I Was Thrown Into Another World, IsThis Alright II

I Was Thrown Into Another World, IsThis Alright II

Prolog

Seorang gadis manis dan cantik yang bermata hijau emerald, Sheyta Cyantika. Si gadis yang selalu membuat masalah untuk kakaknya. Sheyta menganggap perbuatan kakaknya yang selalu menolong adiknya ini selalu tidak masuk akal. Biasanya perbuatan Sheyta adalah selalu bertindak egois ketika dia bersalah kepada orang lain, dan dia tidak ingin minta maaf dan hanya bertindak jual mahal.

Ketika Sheyta menabrak preman yang secara kebetulan Sheyta tidak bersalah dalam hal itu, tapi preman itu marah karena mengganggu ketika dia sedang jalan santai.

"Hati-hati dong kalau jalan!"

"Hah?! Bukannya kau yang sudah punya niat untuk menabrakku?!"

Sebenarnya Sheyta tidak ingin menanggapinya, tapi karena preman itu sudah berteriak kepada Sheyta lebih dulu, makanya Sheyta membalas dengan teriakannya juga.

"Hey! kau pikir kau itu siapa, meneriakiku seperti itu? Aku bisa membuat biru kulit putihmu itu ya! Jangan sombong hanya karena kau cantik kau bisa melakukan apa saja!"

"Begitu ya cara orang dewasa yang hanya memikirkan kekerasan, karena mereka merasa yang paling hebat!"

"...Sudahlah Sheyta, kamu juga terlalu berlebihan."

Tiba-tiba seseorang menegur Sheyta dari belakang, yang membuat Sheyta terkejut dengan kehadirannya.

"Tapi kak, aku tidak salah apa-apa, tapi dia malah berteriak kepadaku karena aku tidak tahu kenapa dia malah berteriak. Apa itu yang sering dilakukan oleh orang dewasa?"

"Ya, benar, kamu tidak salah, tapi bukan masalah benar atau salah, kalau kamu membuat orang lain tidak nyaman, sebaiknya kita harus minta maaf. Kalau kamu minta maaf tadi, bukannya  masalahnya akan lebih cepat?"

Meskipun itu masalahnya, tapi membuat Sheyta tersadar kalau masalahnya akan lebih cepat kalau dia minta maaf lebih dulu. Tapi di dalam hatinya masih ada rasa sedikit tidak terima kalau sebenarnya Sheyta tidak ingin minta maaf.

"Maaf atas keributan yang kami buat."

"Y-ya aku minta maaf"

Membungkuk dan kata maaf keluar dari mulut kakak Sheyta dan diikuti oleh Sheyta itu sendiri.

Tapi ketika preman itu menatap mata orang yang dipanggil oleh gadis itu dengan sebutan "kak" preman itu sedikit bergetar ketakutan.

"Ba-baiklah, tapi jangan diulangi lagi."

"Terima kasih."

Kemudian sepasang saudara itu pergi dari preman itu.

Sebenarnya sifat kakaknya yang seperti ini yang sedikit tidak disukai oleh Sheyta, dia selalu yang minta maaf lebih dulu untuk Sheyta karena perbuatan Sheyta, terlepas benar atau salah.

Sedangkan kakaknya adalah orang yang paling dihindari oleh orang-orang yang seusianya, jadi dia tidak pernah mempunya teman sedikitpun. Ketika kakaknya mempunyai teman, dia akan berakhir dengan pengkhianatan di masa lalu.

Oleh karena itu, Sheyta yang populer di sekolah maupun di kalangan masyarakat, membuatnya melimpahkan rasa sayangnya hanya untuk kakaknya, karena kakaknya tidak pernah merasakan rasa sayang itu dari orang-orang. Jadi hanya Sheyta yang menunjukkan perasaan itu.

Namun kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Ketika Sheyta telat pulang sekolah karena banyak kegiatan yang menumpuk di sekolahnya, hujan deras menyelimuti kota. Dia lupa membawa payung, dengan memaksakan diri Sheyta pulang dengan basah kuyup di sekujur tubuhnya.

Dia tidak sabar melihat kakaknya yang biasanya saat ini kakaknya bilang, "Tumben pulang telat." tapi saat dirumahnya, dia tidak melihat kehadiran kakaknya. Mungkin kakaknya juga terlambat pulang sekolah karena hujan deras.

Namun sejak hari itu kakaknya tidak kunjung pulang. Sheyta yang khawatir terhadap kakaknya, segera mencari tentang informasi tentangnya. Sangat sulit mencari keberadaannya karena kakaknya tidak memiliki hubungan dengan siapapun. Kalau kakaknya kakaknya punya hubungan dengan orang lain, Sheyta pasti tahu akan hal itu. Memberitahu kepada kepolisian terbukti akan sulit.

Berhari-hari dia mencari keberadaan kakaknya tapi hasilnya nihil. Tapi dengan semua itu Sheyta tetap menjalani kehidupan sehari-harinya dengan normal, meskipun di hatinya sangat perih.

Sheyta yang telah lama menerima upacara penerimaan murid baru di sekolah tahun pertama, merasa bahagia karena telah diterima di SMA yang diinginkannya. Hal itu juga diapresiasi oleh kakaknya, karena itu dia semangat dalam tahun pertamanya sekolah.

Sheyta dengan mudahnya mendapatkan teman di sekolahnya dan dalam beberapa hari dia menjadi populer dalam angkatan tahun pertamanya, bahkan dia juga dikenal dengan tahun kedua dan ketiga. Ini juga berkat dari kakaknya yang selalu membimbingnya.

Kemudian Sheyta juga mengaguminya. Namun, itu tidak membuat Shehyta salah dalam membuat pilihannya. Karena kakaknya berkata demikian.

"Aku tidak tahu siapa yang kamu kagumi, tapi jangan sampai kamu membuat pilihan yang salah karena mengagumi orang itu. Karena itu yang terbaik adalah menjadi dirimu sendiri."

Dia tidak tahu kalau orang yang dikaguminya adalah kakaknya sendiri.

Tapi pernyataannya mempunai makna yang besar, terlepas dari seberapa buruk masa lalu kakaknya. Dia adalah orang hebat yang masih menjaga Sheyta sebagai adiknya sendiri dengan kasih sayang.

"Kamu tahu, semua orang pasti memiliki nilai kehidupan, tapi belum tentu semua orang memiliki kesetaraan."

Alih-alih mengalihkan topik, kakaknya berkata hal yang membingungkan.

"Apa maksudmu?"

Sheyta mengerti tentang artinya nilai kehidupan. Itu berarti idealisme. Semua orang pasti memiliki idealisme dalam individu masing-masing, tapi yang dipikirkan Sheyta adalah tentang kualitas bukan tentang kuantitas.

Namun Sheyta tidak mengerti apa yang dikatakan kakaknya tentang "Kesetaraan". Apa dia sadar kalau kakaknya tidak pernah mendapatkan perlakuan yang setara dalam masyarakat?

Jika itu berarti tentang kedudukan yang sama di mata hukum maka Sheyta mengerti tentang itu. Tapi, yang dikatakan kakaknya pasti bermakna kompleks.

"Aku tidak bisa mengatakan hal itu dengan kata-kata. Tapi kalau kamu belum pernah memasuki kegelapan dunia ini, maka kamu tidak akan tahu arti dari kata-kata itu."

Tentu saja Sheyta tidak pernah mengalami hal itu, tapi Sheyta tahu kalau kakaknya sudah memasuki cukup dalam ke dunia itu. Jadi Sheyta tidak bisa berkata apa-apa.

"Aku sedikit sedih mengatakan ini, tapi aku sudah menjadi seperti ini dan aku sudah terbiasa. Aku ini penyendiri maka aku bekerja sebagai seorang pengamat, jadi aku cukup mengerti tentang hal ini."

"Apa itu berarti melihat orang dari kedua sisi? Seperti melihat objetivitas ketimbang subjektivitas?"

"Ya. Kira-kira seperti itu."

"Hmm..."

Sepertinya Sheyta sudah sedikit mengerti apa yang dikatakan kakaknya. Tapi dia tidak bisa melakukan hal itu karena popularitas mereka berbanding terbalik.

"Jadi inilah kenapa kamu menyembunyikan kemampuanmu saat kakak masuk ke SMA? terlepas kejadianmu saat SMP yang menyedihkan."

"Ah, hey, nyelekit sekali kalau masa SMP ku semenyedihkan itu."

"Maaf."

"Kenapa kamu minta maaf? Tapi kupikir memang masa laluku itu menyedihkan. Meskipun sudah dua tahun berlalu dari kejadian itu, tapi memori itu masih sering terlintas di kepalaku."

Kejadian itu sangat berkesan bagi Sheyta, karena dia satu sekolah dengan kakaknya saat SMP. Sheyta pikir itu adalah kejadian yang sangat kejam untuk kakaknya sehingga menjadi topik yang paling sering dibicarakan pada waktu itu.

Kakaknya menjadi incaran kebencian dari tahun angkatannya. Bahkan tahun angkatan lain mempunyai hubungan atau menyukai 'gadis itu' ikut membenci kakaknya dan akhirnya seluruh angkatannya pun membencinya.

Mungkin hanya Sheyta yang mengetahui kalau itu hanya fitnah yang tak beralasan, tapi Sheyta pun bingung kenapa dia tidak ikut menjadi incaran kebencian selanjutnya. Meskipun hanya segelintir orang yang tahu tentang hubungan kakak beradik ini, tapi seharusnya orang itu menyebarkannya dengan rumor buruk.

Dia berpikir apakah kakaknya bertindak sesuatu?

Sheyta yang tahu apa yang ingin ditanyakannya, tidak menanyakan pertanyaan itu sampa dua tahun lebih berlalu.

"Kenapa kakak tidak mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi?"

"Ini bukan perkara yang mudah. Saksi tidak usah diharapkan ada, bahkan bukti sedikitpun tidak ada. Lagipula posisiku sangat tidak menguntungkan waktu itu. Orang-orang sekitar melihat aku jalan berdua dengannya, mungkin 'dia' sudah memberikan informasi bahwa aku akan datang kerumahnya dengan alasan yang tidak diketahui. Sehari berikutnya akulah yang diskakmat olehnya. Karena popularitasnya yang tinggi jadi aku tidak bisa membantahnya."

"Kalau dipikir-pikir, waktu itu ada sedikit orang yang mengetahui kalau kita adalah kakak beradik dan aku tahu kalau dia juga membencimu, pasti dia menyebarkan tentang hubungan kita dan kemudian aku menjadi sasaran selanjutnya, kenapa aku tidak begitu?"

Sheyta adalah gadis yang cerdas. Jadi ketika dia mengetahui itu, dia pasti akan mengerti kejadian selanjutnya dan aneh kalau itu sampai tidak terjadi.

Namun jawaban dari kakaknya membuat dia kehilangan kata-kata.

"Hmm... itu rahasia."

"Rahasia ya?"

"Kamu pasti mengerti."

Ini bukan karena Sheyta tidak mengerti dari jawabannya, tapi sebaliknya. Sheyta mungkin mengerti apa yang dimaksud kakaknya.

Sheyta berspekulasi kalau kakaknya mungkin melakukan sesuatu dari balik layar. Sheyta yang tahu kalau kakaknya melakukan sesuatu yang dipikirkan olehnya maka caranya agak sedikit ... kasar.

Jika orang lain mengetahui itu selain Sheyta mungkin akan ketakutan. Tapi itu hanya berbeda jalan – berbeda dari orang yang sering melaluinya. Orang-orang sering memakai jalan itu, tapi kakaknya memilih jalan yang lain.

Setelah mengetahui hal itu, hati Sheyta seketika melompat, karena dia tahu kalau niat sebenarnya kakaknya adalah hanya untuk kenyamanan Sheyta.

"Begitu ya..."

"Kamu nggak marah?"

"Buat apa aku marah? Aku marah kalau kakak ngelakuin sesuatu yang egois."

"Ya, aku tidak bisa mengelak darimu. Lagipula aku tidak mau membuat adik kesayanganku menderita karena kecerobohanku." Kata kakaknya yang sedang melihat berita di televisi.

Karena itu seketika Sheyta tersipu.

"Ah, ah itu, be-begitu ya?! Itu, itu barulah kakak kesayanganku..."

Sheyta berusaha mengatasi kepanikannya saat ini. Beberapa saat kemudian dia melanjutkannya dengan tenang.

"Tapi terima kasih sudah menyelamatkanku."

"Itu bukan apa-apa."

Sheyta yang memeluk lututnya kepikiran tentang pertanyaan yang terlintas di kepalanya. Meskipun dia sudah menanyakan tadi, tapi kakaknya berusaha mengalihkan topik.

"Kak, tentang kenapa kakak menyembunyikan kemampuan akademis dan kemampuan fisik saat di SMA?"

"Hey, bukannya kita sudah melenceng dari topik sebenarnya? Lagipula pembahasan ini tidak menarik sama sekali."

"Tapi ini menarik bagiku."

Secara tidak langsung saat Sheyta berkata seperti itu, maka kakaknya sudah berada pada genggaman Sheyta.

"Huh, baiklah."

Setelah helaan napas yang berat, dia mencoba memberi jawaban yang bisa diterima oleh Sheyta.

"Aku tidak ingin mencolok..."

Setelah jeda yang cukup lama, Sheyta ingin mendengar jawaban selanjutnya. Tapi itu tidak terjadi.

"Sudah?"

"Ya, sudah."

"Huh, aku menyesal karena berharap terlalu berlebihan. Bagaimana aku akan mengerti tentang apa yang kakak katakan?"

"Yah kamu bisa mencari makna itu sendiri."

"Ah, tetap saja aku tidak mengerti."

Dalam yang serupa Sheyta sering mengeluh karena ingin mendapatkan perhatian kakaknya. Tapi kali ini Sheyta benar-benar tidak mengerti, Sheyta mencoba mendorong keinginannya untuk membuat kakaknya berbicara.

"Kak, ayolah. Ini mungkin akan membuatku lebih baik. Lagipula kalau aku tidak ada solusi, aku akan menanyakan itu pada kakak."

"Ya, baiklah..."

Akhirnya kakaknya menyerah setelah didesak Sheyta.

Kakak dari Sheyta menarik napas dalam-dalam, kemudian mengatakan.

"Begini, apa yang kamu lakukan jika orang lain tidak menghancurkanmu?"

Mendengar pertanyaan itu Sheyta sedikit bingung. Namun dia mendapatkan jawaban yang terlintas di kepalanya.

"Mmm... mungkin aku tidak akan memperlihatkan kelemahanku."

"Benar. Kalau musuhmu tidak melihat kelemahanmu, maka dia akan kesulitan untuk mencari kelemahanmu. Kelebihanmu bisa jadi kelemahan terbesarmu. Maka kamu harus hati-hati dengan orang licik seperti itu. Jika kamu salah langkah kamu tidak akan bisa menarik langkahmu kembali."

"Misalnya seperti apa?"

"Banyak sekali. Aku tidak bisa menyebutkannya padamu satu persatu."

Sheyta mengerti kalau itu banyak. Tapi, ketika Sheyta merasa kalau ini ada hubungannya dengan dirinya maka Sheyta akan bertanya lebih jauh.

"Salah satunya?"

"Kita akan mencoba yang mudah dulu. Misalnya dalam Game... ketika kamu mengeluarkan serangan terkuatmu apa yang akan musuhmu lakukan?"

Sheyta sedikit mengerti akan hal itu.

"Kupikir ada dua sisi. Orang bodoh dan orang pintar. Jika orang bodoh yang melihat serangan itu maka mereka akan panik dan kalah dalam sekejap. Kemudian jika orang pintar ketika menghadapi serangan itu maka mereka akan memikirkan cara yang terbaik untuk menghindari atau memblokir serangan itu. Kemudian mereka akan melanjutkan dengan serangan balasan tanpa menunjukan kekuatan asli mereka. Itu yang kupikirkan."

"Benar sekali. Di situlah kesalahan terbesaran dari si penyerang pertama ketika dia mengeluarkan serangan terkuat mereka, dan mereka yang diserang sudah mengetahui trik untuk menghadapi serangan kuat itu dan akhirnya itu menjadi kelemahan dari si penyerang."

Akhirnya Sheyta benar-benar mengerti tentang mengapa kakaknya menyembunyikan kemammpuannya, tapi masih ada yang menyangkut dalam pikirannya.

"Ah, ada satu lagi."

"Satu lagi?"

"Ini mungkin sering terjadi atau jarang terjadi aku tidak tahu. Tapi yang jelas ada satu kelemahan ketika kamu menjadi populer di sekolah."

"Iya kah?"

Mungkin Sheyta yang tidak percaya pada hal itu, karena Sheyta termasuk ke dalam kategori hal itu.

"Kepintaran maka  akan menarik perhatian kelasmu, ditambah dengan kecantikanmu, maka kau akan menjadi populer di kelas. Seiring berjalannya waktu maka kau akan dikenal oleh seluruh kelas. Tidak heran jika ada yang iri denganmu dan berusaha menyingkirkanmu, tidak peduli sekasar apa cara mereka untuk menyingkirkanmu. Karena itu kelebihanmu bisa jadi kelemahan terbesarmu."

Akhirnya sesuatu yang menyangkut tadi akhirnya terlepas dari pikiran Sheyta.

"Bukankah ini sedikit mirip dengan efek kupu-kupu?"

"Ya benar. Maka dari itu kelemahanmu bisa menjadi sumber kekuatanmu dan begitu pula dengan kekuatanmu bisa menjadi sumber kelemahanmu."

Inilah percakapan antara kakak beradik sebelum kakak Sheyta menghilang.

Sheyta yang sangat merindukan percakapan itu hanya bisa merasakan kerinduan di dalam hatinya.

Sheyta menyesal karena dia tidak lebih banyak mengobrol dengan kakak tersayangnya, tapi penyesalan itu tidak berguna setelah semua itu terjadi dan hanya merasakan sakit di hatinya...

つづく

Terpopuler

Comments

arisawa miya

arisawa miya

mampirr, semangat selalu~

2022-12-22

1

「Hikotoki」

「Hikotoki」

.... ini seperti tema romance drama dan sol

aku tahu ini untuk menghabiskan kata agar bisa mencapai target 1k kata, namun tetap saja... ini begitu menghabiskan banyak tenaga untuk membaca setengahnya

2022-12-05

0

「Hikotoki」

「Hikotoki」

dari pada menceritakan dari sudut pandang sheyta, lebih baik ke kakaknya karena dia adalah protagonis cerita

alangka baiknya jika ceritanya agak diperpanjang bagian ini sebab memakai prolog

lalu di akhir cerita melihatkan bagian protagonis yang dilempr ke dunia lain...

yah, kalau langsung ke dunia lain lebih simple sih, karena udah sampai dan hanya menjelaskan kronologi singkat saja... seperti LN "isekai wa smartphone"

2022-12-05

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Intermission
3 Intermission : Pion yang Terpanggil
4 Chapter 1 : Black Bullet
5 Chapter 2 : Perjalananku
6 Chapter 2.1
7 Chapter 2.2
8 Chapter 2.3
9 Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10 Chapter 3.1
11 Chapter 3.2
12 Chapter 3.3
13 Chapter 3.4
14 Chapter 4 : Kekacauan
15 Chapter 4.1
16 Chapter 4.2
17 Chapter 5 : Kegagalan
18 Chapter 5.1
19 Chapter 5.2
20 Chapter 5.3
21 Interlude Chapter
22 Interlude Chapter 2
23 Chapter 6 : Pendatang Baru
24 Chapter 6.1
25 Chapter 6.2
26 Chapter 6.3
27 Chapter 6.4
28 Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29 Chapter 7.1
30 Chapter 7.2
31 Chapter 7.3
32 Chapter 7.4
33 Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34 Chapter 8 : Persiapan
35 Chapter 8.1
36 Chapter 8.2
37 Chapter 8.3 : Regu Astia
38 Chapter 8.4
39 Chapter 9 : Regu Lilia
40 Chapter 9.1
41 Chapter 9.2
42 Chapter 9.3
43 Chapter 9.4
44 Chapter 10 : Persiapan 2
45 Chapter 10.1
46 Chapter 10.2
47 Chapter 10.3
48 Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49 Chapter 11.1
50 Chapter 11.2
51 Chapter 11.3
52 Chapter 12 : Malam harinya...
53 Chapter 12.1
54 Chapter : 12.2
55 Chapter 12.3
56 Chapter 12.4
57 Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58 Chapter 13.1
59 Chapter 13.2
60 Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61 Chapter 14.1
62 Chapter 14.2
63 Chapter 14.3
64 Chapter 14.4
65 Chapter 15 : Di Titik Timur
66 Chapter 15.1
67 Chapter 15.2
68 Chapter 15.3
69 Chapter 15.4
70 Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71 Chapter 16.1
72 Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73 Chapter 16.3
74 Chapter 16.4
75 Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76 Chapter 17 : Perlawanan Kami
77 Chapter 17.1
78 Chapter 17.2
79 Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80 Chapter 18.1
81 Chapter 18.2
82 Chapter 18.3
83 Chapter 18.4
84 Chapter 19 : Kegilaan
85 Chapter 19.1
86 Chapter 19.2
87 Chapter 19.3
88 Chapter 19.4
89 Chapter 20 : Tomoe Garden
90 Chapter 20.1
91 Chapter 20.2
92 Chapter 20.3
93 Chapter 21 : Sayonara
94 Chapter 21.1
95 Chapter 21.2
96 Chapter 22 : Awal yang Baru
97 Chapter 22.1
98 Chapter 22.2
99 Chapter 22.3
100 Chapter 22.4
101 Interlude : Mimpi Buruk
102 Interlude 2 : Mimpi Buruk
103 Chapter 23 : Pencarian
104 Chapter 23.1
105 Chapter 23.2
106 Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107 Chapter 24.1
108 Chapter 24.2
109 Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110 Chapter 25.1
111 Chapter 25.2
112 Chapter 25.3
113 Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114 Chapter 26.1
115 Chapter 26.2
116 Chapter 26.3
117 Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118 Chapter 27.1
119 Chapter 27.2
120 Chapter 27.3
121 Chapter 28 : Penyusupan
122 Chapter 28.1
123 Chapter 28.2
124 Chapter 28.3
125 Intermission Chapter 28.4
126 Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127 Chapter 29.1
128 Chapter 29.2
129 Chapter 29.3
130 Chapter 30 : Faker
131 Chapter 30.1
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Prolog
2
Intermission
3
Intermission : Pion yang Terpanggil
4
Chapter 1 : Black Bullet
5
Chapter 2 : Perjalananku
6
Chapter 2.1
7
Chapter 2.2
8
Chapter 2.3
9
Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10
Chapter 3.1
11
Chapter 3.2
12
Chapter 3.3
13
Chapter 3.4
14
Chapter 4 : Kekacauan
15
Chapter 4.1
16
Chapter 4.2
17
Chapter 5 : Kegagalan
18
Chapter 5.1
19
Chapter 5.2
20
Chapter 5.3
21
Interlude Chapter
22
Interlude Chapter 2
23
Chapter 6 : Pendatang Baru
24
Chapter 6.1
25
Chapter 6.2
26
Chapter 6.3
27
Chapter 6.4
28
Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29
Chapter 7.1
30
Chapter 7.2
31
Chapter 7.3
32
Chapter 7.4
33
Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34
Chapter 8 : Persiapan
35
Chapter 8.1
36
Chapter 8.2
37
Chapter 8.3 : Regu Astia
38
Chapter 8.4
39
Chapter 9 : Regu Lilia
40
Chapter 9.1
41
Chapter 9.2
42
Chapter 9.3
43
Chapter 9.4
44
Chapter 10 : Persiapan 2
45
Chapter 10.1
46
Chapter 10.2
47
Chapter 10.3
48
Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49
Chapter 11.1
50
Chapter 11.2
51
Chapter 11.3
52
Chapter 12 : Malam harinya...
53
Chapter 12.1
54
Chapter : 12.2
55
Chapter 12.3
56
Chapter 12.4
57
Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58
Chapter 13.1
59
Chapter 13.2
60
Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61
Chapter 14.1
62
Chapter 14.2
63
Chapter 14.3
64
Chapter 14.4
65
Chapter 15 : Di Titik Timur
66
Chapter 15.1
67
Chapter 15.2
68
Chapter 15.3
69
Chapter 15.4
70
Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71
Chapter 16.1
72
Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73
Chapter 16.3
74
Chapter 16.4
75
Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76
Chapter 17 : Perlawanan Kami
77
Chapter 17.1
78
Chapter 17.2
79
Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80
Chapter 18.1
81
Chapter 18.2
82
Chapter 18.3
83
Chapter 18.4
84
Chapter 19 : Kegilaan
85
Chapter 19.1
86
Chapter 19.2
87
Chapter 19.3
88
Chapter 19.4
89
Chapter 20 : Tomoe Garden
90
Chapter 20.1
91
Chapter 20.2
92
Chapter 20.3
93
Chapter 21 : Sayonara
94
Chapter 21.1
95
Chapter 21.2
96
Chapter 22 : Awal yang Baru
97
Chapter 22.1
98
Chapter 22.2
99
Chapter 22.3
100
Chapter 22.4
101
Interlude : Mimpi Buruk
102
Interlude 2 : Mimpi Buruk
103
Chapter 23 : Pencarian
104
Chapter 23.1
105
Chapter 23.2
106
Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107
Chapter 24.1
108
Chapter 24.2
109
Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110
Chapter 25.1
111
Chapter 25.2
112
Chapter 25.3
113
Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114
Chapter 26.1
115
Chapter 26.2
116
Chapter 26.3
117
Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118
Chapter 27.1
119
Chapter 27.2
120
Chapter 27.3
121
Chapter 28 : Penyusupan
122
Chapter 28.1
123
Chapter 28.2
124
Chapter 28.3
125
Intermission Chapter 28.4
126
Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127
Chapter 29.1
128
Chapter 29.2
129
Chapter 29.3
130
Chapter 30 : Faker
131
Chapter 30.1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!