Super App Golden Spoon

Super App Golden Spoon

Bab 01 : Awal mula.

-KARYA PEMENANG RISING STAR EVENT SUPER SISTEM-

Alhamdulillah Gara bisa membawa pulang sertifikat ini buat author.

...****************...

Pagi hari yang biasa saja, seperti biasa matahari masih terbit dari ufuk timur, manusia masih menghirup oksigen secara gratis, kupu-kupu masih terbang dengan sayapnya, dan Kanigara, lelaki dua puluh delapan tahun ini masih meringkuk malas di balik selimutnya, semua masih seperti biasa.

Suara alarm yang sangat berisik berbunyi dari ponsel buluk milik Gara.

“Arrgh..” Gara mencari keberadaan ponsel di bawah bantal tanpa membuka mata, dan ketemu secepat kilat, cepat-cepat Gara mematikan alarm di ponselnya.

Tanpa membuka mata pula Gara sudah tahu bahwa ini jam enam pagi.

“Ah.. perasaan baru sebentar tidur kenapa udah pagi sih.” Gara menarik kembali selimutnya yang sempat bergeser.

Kanigara Dipta, seorang anak yatim piatu yang sejak umur tujuh tahun sudah tinggal di panti asuhan karena keluarga besarnya tidak ada yang mau mengurus dirinya. Saat kelas satu SD, kedua orang tuanya meninggal kecelakaan, sejak saat itulah Gara menjadi penghuni panti asuhan Kasih Ibu.

Setelah lulus SMA, Gara memutuskan untuk hidup mandiri. Saat itu Gara diterima bekerja di salah satu perusahaan jasa pengiriman sebagai kurir pengirim barang, dia bekerja selama lima tahun di sana, namun naas, Gara terkena PHK. Lebih dari lima bulan Gara tidak mendapat kerja, lalu pada akhirnya dia memilih menjadi seorang penjaga warnet dengan gaji yang pas-pasan. Bertahan dua tahun lebih akhirnya Gara merasa gajinya tidak cukup untuk menghidupi dirinya dan juga menyokong keuangan panti, akhirnya Gara mulai bekerja sampingan menjadi gojek online. Merasa pendapatan sebagai driver gojek online lebih banyak dari pada dia bekerja sebagai penjaga warnet, akhirnya Gara meninggalkan pekerjaannya dan memilih fokus menjadi driver ojek online. Hingga saat ini sudah hampir tiga tahun Gara mengais rejeki sebagai driver gojek online.

Gara merasa badannya sedikit capek, maklum saja semalam dia habis kejar setoran, lumayan malam minggu orderan pengirimaan membludak. Gara berniat kembali tidur. “Bismika Allahumma..” Tapi tetiba dia ingat hari ini adik pantinya yang bernama Vita berulang tahun.

“Ahhh.. harus cari uang tambahan buat beliin kado Vita. Arrrgh.. malesin banget sih jadi rakyat miskin.” Sambil menggerutu Gara pergi ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap kerja.

Seperti hari biasanya Gara mengojek sejak pukul tujuh pagi, dia menerima beberapa order perjalanan dan pengantaran makanan. Dalam sehari Gara rata-rata menghasilkan Rp. 120.000,- sampai Rp. 150.000,- . Saat awal mengojek Gara bisa dapat lebih dari itu tapi seiring berjalannya waktu ada-ada saja perubahan peraturan pendapatan driver sehingga segitulah pendapatan perhari Gara sekarang.

Tapi bukan Gara namanya kalau tidak bersyukur dengan apa yang dia dapat, meski sering berucap keluhan, tapi dalam hatinya dia selalu bersyukur atas apa yang dia dapat.

Matahari mulai tenggelam, Gara menyelesaikan pekerjaannya. Gara mampir ke sebuah toko sepatu, dia memilih sepasang sneakers berwarna hitam ukuran 36 untuk kado Vita. Setelahnya Gara mampir membeli martabak telur untuk dimakan bersama di panti.

“Masih jam setengah delapan, mereka masih belum tidur.” Gara segera tancap gas menuju panti.

...----------------...

“Makasih ya Bang, bagus banget.” Vita terlihat sangat senang saat mencoba sepatu pemberian Gara. Gadis yang sekarang tepat berusia tiga belas tahun itu memang sedang mendamba sepatu baru karena sepatu sekolahnya yang hanya satu sudah dua kali direparasi karena solnya sudah mulai copot.

“Kamu tahu aja kalau Vita baru butuh sepatu baru, makasih ya Gara.” Yashinta, Ibu panti yang baik itu menggosok-gosok lengan kanan Gara.

“Harus tahu dong buk, aku kan abangnya.” Gara merasa senang saat melihat adik-adiknya juga senang. Gara memang selalu memperhatikan semua adik-adik pantinya, saat ini ada delapan belas anak yang masih tinggal di panti. Sebelumnya panti asuhan Kasih Ibu sudah meluluskan belasan anak, termasuk Gara.

“Cuman ke Satya aja buk, Bang Gara udah enggak perhatiannya.” Celetuk Satya, anak panti yang paling tua.

“Kan duit kamu lebih banyak dari aku Sat.” Gara mengedipkan sebelah matanya, menggoda Satya.

“Amiin.” Satya adalah lelaki dua puluh satu tahun, dia bekerja di perusahan milik negara yang bergerak di bidang transportasi kereta api.

“Iya, saking banyaknya dia selalu jadi krediturnya Windy.”

Satya melemparkan tanda ke Yashinta untuk tidak menyinggung tentang Windy, salah satu mantan anak panti Kasih Ibu.

“Windy? Pinjam uang ke kamu Sat?” Tanya Gara.

“Iya Bang, tapi udah kok.” Satya mencoba menutupi masalah Windy, karena dia tahu kalau Gara tahu masalah ini akan jadi panjang.

“Pinjam berapa dia? Kapan pinjamnya? Ketemu dimana kamu sama dia?” Tanya Gara layaknya polisi mengintrogasi saksi.

“Tuh kan Buk, jadi serasa di kantor polisi.” Satya menyindir Gara.

“Udah buruan jawab.” Gara dalam mode mengintrogasi memang terlihat garang, wajar kalau Satya tak mau dia tahu soal Windy.

“Udahlah ibuk tinggal ya. Semoga selamat ya Sat.” Yashinta mengejek Satya sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua.

‘Ah.. Ibuk, kenapa malah ninggalin aku sendiri sih.’ Dalam hati Satya.

“Satya? Enggak mau jawab nih?” Gara kembali menegur Satya.

“Hah.. oke bang, aku cerita. Terakhir Windy datang ke sini, tapi kayak biasanya, dia enggak mau masuk, kita ketemuan di depan pagar. Terakhir dia pinjam uang dua juta, sebelumnya dia pernah pinjam uang juga ke aku bang, sembilan puluh persen udah balik bang, yang sepuluh persen udah aku ikhlasin bang.” Satya akhirnya menceritakan semua kejadian Windy ke Gara.

“Sebelumnya Windy pinjam uang berapa ke Sat?”

“Ada empat atau lima kali bang, kalau di total tujuh juta.”

“Dia cerita buat apa uang segitu banyak?”

“Waktu pinjam yang sebelum-sebelumnya dia enggak mau jelasin bang, cuman bilang kalau dia baru butuh uang karena uangnya habis, dan saat pinjam uang itu masih jauh dari tanggal gajiannya bang.”

“Heum? Dia kan jadi SPG di mall, masa dia sampai kehabisan uang berkali-kali sih?”

“Enggak tahu juga bang, setiap ketemu enggak banyak ngobrol sih.”

Gara mulai merasa ada yang tidak beres dengan Windy, dia penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan Windy. Memenuhi rasa penasarannya, sepulang dari panti Gara pergi ke kost Windy.

Sudah hampir tengah malam, Gara sampai di daerah kost Windy. Dari jarak sepuluh meter Gara melihat Windy sedang berbincang dengan dua orang laki-laki berbadan kekar dan bermuka sangar. Apa yang mereka bicarakan tidak terdengar begitu jelas oleh telinga Gara.

Gara masih mengamati dari jarak yang agak jauh, dia berniat muncul jika kedua orang itu berbuat hal yang tidak mengenakan ke Windy, tapi ternyata tidak, ke dua orang itu pergi. Gars segera mendekati Windy.

“Apa kabar Wind?” Suara sapa dari Gara mengagetkan Windy.

“Bang Gara?” Windy terkejut melihat Gara yang baru saja memarkirkan motornya.

“Kenapa kelihatan kaget gitu sih Wind?" Tanya Gara santai.

“Kagetlah bang, abang tiba-tiba datang ke kost aku jam segini. Enggak kabar-kabar dulu.” Windy tidak bisa menutupi rasa khawatirnya.

“Aku mampir aja kok Wind, aku barusan pulang dari panti. Tadi ibuk bilang kangen sama kamu, dia khawatir sama kamu.”

“Khawatir?! Kenapa ibuk khawatir sama aku bang? Ibuk cerita apa bang soal aku?” Windy gelagapan.

“Bukan ibuk yang cerita.”

“Satya??!” Suara Windy semakin meninggi tanda dirinya sedang khawatir.

"Jangan salahin Satya, aku yang paksa dia cerita."

"Tapi pasti dia yang mulai bahas soal aku kan bang?” Windy mulai marah.

“Enggak usah marah, Satya enggak jelek-jelekin kamu, dia juga enggak minta aku kesini apalagi minta aku buat nagih hutangnya ke kamu.”

Mendengar perkataan Gara membuat Windy semakin terpancing emosi.

“Mau abang apasih??”

“Kamu datang ke panti, ibuk khawatir sama kamu, dan datang ke aku aja kalau kamu butuh uang. Jangan ke Satya, uang dia banyak dibutuhin buat adik-adik di panti. Kamu pasti tahu kan gimana keuangan panti? Kalau kamu masih belum bisa membantu panti setidaknya kamu jangan merugikan tempat kamu dibesarkan dengan layak dan kasih sayang yang mungkin enggak bakal kamu dapat di tempat lain. Itu yang perlu kamu ingat Wind.”

Windy semakin emosi, dia tidak bisa berkata-kata untuk membalas Gara.

“Masuk gih Wind, udah malam. Aku juga mau pulang kok. Jaga dirimu baik-baik ya." Gara segera tancap gas pergi meninggalkan Windy.

Hari baru mulai, seperti biasa Gara melakukan rutinitas mencari nafkah. Tapi hari ini Gara berulang kali mengintai Windy, dia ingin mencari tahu bagaimana keseharian Windy. Gara mengecek ke kost hingga tempat kerja Windy, di sebuah mall besar di kota ini. Hari ini Windy bekerja shif siang, dia bekerja dari pukul satu siang hingga sembilan malam.

...----------------...

Gara mulai standby di tempat parkir mall sejak pukul setengah sembilan malam, dia tidak ingin kehilangan jejak Windy. Sekitar pukul sembilan lebih dua puluh menit Windy keluar dari mall lewat pintu belakang, satu-satunya pintu yang dibuka untuk akses karyawan mall. Tak lama setelah Windy berpamitan dengan temannya sebuah mobil Hyundai Ioniq signature berwarna putih berhenti tepat di depannya, tanpa ragu Windy langsung masuk di kursi penumpang depan.

Gara segera membuntui mobil itu dengan motornya, untungnya mobil itu tidak berjalan cepat jadi Gara tidak kesulitan untuk membuntut dengan motornya. Setelah berkendara sekitar tiga puluh menit mobil itu berhenti dan parkir di sebuah diskotek. “Diskotek?? Pakai baju kayak gitu??” Gara menghentikan motornya di seberang diskotek, dia melihat Windy memeluk tangan seorang lelaki si pengendara mobil itu, Windy sudah mengenakan one piece off sholder dress berwarna hitam.

Gara menunggu selama satu jam, lalu dia memutuskan untuk masuk ke diskotek  untuk mencari Windy. “Arrrgh..” Bagi Gara yang tidak pernah masuk ke diskotek,dia terasa sesak, suara musik yang keras, bau alkohol dan asap rokok, orang-orang yang menari di floor, wanita-wanita dengan baju sexy, di berbagai sudut banyak pasangan yang berciuman dan lain sebagainya.

Setelah mengelilingi lantai dasar dan tidak membuahkan hasil, Gara naik ke lantai dua untuk mencara Windy, dan ketemu. Windy sedang berciuman dengan lelaki yang tadi masuk bersamanya, di tangan kanan Windy memegang rokok, sedangkan tangan lelaki itu sedang asik menjelajah di tubuh Windy.

“Pulang.” Gara menarik paksa Windy. “Kok abang disini sih?” Windy kaget.

“Eh.. eh.. sapa ya? Seenaknya saja narik cewek orang.” Lelaki itu menarik Windy tapi gagal, genggaman tangan Gara sangat kuat. “Sakit.” Windy merintih kesakitan.

“Lepasin sekarang, atau lo enggak bakal selamat keluar dari sini??” Bau alkohol terciun dari mulut lelaki itu.

“Ayo pulang Wind!!” Gara membentak Windy.

BUG!

Tinjuan mendarat di pipi kiri Gara, Gara teraungkur, genggaman tangannya ke Windy lepas. Windy segera bersembunyi di belakang lelaki itu.

Beberapa preman diskotek datang karena melihat kekacauan yang mulai meresahkan orang-orang di diskotek itu.

“Ada apa nih?” Tanya seorang preman diskotek yang berbadan besar.

“Bawa dia keluar, dia gangguin cewek gue, narik-narik paksa cewek gue.” Lelaki itu memeluk Windy yang sedang ketakutan.

Dua orang preman diskotek menarik paksa Gara, menyeretnya untuk keluar.

“Wind, pulang, kamu enggak boleh kayak gini, ibuk pasti bakal kecewa kalau tahu “ Gara berteriak sekuat tenaga, tapi dia pasrah badannya diseret, dia tahu kalau melawan mungkin orang-orang itu akan melakukan kekerasan padanya.

“Arrrgh..” Gara di dorong keluar dari diskotik.

“Jangan berani-berani lagi buat kekacauan disini.” Teriak seorang preman diskotek sebelum masuk kembali ke diskotek.

Gara berjalan lesu menuju motornya lalu kembali ke kost. Sesampainya di kost Gara bercermin, pipinya lebam, dan bibirnya berdarah, tangan kanannya juga terluka terkena pecahan gelas saat tersungkur di diskotek tadi.

Gara mengobati lukanya dengan obat antiseptic dan kasa. Gara duduk di ujung kasur sambil terus memikirkan Windy, hatinya terasa tidak tenang. Meski bukan adik kandungnya, tapi Gara sudah menganggap semua anak-anak panti adalah saudaranya sendiri.

Bersambung..

Yuk baca terus yuk sambil tinggalin jejak, makasih😍

Terpopuler

Comments

Narno Narno

Narno Narno

good..... good ⭐⭐⭐⭐⭐

2023-03-24

0

Khalif Huzaifah

Khalif Huzaifah

halus percaturan ceritanya

2022-11-24

0

Ra dhiraemon

Ra dhiraemon

Hai kk aku mampir nih

2022-10-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!