tangan pada Brian, mereka tidak sabar untuk melihat bagaimana kakak tampan itu menari.

"Ayo, sekarang giliran mu, tunjukan sedikit apa yang kau bisa."

"Apa, aku?"

Brian berdalih seolah-olah bukan dia yang di tunjuk Zoya. Saat ini dia ingin mencoba mencari celah agar bisa lepas dari sana, Zoya benar-benar membawanya ke dalam masalah sekarang. Rasanya ingin sekali dia menarik kembali kata-katanya yang sok keren di hadapan Vince kemarin.

Semua murid dan madam Karmel segera memberi ruang untuk Zoya dan Brian menari. Dengan segera musik pun di putar.

"Sekarang ikuti gerakkan ku."

Zoya mulai memperagakan satu gerakan kecil pada Brian, tapi sebelum sempat melakukannya tiba-tiba terdengar suara ponsel Zoya berdering dan memecah suasana. Melihat hal itu Brian langsung menarik nafas lega, tadinya dia sempat merasa sedikit tegang. Suara dering ponsel Zoya adalah penyelamat bagi Brian.

"Halo," Zoya mengangkat panggilan itu, dia heran entah siapa yang meneleponnya karena itu hanya sebuah nomer.

"Zoya..." terdengar suara jeritan seseorang dari seberang telfon yang memekakkan telinga Zoya.

"Halo, apa ini kau Edi? Ada apa kenapa kau berteriak."

Ekspresi Zoya berubah menjadi sangat bingung sekarang, yang meneleponnya ternyata adalah Edi salah satu teman Zoya yang ada di grup dance. Semenjak Trisha membubarkan grup itu, Zoya tidak pernah menghubungi salah satu dari mereka lagi.

Bukan karena Zoya tak mau, tapi karena semua teman-temannya lah yang ingin menjauhi Zoya. Semenjak itu, seluruh kampus mulai menjauhi Zoya. Lantas kenapa sekarang Edi menelponnya, apa lagi di dengar dari suaranya, Edi sepertinya sedang menghadapi masalah.

"Zoya... mereka datang kesini dan ingin bertemu denganmu sekarang."

"Edi jelaskan secara perlahan, aku tidak mengerti, siapa yang kau maksud."

"Mereka sudah memukuliku dari tadi Zoya, kumohon selamatkan aku."

Bip

Panggilan itu langsung dimatikan. Terlihat ekspresi wajah Zoya berubah menjadi sangat cemas. Sepertinya ada sesuatu yang buruk sedang terjadi di studio mereka.

"Ada apa nona cerewet?" tanya Brian dengan serius saat melihat Zoya yang tiba-tiba menjadi cemas.

"Kita harus ke studio sekarang, temanku membutuhkan kita." seru Zoya yang mulai bergegas mengambil tas sandangnya.

"Tapi bukankah kita sedang latihan?" ucap Brian, entah mengapa dia mengatakan itu. Padahal di dalam hatinya, dari tadi dia memang ingin meninggalkan tempat ini.

"Latihannya nanti saja, ini sangat penting," Zoya kemudian mendekati madam Karmel, "madam aku mohon maaf, sepertinya kami harus menunda latihan ini, tiba-tiba saja ada sedikit urusan penting yang harus aku selesaikan."

Madam Karmel kemudian menepuk lembut bahu Zoya dan berkata, "Hei, kenapa kau terlihat cemas begitu, tenanglah. Tidak masalah Zizu, kau bisa datang lain waktu untuk latihan. Tapi jangan lupa juga untuk bawa pria tampan ini."

Melihat kedipan mata madam Karmel, Brian langsung membuang pandangannya. Dia mulai merasa sangat geli, kenapa wanita yang sebaya dengan ibunya bertingkah genit seperti ini.

Zoya dan Brian kemudian langsung segera beranjak pergi dari sana. Akhirnya dewi Fortuna telah menyelamatkan Brian dari tempat itu. Tadinya Brian sudah hampir kehilangan harapan, tak tahu entah siapa yang menelpon Zoya tadi. Rasanya Brian harus segera berterima kasih untuk itu.

"Nona cerewet, ada apa sebenarnya." Melihat Zoya yang tampak cemas sedari tadi, Brian pun menjadi penasaran.

"Aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja temanku Edi menelfon tadi. Dia ingin aku segera ke studio secepatnya." jawab Zoya dengan penuh kebingungan.

"Bukankah mereka sudah tidak ingin bicara denganmu lagi, lalu kenapa kau masih mau berhubungan dengan orang-orang yang mengkhianatimu." ucap Brian dengan santai sambil terus menyetir.

"Kenapa kau berkata seperti itu, mereka tidak ada hubungannya dengan Trisha." Zoya mencoba menyangkal, menurut Zoya ketiga temannya yang lain sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengkhianatan yang dilakukan Trisha.

Edi, Larry dan Isma adalah teman-teman satu tim Zoya. Dari sejak SMA mereka berlima sudah membentuk grub dance Sun Sunny, hubungan mereka sudah sangat dekat seperti saudara. Zoya sangat mempercayai mereka, karena itulah saat dia melihat Trisha yang berkhianat Zoya merasa benar-benar terpukul.

Tidak lama kemudian akhirnya mereka pun sampai juga ke studio Sun Sunny. Begitu Brian dan Zoya turun dari mobil, betapa terkejutnya mereka melihat suasana yang ada disana. Ternyata sudah ada dua pria berbadan kekar dan tinggi sedang berdiri depan pintu studio. Mereka tampak seperti preman yang sangat menakutkan. Salah satu dari mereka terlihat sedang menarik kerah bajunya Edi.

"Berapa lama lagi wanita itu akan datang, ha?" ucap salah satu preman itu.

"Hei lepaskan dia." teriak Zoya yang berjalan mendekat.

Salah satu pria yang punya tato di lengan kemudian melemparkan Edi ke tanah hingga tersungkur. Wajah Edi tampak sangat menyedihkan. Sepertinya dia sudah di hajar habis-habisan oleh kedua preman itu.

"Edi..." Zoya segera membantu Edi yang terkapar di tanah.

"Zoya tolong aku." Edi meringis kesakitan dan kemudian terkapar tidak sadarkan diri.

"Itu dia wanita yang kita cari." ucap salah satu preman itu sambil menunjuk ke arah Zoya.

"Kalian, kalian keterlaluan, kenapa kalian melakukan ini." Zoya tampak sangat geram dan meremas jemarinya, dia tidak tega melihat temannya sudah dihajar habis-habisan.

"Hahaha, hei manis kenapa kau bertanya." ucap preman itu sambil tertawa jahat. "kau sudah tahu alasannya, kami kesini untuk menagih hutangmu."

"Ya, jika kau tidak mau melunasinya hari ini kau akan berakhir sama seperti temanmu yang bodoh itu."

Seketika Zoya mengepalkan kedua tangannya dia benar-benar tidak bisa terima melihat Edi di hajar babak belur begini. Sedangkan Brian masih tampak sangat tenang dan mencoba untuk memahami situasi yang terjadi.

"Bukankah masih ada waktu satu bulan lagi, aku sudah bilang pada Jhony akan melunasinya setelah kompetisi dance."

"Hei manis, tuan Jhony sudah memberimu banyak kesempatan sekarang kesabarannya sudah habis."

"Cepat lunasi hutangmu atau kau bisa menghabiskan satu malam bersama kami, dari tadi kulihat kau ternyata cukup menarik. Kau membuat hasrat kami menjadi menggelora, hahaha."

Mendengar ucapan preman itu, Zoya menggertakan giginya. Dia mungkin bisa bersabar dengan segala penghinaan, tapi jika itu menyangkut kehormatannya sebagai seorang wanita maka dia tidak akan tinggal diam.

Zoya melangkah maju dan memberi tamparan pedas ke wajah preman bertato. Terlihat telapak tangan Zoya membekas di wajah si preman. Tak di sangka Zoya benar-benar berani berbuat senekat itu.

"Kau... beraninya menamparku."

woosh.

Preman bertato tadi ingin membalas dengan mengayunkan punggung telapak tangannya ke arah Zoya. Tapi seketika Brian maju dan menepisnya, kemudian Brian langsung memberi tendangan keras ke dada preman itu hingga ia melayang dan menghantam pintu studio.

Zoya menjadi terkesiap melihat aksi tuan mudanya, tak pernah terbayang di benak Zoya. Kalau Brian bisa melakukan hal semacam itu. Kali ini Brian memang tampak seperti aktor yang ada di film-film.

"Ada dua tipe orang yang aku benci di dunia ini, pertama orang yang membuang-buang waktuku. Kedua orang yang berani mengangkat tangannya pada seorang wanita. Dan kau sudah melakukan keduanya, dasar menyebalkan." ucap Brian dengan tatapan sedingin es, bahkan preman yang satunya sampai menggigil.

Terpopuler

Comments

Diana Silaen

Diana Silaen

mantap lanjut thor👍👍👍👍👍

2024-06-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Ban 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Ban 108
109 Bab 109
110 Ban 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Ban 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Ban 108
109
Bab 109
110
Ban 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!