Kembali ke perjalananku saat aku pertama kali datang ke dunia yang aneh ini. Aku akan menceritakan sedikit cerita ketika aku baru saja datang ke dunia ini. Yah, sebenarnya sedikit membosankan juga cerita ini, tapi aku akan menceritakan sebaik mungkin kilas balik aku sebelumnya. Mari kita mulai...
Sebelum aku datang ke dunia ini, di duniaku sebelumnya aku baru saja pulang dari sekolah, rasanya capek sekali saat itu. Seperti biasa, sekolah itu sangat membosankan dan menyulitkan, lagipula aku juga tidak mempunyai teman sedikitpun. Meskipun aku mempunyai teman, mereka pasti tidak terlalu akrab denganku, kami mengobrol sebentar lalu sudah tidak ada percakapan lagi dan kami berpisah. Itu sudah menjadi kebiasaan sehari-hari ketika aku sekolah.
Jika kau menanyakan teman yang aku percayai aku akan menjawab satu orang. Kau tahu dia adalah adikku, Sheyta. Meskipun dia adalah adikku tapi aku juga memiliki hubungan yang namanya teman, yah bukannya aku aneh atau apa, aku percaya dengan hubungan yang seperti itu. Lagipula adikku sendiri tidak akan mengkhianatiku, kan? Seperti itulah. Dengan menjaga satu sama lain dan saling percaya itu juga yang dimaksud teman. Yah meskipun aku selalu mendengarkan ocehan dia setiap hari, tentang teman-temannya atau tentang kehidupan sekolahnya.
Sebenarnya aku cukup mendengarkannya saja setiap hari dari setiap masalahnya. Kalau dia meminta aku untuk memberikan solusi itu urusan belakangan.
Dia sangat manis, cantik dan penampilannya memang kelas atas, tapi anehnya dia tidak mempunyai pacar? Apa jangan-jangan dia menyembunyikannya dariku?
Setiap kali aku bertanya "Apa kamu punya orang yang kamu suka?" dan dia selalu menjawab "Aku suka kakak" itu membuatku bingung. Ya itu bukan hal yang aneh seorang adik menyayangi kakaknya, tapi bukannya dia menghindar dari pertanyaanku sebelumnya?
Beberapa minggu setelah momen itu aku datang ke dunia ini, atau lebih tepatnya aku terpanggil, mungkin?
Aku sangat terkejut saat aku membuka kedua mataku dan apa yang aku lihat benar-benar diluar imajinasiku. Aku meremehkan kedua mataku dan sejenak aku khawatir dengan kesehatan mentalku, apa aku sebegitu stresnya sampai berhalusinasi seperti itu? Pikirku.
Apa ada orang yang dapat membuat game virtual secanggih ini sampai-sampai aku dapat merasakan rangsangan cahaya matahari terhadap kulitku? Dan juga aku dapat mendengar aliran sungai yang tidak jauh dariku.
Sementara itu, aku berpikir masalah ini akan kupikirkan nanti. Yang penting adalah aku akan melihat situasinya.
Lalu aku ingat satu hal. Aku mencoba merogoh sakuku dan aku hanya menemukan dompet yang tidak ada isinya. Sebenarnya tidak ada gunanya menghawatirkan hal itu karena uang yang kukeluarkan itu digunakan oleh adikku untuk membelanjakan bahan-bahan buat besok. Yang kukhawatirkan adalah adikku. Pastinya dia juga mengkhawatirkanku saat ini, bagaimana aku menjelaskannya nanti.
Setelah mengalami perjalanan yang lumayan panjang dalam beberapa hari. Aku bertemu dengan orang-orang yang unik, seperti Ellena yang suka menggoda, Gorou yang sikapnya yang aneh, Raja Azaka yang pea, dan yang terutama adalah Astia, dia itu spesial.
Sepertinya secara tidak langsung penilaianku terhadap orang lain sedikit berubah, semua itu karena Astia. Dia mencoba menyadarkanku untuk lebih bisa memaafkan orang lain. Karena itu aku bersyukur bertemu dengannya.
Saat ini kami berada di Kekaisaran Engrayn untuk menjalankan misi pengintaian. Proposal ini ditujukan kepada kami oleh Raja Azaka.
Yang melakukan misi ini adalah aku, Astia, Ellena, dan Gorou.
Kami telah memberi informasi yang telah kami ketahui secara berkala yaitu tentang iblis dan turnamen kekaisaran. Saat kami memberitahu kepada Raja Azaka, dia seperti menggumamkan sesuatu yang tidak bisa kami dengar.
"Kalau begitu, lanjutkan misi kalian dengan mengawasi turnamen tersebut karena kemungkinan besar di sana ada iblis yang berkeliaran yang menyamar sebagai manusia."
"Baik, Yang Mulia!!"
Kami berempat serentak menyetujui perintahnya sebelum Raja Azaka berkata lagi.
"Oh iya, masih tersisa sehari sebelum turnamen itu dimulai, kan? Kalau begitu kalian bisa libur untuk sehari dan menikmati suasana yang di sana."
Kami berbicara melewati sambungan alat komunikasi sihir yang ada di telinga kami masing-masing, jadi jika orang lain melihat kami, maka mereka hanya mengira kalau kami sedang memegang telinga saja.
"Huh, kupikir suasana di sini tidak semeriah di Florend." Ujar Ellena.
"Hahaha! Ada perbedaan yang jelas bukan? Tapi kalau kalian sudah masuk ke pusat ibukota kekaisaran, kalian akan melihat betapa ramainya tempat itu."
"Ya, benar. Kami sudah memasuk wilayah ibukota, tapi kami masih belum sampai ke pusatnya."
Gorou juga ikut masuk ke dalam perbincangan.
"Hmm, aku penasaran seberapa ramainya tempat itu. Mumpung ada sehari waktu luang, mungkin aku akan menjual beberapa barang dan berkeliling, yah?"
Kalau ada situasi darurat, aku sudah tahu jalan yang harus kulalui, makanya aku ingin berkeliling dulu.
"Hei Yuuki, jangan sia-siakan kesempatan ini untuk berkencan dengan Astia."
"Heh?!" Astia hampir berteriak panik.
"Iya, aku sudah memikirkan itu untuk mengajaknya berkeliling."
Jika ada apa-apa denganku, maka Astia yang akan menjadi asistenku untuk menghafal jalan. Jadi aku dan Astia juga akan lebih mengerti tentang seluk beluk Kekaisaran Engrayn.
Aku melihat wajah Astia mulai memerah, tapi Ellena memandangi wajahku dengan tatapan aneh.
"Hei Yuuki, kau ini benar-benar tidak peka, ya?"
"Hah? Apa maksudmu?"
"Hadeuhh..."
Ellena hanya menepuk kepalanya dan menghela napas, dan juga tidak menjawab pertanyaanku.
"Aku tidak mengerti apa yang dibicarakan kalian, tapi laksanakan tugas kalian, dan hari ini bersenang-senanglah!"
"Baik Yang Mulia!"
Kami berempat serentak menjawab perkataan Raja Azaka.
"Baiklah, kalau begitu aku tutup sambungannya."
Dengan begitu Raja Azaka menutup sambungan sihir yang membuat kami terhubung.
Lalu kami berempat terus berjalan sampai ke pusat kota. Kereta kudanya kami tempatkan di tempat dekat kami bermalam tadi malam. Huh setidaknya aku merelakannya. Semua barang kami sudah kami bawa, jadi kalau ada yang merampok kereta kuda kami, kami tidak terlalu dirugikan, lagipula kudanya bersama kami.
"Hmm, sepertinya tempat ini lebih ramai daripada yang kita duga, kan?"
"Seperti yang dikatakan Yang Mulia tentang kota ini. Aku tidak menduga akan seramai ini kan, Yuuki?"
"Ya, kau benar."
Tempat ini sedikit lebih maju dan lebih ramai daripada Ibukota Florend, suasana ini seperti abad pertengahan, tapi ini jelas berbeda dengan duniaku.
Teknologi dan pengetahuan mereka sangat jauh dari pengetahuan modern, malahan lebih jauh dari abad sebelum revolusi industri dimulai, tapi kemungkinan ada orang cerdas yang akan mencapai peradaban itu.
Aku juga tidak tahu tentang pendidikan yang ada di dunia ini, semacam akademi atau sekolah.
"Kalau begitu ayo kita cari penginapan dulu."
Kami pergi ke tempat penginapan yang murah, dan sampai ke depan resepsi penginapan.
"Selamat datang di penginapan kami, apa tuan ingin memesan kamar?"
Seorang resepsionis menyapa kami dengan senyumannya.
"Ya, kami ingin memesan— Ehh."
Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, Ellena menarikku dari belakang, ya karena itu aku sedikit terkejut.
"Hei apa yang kau lakukan?"
"Yang benar saja kau ini, kita harus memesan kamar dengan benar!"
"Lah ini lagi pengen pesan kamar malah kau tarik."
"Bukan itu yang kumaksud, kita harus merencanakan dulu tentang kita akan tidur dengan siapa. Kita tidak mungkin memesan empat kamar, kan?"
"Tidak mungkin aku berpikir seperti itu. Lagipula memesan satu kamar untuk dua orang cukup, kan? Jadi kita akan memesan dua kamar."
Aku juga akan repot kalau Astia akan mengalami mimpi buruk di malam hari dan berteriak, karena itu aku ingin sekamar dengan Astia untuk berjaga-jaga dari hal buruk. Berarti aku sekamar dengan Astia, dan Ellena dengan Gorou.
"Oh oke, kalau begitu aku akan sekamar dengan Yuuki!"
Hah?! Apa yang dia katakan?
Ellena mengatakan dengan bangga dan tidak memerhatikan sekelilingnya.
"Tidak, tidak, Ellena kau tidak bisa begitu. Kau tidak boleh egois seperti itu."
Karena itu Astia dengan cepat memperlihatkan senyum jahatnya kepada Ellena.
"Dengar ya Astia, selama ini kau selalu berduaan dengan Yuuki. Jadi harusnya kau yang tidak berhak bicara seperti itu."
"Itu karena aku milik Tuan Yuuki, jadi aku tidak bisa tidak bersama dengannya."
Saat ini ada pertempuran dari dua gadis yang saling menatap tajam, bersaing memperebutkan tentang masalah sepele, yang menyebabkan suasana di tempat ini menjadi suram.
Bahkan pemilik penginapan juga terlihat ketakutan melihat pertempuran ini. Perdebatan yang aku tunggu sampai selesai membuatku sakit kepala, jadi aku ingin menghentikannya.
"Hei kalian, sudah cukup! Kalian membuat orang lain takut."
Ellena dan Astia melihat sekeliling mereka, menyadari kalau orang lain terlihat tidak nyaman dengan kelakuannya, mereka berdua membungkuk dan mengatakan "Maaf atas keributan yang kami buat."
Lalu aku pergi ke meja resepsionis untuk memesan kamar.
"Maaf nona, kami pesan dua kamar untuk dua orang."
"Y-ya baiklah tuan... Untuk berapa hari?"
"Lima hari."
Kemudian aku mengeluarkan uang untuk pembayarannya, dan kami dituntun ke kamar kami yang bersebelahan.
"Ini kamarnya."
"Ya, terima kasih."
Pelayan itu meninggalkan kami, lalu aku masuk ke kamarku dan mengeluarkan barang-barangku dari tasku. Aku tersadar kalau di belakangku Ellena juga mengeluarkan barang-barang yang dibawanya.
"Hei apa yang kau lakukan?"
"Tentu saja aku akan sekamar denganmu."
"Hah?"
"Hei kau tidak bisa begitu!"
Astia juga menunjukkan kekhawatirannya.
"Kan sudah kubilang Astia, kalau aku akan sekamar dengan Yuuki."
"Hah? Mau sampai kapan kau seegois itu?"
Huh~ karena mereka berdua sepertinya akan berdebat lagi, aku kembali mengerjakan pekerjaanku. Gorou juga terlihat sudah memasuki kamarnya.
"Kalau begitu, begini saja... Aku akan sekamar dengan Yuuki selama sehari saja, lalu kau akan di kamar sebelah. Jadi bukankah itu akan menjadi keputusan yang bagus?"
Ellena mengatakannya dengan bangga, tapi itu jelas-jelas pernyataan yang tidak masuk akal. Tetap saja Ellena hanya mengikuti kata hatinya saja.
"Keputusan menjengkelkan macam apa itu? Kau itu ingin menipuku dengan perkataan yang sangat egois itu, kan?"
Bahkan Astia juga menyadarinya. Ellena hanya bermain dengan kata-katanya, berusaha mengelabui Astia dengan perkataannya.
"Kau tidak menerima keputusanku, ya? Kalau begitu aku tidak keberatan untuk adu jotos denganmu."
Mendengar perkataan Ellena, seketika Astia mendesis.
"Kau yang seenaknya itu akhirnya mengambil keputusan dengan kekerasan ya? Aku tidak takut, tapi aku ingin mendengar keputusan dari Tuan Yuuki."
Mereka berdua menusukku dengan mata yang menatap tajam kepadaku. Aku yang awalnya memunggungi mereka akhirnya berhadapan dengan mereka lagi.
"Aku tidak masalah aku akan sekamar dengan siapa—"
"Tuan Yuuki?!"
Astia berusaha menyelaku dan menunjukkan kembali kekhawatirannya, lalu aku menoleh ke arah Ellena.
"—Tapi, Ellena kau harus tahu, kalau Astia mempunyai gangguan tidur di malam hari, dan aku khawatir dia akan menangis di malam hari kalau aku tidak di dekatnya. Kalau itu terjadi bukankah akan mengganggu kenyamanan para penginap yang lain?"
Astia yang mendengar ini, membusungkan dadanya sambil mengangguk beberapa kali dengan bangga.
Tapi kupikir ini hal yang harusnya rumit untuk dibicarakan lho, dia malah tersenyum seperti itu.
"Jadi begitu ya..." Kata Ellena yang sepertinya dia sudah menyerah dengan keputusannya, "Kalau begitu, berarti Astia akan sekamar denganmu?"
"Ya begitulah."
"Kalau dia begitu, berarti aku juga!"
Aku dan Astia kaget karena keputusan Ellena yang tiba-tiba.
"Kenapa bisa begitu?!"
"Lah, Astia aja bisa denganmu, kenapa aku tidak bisa?"
"Kau bercanda ya?"
"Tidak, aku serius!"
Karena itulah Ellena memutuskan untuk sekamar denganku dan Astia, yang artinya kamar ini akan menjadi lebih sempit dan lebih berisik. Namun di situasi lain, kamar Gorou akan menjadi tenang, yah itu kalau aku tidak keberatan aku akan pindah ke kamar Gorou, tapi itu akan menjadi pilihan yang mustahil didapat.
"Tuan Yuuki! Lihat tuh, susah dibilangin Ellena!"
Astia mengeluh padaku, dia terlihat seperti anak kecil yang mengeluh pada orang tuanya. Tapi aku tidak tahu caranya mengatasi hal ini, daripada aku mempermasalahkan hal ini, mending aku ngerjain hal lain aja.
Astia tidak bisa berkata-kata karena perkataanku, dia sepertinya tidak percaya kalau aku akan ngomong begitu, tapi yasudahlah.
"Nah... sekarang, Astia, kau mau apa?"
"Cih, aku sebal padamu."
"Hehehe."
Astia akhirnya menyerah karena kelakuan Ellena sudah terlalu parah, tapi aku yakin Astia tidak ingin Ellena melakukan hal yang diinginkannya.
"Ellena, apa yang sedang dilakukan Gorou sekarang?"
Kemudian Ellena pergi ke kamar sebelah setelah aku tanya. Lalu dia kembali lagi dalam beberapa saat.
"Haduh, aku tidak percaya dia malah molor." Kata Ellena sambil mengelus kepalanya.
"Itu wajar, dia sudah terlalu lelah karena mengendarai kuda tanpa pengganti, kan?"
"Benar juga. Kalau begitu, kita akan kemana?" Ucap Ellena.
Aku ada keperluan jadi aku akan menolak ajakan Ellena, tapi setidaknya aku akan minta Astia untuk pergi mencari informasi. Lagipula kurang dari 24 jam, turnamen itu akan dimulai... aku tidak tahu apakah ada tiket masuknya atau apa, yang penting adalah mencari informasi tentang hadiah turnamen itu dan informasi tentang iblis.
"Aku akan di sini saja."
"Hey Yuuki, kau mau ikut-ikutan menjadi pemalas seperti Gorou ya?"
"Kau pikir aku ini siapa? Aku memang punya kebiasaan seperti itu, tapi saat ini aku punya urusan yang harus kulakukan."
"Dih pemalas."
Ellena sedikit marah dan mengejekku, tapi aku tidak peduli.
"Kalau begitu, kita berdua aja, Astia."
"Hah?! Berani-beraninya kau mengajakku setelah apa yang telah kau perbuat."
"Ayolah Astia, masalah itu kan sudah lewat. Lagipula kalau tidak ada kau yang menemaniku, lalu siapa lagi? Dan ini tidak akan seru, bukan?"
Perkataan Ellena cukup masuk akal, sebaiknya Astia tidak perlu sengambek itu. Kupikir mereka akan akur jika mereka jalan-jalan berduan seperti itu.
"Pergi saja, Astia. Kalau dia pergi sendiri, aku takut dia tidak bisa menangani hal yang tidak bisa dia lakukan."
"Tapi, Tuan Yuuki, aku tidak mau berjalan bersama dia. Itu sangat menjengkelkan."
Seperti biasa, kalau Astia sudah memutuskan sesuatu, dia akan menjadi keras kepala.
"Kalau begitu, anggap saja ini misi dariku."
"Tuan Yuuki... kamu ini ingin membujukku untuk bersama Ellena ya?"
Astia tersenyum mengejek sambil menutup mulutnya, seolah dia ingin menggodaku dengan cara itu.
Hadehh orang ini...
Tapi Astia hanya setengah benar dari maksudku sebenarnya.
"Kamu salah paham Astia, aku ingin kamu mencari informasi tentang perempuan yang menjadi hadiah dari turnamen itu dan kenapa dia bisa sampai seperti itu. Kalau kamu masih tidak puas, aku akan memberimu permintaan apa saja kepadaku, kalau sudah selesai."
"Benarkah?!"
Astia sangat senang karena itu, sampai aku bisa membayangi matanya berbinar. Sementara itu, Ellena yang disampingnya terlihat cemberut.
"Ih curang."
"Kalau begitu aku ingin memutuskannya sekarang! Aku ingin..."
"Nanti saja Astia."
Aku dengan cepat menyelanya, huh, aku bahkan belum mempersiapkan apa-apa.
"Aku akan peringati kalian. Kalian kalau ada situasi yang kalian hadapi berada di luar kemampuan kalian, aku minta kalian kabur aja."
"Oke, itu mudah."
Hanya Astia yang menjawab, tapi itu sudah mewakili.
"Yasudah, kalau kalian sudah siap, pergilah... Ada apa Ellena?"
Karena aku penasaran dengan ekspresinya cemberut dari tadi, makanya aku bertanya.
"Mmm apa aku juga boleh meminta sesuatu?"
Apa yang dia maksud itu permintaan yang kuberi tadi?
"Tidak, aku menawarkan itu hanya untuk Astia."
Raut wajah Ellena menjadi kecewa, tapi aku tidak peduli tanggapannya, Astia juga menertawakannya dari samping.
"Rasakan itu... Kalau begitu ayo."
Astia menarik tangan Ellena untuk membuat keluar dari kamar, tapi wajah Ellena masih diliputi kekecewaan. Itu cukup menyedihkan.
Nah sekarang malah Astia yang bersemangat dibanding Ellena, dan sebelum itu situasinya cenderung sebaliknya, aku tidak habis pikir. Tapi kupikir kalau ada yang membuat mereka semangat, mereka akan pergi dengan sendirinya, tapi kalau dari awal tidak ada niat, mereka saat ini mungkin hanya tidur-tiduran di kasur ini.
Sementara mereka berdua telah pergi, aku melanjutkan kegiatan meracik, dan kalau sudah selesai aku akan menjualnya nanti dan melanjutkan tugasku yang sebenarnya...
つづく
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Dewi
Di tempat ini Yuuki bisa bercengkrama kepada orang lain dengan baik, aku harap rekan-rekannya tidak ada yang menghianati nya
2022-10-23
1
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Salam dari sang dewi merpati
2022-10-22
0
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Lanjut
2022-10-22
0