Di ruang kantor Rektor, terlihat Brian dan Vince duduk menghadap Abraham. Di sana hanya ada mereka bertiga, Brian tampak sangat santai sekali dan merasa seperti tidak ada masalah.
Abraham selaku Rektor Universitas sampai mengkedutkan alisnya menatap ekspresi tak acuh Brian. Sementara Vince tidak bisa melepaskan pandangannya ke arah Brian. Padahal dia baru saja di hajar oleh satu kampus tadi, tapi Brian masih tampak sangat tenang.
"Vince ini peringatan untukmu, kau adalah murid berprestasi jadi aku harap kau tidak akan menimbulkan masalah seperti ini lagi." ucap Abraham pada Vince.
"Baiklah pak, aku mengerti."
Vince kemudian segera berdiri dan pergi meninggalkan ruangan sembari memberi tatapan mengejek pada Brian.
Dia sudah tahu kalau dirinya tidak akan mendapat hukuman dari pak Rektor, karena dia adalah King of School. Tapi dia merasa kasian pada Brian. Sebagai murid baru dia sudah membuat masalah, Vince yakin kalau Brian pasti akan segera di keluarkan dari kampus ini sesuai dengan rencananya.
"Brian, apa yang harus aku lakukan padamu sekarang? Apa aku harus menelepon ayahmu?"
"Terserah padamu saja paman, lagi pula tidak ada yang bisa aku harapkan dari orang tua itu."
"Baiklah demi kakak ipar, aku beri kau satu kesempatan lagi. Jika kau melakukan kesalahan seperti ini lagi, maka aku terpaksa akan memberimu sanksi yang berat."
"Kalau begitu aku berterima kasih untukmu kali ini paman,"
Mendengar ungkapan terima kasih dari Brian membuat Abraham tidak bisa untuk tidak menatapnya dengan serius. Dia tahu betul sifat keponakannya, ini adalah pertama kalinya Brian berterima kasih pada seseorang selain ibunya.
"Tapi aku punya satu pertanyaan?" ucap Brian dengan sembari berdiri dan berjalan perlahan menuju jendela. Brian kemudian menjatuhkan pandangannya ke luar jendela, bisa terlihat jelas dari atas sana seluruh suasana Leighton University yang di penuhi oleh seluruh mahasiswa sibuk akan masing-masing kegiatannya.
Abraham kemudian menopang dagu dengan kedua punggung telapak tangannya dan mulai menatap Brian dengan cermat.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Bukan hal yang penting hanya saja aku sangat penasaran, apa Leighton memang di kuasai oleh King of School."
Abraham hanya bisa menghela nafas ringan setelah mendapat pertanyaan itu dari Brian. Dia kemudian berdiri dan berjalan mendekati Brian.
"Apa kau juga tertarik dengan hal semacam itu?" tanya Abraham.
"Jika aku menolak untuk menjadi pemimpin keluarga selanjutnya, terus kenapa aku tertarik dengan gelar konyol itu." ucap Brian dengan ekspresi datar.
Abraham terkagum mendengar hal itu, dia tidak menyangka kalau Brian benar-benar telah menolak mentah-mentah posisi pemimpin keluarga selanjutnya.
"Lalu kenapa kau bertanya tentang hal konyol itu?"
"Aku sama sekali tidak tertarik, hanya saja aku membenci sistem kampus mu ini yang membiarkan orang seperti Vince melakukan hal seenaknya."
"Heeeeh," Abraham menghela nafas lagi, ekspresinya terlihat sedih, "mau bagaimana lagi dia sudah mengharumkan nama kampus ini dengan prestasinya yang gemilang, karena itu para murid menganggapnya sebagai raja. Selain itu, ayahnya adalah salah satu dekan disini."
Brian mengangguk ringan setelah mendengar penjelasan dari Abraham. Akhirnya dia mengerti kenapa Vince sangat berkuasa di kampus dan dilepaskan dengan mudah.
"Brian lupakan tentang Vince, aku dengar kau mengikuti kompetisi dansa tahunan kampus."
"Terus apa pedulimu?"
"Nak aku juga pernah dengar dari kakak ipar, impianmu yang sebenarnya adalah menjadi seorang dancer, kan? Tapi ayahmu telah mematahkan mimpimu itu benarkan?"
Brian kemudian teringat masa lalu dimana dia menari di hadapan ayahnya sewaktu TK dulu. Waktu itu Brian sengaja membuat kejutan untuk ayahnya dengan menari di pentas, tapi tanpa sengaja dia melakukan sebuah kesalahan dan malah jatuh dan menghancurkan seisi panggung.
Ya dari kecil Brian memiliki hobi menari, dia juga cukup berbakat sebenarnya. Tapi semenjak itu ayahnya Alex, melarang Brian untuk menari lagi. Brian sudah sangat mengecewakan ayahnya.
Alex ingin menjadikan putranya sebagai penerus perusahaan, dan dia juga berharap suatu hari kelak Brian akan pemimpin seluruh keluarga selanjutnya. Karena itu dia tidak suka kalau Brian malah berbelok dan ingin menjadi seorang dancer. Mereka adalah keluarga terhormat, seorang Cody tidak akan melakukan hal semacam itu.
"Brian aku tidak seperti ayahmu yang sangat ambisius, kau telah mengubur mimpimu karena dia. Kau tidak boleh menyerah hanya karena kata-katanya." Abraham mencoba menumbuhkan kembali semangatnya Brian yang telah lama hilang.
"Brian kau sudah melakukan hal yang benar dengan mengikuti kompetisi itu, kau bisa menunjukkan kembali pada ayahmu kalau kau bisa membuatnya bangga."
Sebenarnya Brian sudah mengubur mimpi itu sejak kecil, dia tidak pernah mendapatkan dukungan dari ayahnya. Semenjak Brian tahu kalau Zoya memiliki hobi yang sama dengan dia, tiba-tiba mimpinya itu sedikit demi sedikit mulai tumbuh kembali. Karena itulah alasan Brian mau mengikuti Zoya saat ingin pergi latihan dance kemarin, dan karena itu juga Brian mau mengikuti kompetisi dance.
"Paman aku tidak ingin membahas hal itu," potong Brian yang mencoba membalikkan pembahasan mereka tentang Vince tadi.
"Aku memang ingin membawa piala dance itu untuk seseorang, tapi ada yang lebih aku inginkan dari itu sekarang ini."
"Apa itu?"
Abraham mulai mengkedutkan keningnya dan menatap Brian dengan ekspresi serius.
"Kompetisi olahraga tahunan antar Unversitas."
"Apa? Bukankah kau tadi kau bilang tidak tertarik dengan gelar konyol itu."
"Yah memang, tapi saat ini aku sangat ingin sekali menghancurkan Vince yang telah mempermainkan diriku tadi."
Sejenak Abraham terdiam, dia mengerti sepertinya ini adalah masalah antar anak muda. Bria ingin membalas Vince, dia tidak terima dirinya yang telah di keroyok oleh satu kampus tadi. Hanya karena ayahnya seorang dekan membuat Vince merasa sangat sombong. Dia tidak tahu kalau pemilik Universitas ini adalah keluarga Brian yaitu Cody Famili.
"Aku hanya ingin memberitahumu sesuatu Brian, lakukanlah sesukamu. Tapi jangan sampai kau membuat masalah dengannya, jika kau ingin membalasnya maka lakukanlah di lapangan dengan sportif."
"Yah aku tahu, karena itu aku ingin paman mengumumkan diriku sebagai pemimpin tim kedua yang akan mewakili Leighton."
"Haha, nak ada satu alasan mengapa sampai sekarang aku belum mengumumkan siapa tim kedua itu. Karena memang tidak ada yang mau, tepatnya di kampus ini tidak ada yang berani mengajukan diri sebagai tim kedua karena Vince."
"Benarkah?"
"Yah Vince memang sangat mendominasi di kampus ini, hahaha."
Brian hanya menyipitkan matanya menatap Abraham yang tertawa getir. Tampaknya dia sama sekali tidak masalah dengan Vince yang berlagak seperti raja disini.
"Baiklah Brian kumpulkan saja timmu secepatnya, karena kompetisi olahraga itu akan segera di mulai sebulan lagi bertepatan dengan acara kompetisi dance tahunan kampus. Dan kita jugalah yang akan menjadi tuan rumahnya, Itu akan menjadi acara yang sangat meriah, hahaha."
"Dari awal aku mendengar kau bicara saat di lapangan kemarin, aku sudah tahu kau memang berbeda dari si pak tua itu. Andai saja dia sepertimu, senang aku bisa bicara denganmu paman."
Brian kemudian segera meninggalkan ruangan itu. Semenjak dia menginjakkan kaki di kampus ini, Brian sama sekali tidak ingin menonjolkan dirinya. Tapi Vince tampaknya terus saja memprovokasi dirinya. Sekarang dia memiliki dua tujuan, yaitu menghancurkan Vince dan membawa kedua piala kompetisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Faridah
ceritanya menarik
2022-10-07
0