Chapter 5.2

.....

Kami berlari tanpa menoleh kebelakang, dan hampir mencapai pintu keluar.

Apa itu?

Dalam sekejap, mataku bereaksi.

DUAARRRR!!

Ledakan besar berasal dari api hitam yang diluncurkan, menghancurkan pintu keluar itu. Dinding-dindingnya mulai runtuh.

Kami semua terpental karena serangan kejut.

Aku memeluk Sheyta, jatuh, lalu terseret di atas tanah.

Kami semua berantakan.

"Kalian tidak bisa semudah itu lari dariku. Urusanku belum selesai."

Perasaanku mengatakan "Inilah akhir dari kami."

Kami semua berusaha bangkit, berusaha berdiri kokoh meskipun serangan tadi tidak menimbulkan luka parah.

"Apa kau baik-baik saja Sheyta?"

Inilah kepanikanku, aku harus menjaga mereka semua untuk tetap hidup dari kematian yang mereka hadapi di depan mata mereka.

Perasaanku hancur, iblis itu tidak ingin melepaskan kami sebelum aku menyerahkan Sheyta. Dia mengincar adikku!

Dilema menghantui otakku.

Di sisi lain aku ingin semuanya selamat, tapi itu akan jelas menjadi masa depan dengan kematian sia-sia. Lalu pikiranku terbesit untuk melepaskan Sheyta, itu kemungkinan akan menghilangkan korban berjatuhan.

Tapi mana mungkin aku melakukan itu!

Bagaimana ini?

"Dia bohong, ha-hanya serangan fisik biasa yang tidak mempan untuknya. Tapi kalau serangan tingkat tinggi mungkin akan bisa." Sheyta mengatakannya dengan lemah, "Mereka, para iblis... Mereka itu suatu entitas yang tidak dapat dipahami dengan logika manusia, seperti kakak memahami sebuah ruang dengan dimensi yang lebih tinggi saat kita bersama-sama mempelajarinya. Mereka itu ada di dunia kita, tapi kita tidak bisa melihat mereka atau kita memahami mereka. Keberadaan mereka sangat abstrak dan tidak berwujud, bahkan sejak sejarah penciptaan alam semesta dunia ini, mereka sudah diciptakan seperti itu. Namun, mereka tidak terikat dengan hukum dunia ini, karena pada dasarnya sejak penciptaan dunia, para iblis sudah menentang seluruh perintah tuhan."

Aku menatap adikku. Sheyta mencoba menjelaskan kepadaku dengan suara yang melemah, tapi inilah kesempatan terakhirku.

Iblis dengan kejahatan fana adalah suatu kehadiran yang seharusnya tidak ada di dunia ini karena mereka telah menolak perintah dan hukum yang ada di dunia ini. Mereka seolah-olah hanyalah sebuah fantasi yang terbentuk dari ketakutan manusia, tapi anehnya mereka ada.

Meskipun kesempatan kami untuk menang tidak lebih dari satu persen, tapi tidak ada lagi yang perlu diragukan. Aku harus mengerahkan seluruh kemampuan dan keseriusanku, meski aku mengorbankan nyawaku dalam hal ini. Selama mereka semua selamat, aku tidak peduli dengan diriku-- Setidaknya aku bisa berguna untuk kali ini saja.

"Baiklah, aku mengerti. Kamu istirahatlah."

Aku membaringkan adikku yang terlihat melemah karena gelang sialan itu.

"Semuanya, tolong, alihkan dia untukku. Berikan aku waktu." Kataku kepada mereka.

"Kau gila?! Bagaimana caranya menghadapi monster itu?"

"Kekuatan kita semua tidak mempan!"

"Meskipun aku seorang pembunuh, tapi dalam situasi ini aku tidak yakin. Ini pertama kalinya untukku."

Aku mengerti perasaan kalian semua, tapi...

"Aku mohon, kerahkan semua kekuatan kalian."

Pertama kalinya aku merendahkan suaraku. Apa ini yang disebut keputusasaan?

"Ba-baiklah."

"Aku akan berusaha!"

Setelah Ellena dan Astia menjawabku, Laven juga memantapkan matanya.

Oke aku akan mulai.

Ini adalah pertama kalinya untukku, membuat serangan besar seperti ini. Aku mengerahkan seluruh Mana dan tenagaku untuk ini.

Tempo hari aku pernah memikirkan serangan ini, terlalu kekanak-kanakan, terlalu alay, terlalu mustahil untuk terjadi, tapi ini pernah menjadi legenda... mungkin.

Aku menghunuskan pedangku, mengangkatnya, menyetarakan dengan dadaku.

Aku melihat Astia berusaha mati-matian untuk menyerangnya. Dia terjatuh, terluka, lalu bangkit lagi.

Ellena berusaha membuat musuhnya bingung dengan mantra andalannya yang cukup berhasil. Laven juga membuat serangan jarak jauh yang merupakan andalannya. Itu cukup berhasil tapi tidak terlalu berefek pada musuhnya..

Lalu aku akan melancarkan serangannya.

"Naga jahat jatuh dalam jurang kegelapan~"

Aura hitam kegelapan menyelimuti pedangku.

"Yuuki! Kau sudah selesai?!"

"Bersama iblis jahat yang terkutuk! Hancurkan mereka!~"

Lalu aura merah kegelapan bercampur dengan aura hitamnya.

"Aku sudah tidak bisa menahannya!!

"Aku akan membawakannya kepada mereka~ Rasakan kemarahan ini!~"

Kemudian diakhiri dengan lapisan emas menutupinya

"Aku tidak kuat!"

Mereka sudah 10 detik menahannya, itu sudah cukup untukku. Mereka bertiga menghindar di saat insting mereka mengatakan untuk menghindar dari jalurku

Dan inilah...

"BAALMUUUNG!!!"

Energi magis merah hitam kegelapan dengan serbuk cahaya membuat tebasan dahsyat meledak, melesat dramatis ke arah iblis jahat itu. Dengan kecepatan merobek udara, bahkan ruang dan waktu telah diabaikan dan malampaui itu semua. Pembengkokan ruang terjadi di sekitarnya, aku bisa mengatakan bahwa unsur yang terbentuk di dalam bumi dan hukum fisika sudah tidak berlaku saat seranganku dilesatkan.

Iblis itu sangat terkejut, dia mencoba untuk membuat pertahanan, tapi terlambat karena telah meremehkan seranganku. Dia bahkan tidak ada kesempatan untuk menghindarinya. Aku tidak peduli reaksinya, aku terus memokuskan kekuatanku pada tebasan magis ini.

Kemudian, Energi magis dari tebasan ini membelah dan menghancurkan tanah, membentuk jejak ruang besar, arena dan dataran yang dilaluinya. Aku tidak melihat ujung dari kerusakannya, tapi ini seperti bencana.

Seharusnya ini dapat menghancurkan iblis itu menjadi abu, aku yakin itu! Tidak ada yang bisa hidup dari jalur serangan ini, meskipun dia orang terkuat sekalipun.

Huh~

Energi magisnya sudah mencapai batasnya, mereka menyusut lalu menghilang.

Hanya debu dan dataran terbakar yang kulihat. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari iblis itu.

"Kita berhasil?"

Astia juga menghela napasnya setelah berusaha menahan iblisnya cukup lama.

Ellena dan Laven dilanda dengan keterkejutan, mereka seolah tidak percaya telah mengalahkan iblis itu.

"Huh aku sangat lelah."

Manaku habis, tenagaku sangat terkuras. Aku hanya bisa bersandar dengan pedangku. Berdiri pun akan sangat melelahkan.

Pachi!

Pachi!

Pachi!

Suara tepuk tangan terdengar nyaring bergema di seluruh arena.

"Kufufu, aku sangat tertarik dengan serangan yang belum pernah kulihat itu, sialan aku hampir mati!"

"....!!"

Kami semua sangat terkejut dengan suara itu. Ketidakpercayaan mataku membuatku sangat lemas.

"Kalau kau menyerangku dari kedua sisi bersamaan, mungkin aku akan terbunuh. Tapi sayang sekali."

"K-kau masih hidup...?!!"

Keterkejutan Ellena membuat kami tersadar dari ketidakberdayaan kami semua.

Semua yang kukerahkan.... gagal?

"Itulah pendapatku kalau kau ingin membunuhku. Tapi kau lupa kalau iblis dapat memulihkan diri."

"Apa...!"

"Sayang sekali... waktu kalian habis."

Dalam sekejap iblis itu melesat dengan kecepatan yang gila.

Aku bereaksi dengan kecepatan pemrosesan otakku sampai maksimal. Tujuannya adalah....

"Sheyta!!"

Pedangku kucabut lalu dengan kecepatan maksimalku kuraih tubuh Sheyta.

Tidak, tidak... tidak ada yang bisa kulakukan selain meraihnya.

Kecepatanku didahului oleh iblis itu. Aku berusaha meraihnya dengan sekuat tenaga, tapi!

Iblis itu lebih dulu meraih tubuh Sheyta, ditelan oleh kegelapan yang dibuat olehnya. Tubuh Sheyta sudah menghilang dari permukaan...

Sialan!!

Aku mengayunkan pedangku dengan sekuat tenaga, berusaha menebasnya.

Iblis itu perlahan mengangkat tangannya dengan santai, menghampiri pedangku.

TANGG!!

"Apa...!!"

Pedangku bergetar, terlempar dari tanganku.

Dia menahan tebasanku...

Setelah itu, tanpa serangan, tanpa helaian apapun, tubuhku terlempar ke udara, serasa ada yang meninjuku ke udara.

Aku jatuh, seluruh tubuhku kesakitan, lalu kembali melihat ke arah iblis itu.

Astia dan Ellena kemudian menyerang iblis itu dengan kemampuan terbaiknya, tapi mereka juga terpental sepertiku. Seolah tadi aku melihat ada energi gelap yang menghempaskan kami semua.

Tidak ada yang bisa mendekat, iblis itu mencoba untuk menyerang kami semua tanpa menggunakan kedua tangan dan kakinya.

Sialan! Setelah dia mendapatkan adikku, dia tidak membiarkan kami semua mendekatinya. Sekarang dia lebih kuat dari sebelumnya.

Sebelumnya dia dalam posisi bertahan dan sekarang dia menyerang kami semua... Dia benar-benar mempermainkan kami.

FIUHH!!

Suara tembakan halus terdengar. Itu dari Laven.

Dia berhasil!!

Pelurunya menembus tubuh iblis itu...

Lalu beberapa detik kemudian suara keras terdengar dari salah satu sudut dinding arena. Seperti benturan benda tumpul.

"K-kau membelokkan seranganku?!!"

Apa?!

Padahal yang kulihat tadi serangan Laven mengenainya, tapi setelah mendengar perkataan Laven sendiri... berarti itu juga gagal?

"Oh kau juga punya serangan yang cukup menarik juga ya..."

Laven tidak percaya serangannya yang dapat menembus apapun ditangkis begitu saja seperti permainan anak-anak.

Masih dalam keterkejutan, Laven, tanpa ia sadari tubuhnya melayang di udara lalu di hempaskan ke arah dinding.

Tubuhnya terluka tapi tidak terlalu parah, hanya saja kepalanya berdarah.

Tubuhku berusaha bangkit, aku harus menyelamatkan Sheyta. Dia adalah adikku satu-satunya. Aku tidak bisa kehilangan dia.

"Cih!"

Ah, sepertinya kaki kiriku patah karena hempasan tadi.

Ini benar-benar buruk.

"Terima kasih telah mengembalikan barangku. Kalian semua benar-benar membuatku senang hari ini. Sebagai gantinya aku akan melepaskan kalian."

Kata-katanya sangat membuatku marah, tapi kemarahanku tidak dapat membunuhnya.

Adikku sudah menghilang, kami semua babak belur. Ah aku...

Iblis itu berbalik setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Sepertinya dia akan pergi...

"Ah! Aku lupa, sepertinya salah satu dari kalian adalah mata-mata... bersyukurlah! Kami mengundurkan diri dari peperangan sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Jadi kalian bisa berterima kasih padaku!"

Setelah mengatakan itu dia langsung menghilang.

Setelah membantu Laven, Astia dan Ellena menghampiriku. Astia terlihat sangat cemas dengan keadaanku.

"Tu-tuan Yuuki... maafkan aku sebesar-besarnya, aku masih sangat lemah, tapi... tapi kali ini kita harus bersyukur karena tidak ada korban berjatuhan." Dia hampir menangis.

Ya aku tahu. Aku tahu kalau Astia mencoba menghiburku tapi kemarahan masih melekat di hatiku.

"Ya, setidaknya begitu."

Jika aku tidak mengalihkan perhatianku dari Sheyta, mungkin dia tidak akan pergi dariku.

Tapi bagaimana selanjutnya...

Tidak ada yang bisa kulakukan. Pada akhirnya Sheyta hanya akan diambil dariku.

Aku benci karena kelemahanku ini.

Aku lengah dan membiarkannya lolos. Aku tahu itu.

Dalam perspektif tujuan kami dari awal, hasil yang kami dapat hari ini hanyalah fakta bahwa kami tidak kehilangan apapun.

.....

Sungguh memalukan...

"Ayo pulang."

Aku mencoba berdiri, lalu dibantu Astia berjalan.

Tidak ada yang bisa kulakukan.

Mengejarnya hanya akan menjadi rencana bunuh diri. Dadaku perih, serasa ingin merobek jantungku ini. Kemarahan bercampur keputusasaan tidak bisa dihindari.

Kalau... kalau saja aku lebih kuat, mungkin aku tidak akan kehilangan adikku.

Aku mengutuk ketidakberdayaanku ini. Sangat lemah! Kegagalan yang tidak bisa dimaafkan! Yah setidaknya... aku ingin beristirahat dulu...

"Tuan Yuuki...? Tuan Yuuki!"

Kakiku sakit dan melemah, entah kenapa dingin sekali padahal ini siang hari. Astia yang membantuku jalan panik karena keseimbanganku goyah dan terjatuh.

"A-ada apa?"

Ellena yang sedang membantu Laven kaget karena Astia yang panik.

"Tuan Yuuki tiba-tiba jatuh... dan tubuhnya panas sekali!"

"Coba kulihat... ini, kakinya patah. Ini yang membuatnya seperti itu."

"A-apa... apa kau bisa menyembuhkannya, Ellena?"

"Mu-mungkin. Tapi kalau lukanya separah ini... setidaknya aku akan membuat pertolongan pertama! Tapi kita tidak bisa ditempat ini."

"Tolong sembuhkan dia... ini semua salahku, aku tidak bisa melindunginya... aku tidak mau kehilangannya... aku tidak mau kehilangan orang yang kusayangi lagi!"

Perkataan Astia samar-samar di telingaku, tapi aku yakin dia menyalahkan dirinya sendiri. Astia memelukku dengan erat sambil menangis. Ada sebuah kelembutan yang kurasakan dari pelukannya.

Aku ingin mengatakan kalau ini bukan kesalahannya. Tapi...

"A-aku tidak akan mati semudah itu..."

"Tuan Yuuki?! Maafkan aku, aku pasti akan menyelamatkanmu!"

Ya aku yakin kalau itu kamu...

Setelah itu kesadaranku memudar...

つづく

Episodes
1 Prolog
2 Intermission
3 Intermission : Pion yang Terpanggil
4 Chapter 1 : Black Bullet
5 Chapter 2 : Perjalananku
6 Chapter 2.1
7 Chapter 2.2
8 Chapter 2.3
9 Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10 Chapter 3.1
11 Chapter 3.2
12 Chapter 3.3
13 Chapter 3.4
14 Chapter 4 : Kekacauan
15 Chapter 4.1
16 Chapter 4.2
17 Chapter 5 : Kegagalan
18 Chapter 5.1
19 Chapter 5.2
20 Chapter 5.3
21 Interlude Chapter
22 Interlude Chapter 2
23 Chapter 6 : Pendatang Baru
24 Chapter 6.1
25 Chapter 6.2
26 Chapter 6.3
27 Chapter 6.4
28 Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29 Chapter 7.1
30 Chapter 7.2
31 Chapter 7.3
32 Chapter 7.4
33 Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34 Chapter 8 : Persiapan
35 Chapter 8.1
36 Chapter 8.2
37 Chapter 8.3 : Regu Astia
38 Chapter 8.4
39 Chapter 9 : Regu Lilia
40 Chapter 9.1
41 Chapter 9.2
42 Chapter 9.3
43 Chapter 9.4
44 Chapter 10 : Persiapan 2
45 Chapter 10.1
46 Chapter 10.2
47 Chapter 10.3
48 Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49 Chapter 11.1
50 Chapter 11.2
51 Chapter 11.3
52 Chapter 12 : Malam harinya...
53 Chapter 12.1
54 Chapter : 12.2
55 Chapter 12.3
56 Chapter 12.4
57 Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58 Chapter 13.1
59 Chapter 13.2
60 Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61 Chapter 14.1
62 Chapter 14.2
63 Chapter 14.3
64 Chapter 14.4
65 Chapter 15 : Di Titik Timur
66 Chapter 15.1
67 Chapter 15.2
68 Chapter 15.3
69 Chapter 15.4
70 Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71 Chapter 16.1
72 Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73 Chapter 16.3
74 Chapter 16.4
75 Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76 Chapter 17 : Perlawanan Kami
77 Chapter 17.1
78 Chapter 17.2
79 Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80 Chapter 18.1
81 Chapter 18.2
82 Chapter 18.3
83 Chapter 18.4
84 Chapter 19 : Kegilaan
85 Chapter 19.1
86 Chapter 19.2
87 Chapter 19.3
88 Chapter 19.4
89 Chapter 20 : Tomoe Garden
90 Chapter 20.1
91 Chapter 20.2
92 Chapter 20.3
93 Chapter 21 : Sayonara
94 Chapter 21.1
95 Chapter 21.2
96 Chapter 22 : Awal yang Baru
97 Chapter 22.1
98 Chapter 22.2
99 Chapter 22.3
100 Chapter 22.4
101 Interlude : Mimpi Buruk
102 Interlude 2 : Mimpi Buruk
103 Chapter 23 : Pencarian
104 Chapter 23.1
105 Chapter 23.2
106 Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107 Chapter 24.1
108 Chapter 24.2
109 Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110 Chapter 25.1
111 Chapter 25.2
112 Chapter 25.3
113 Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114 Chapter 26.1
115 Chapter 26.2
116 Chapter 26.3
117 Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118 Chapter 27.1
119 Chapter 27.2
120 Chapter 27.3
121 Chapter 28 : Penyusupan
122 Chapter 28.1
123 Chapter 28.2
124 Chapter 28.3
125 Intermission Chapter 28.4
126 Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127 Chapter 29.1
128 Chapter 29.2
129 Chapter 29.3
130 Chapter 30 : Faker
131 Chapter 30.1
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Prolog
2
Intermission
3
Intermission : Pion yang Terpanggil
4
Chapter 1 : Black Bullet
5
Chapter 2 : Perjalananku
6
Chapter 2.1
7
Chapter 2.2
8
Chapter 2.3
9
Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10
Chapter 3.1
11
Chapter 3.2
12
Chapter 3.3
13
Chapter 3.4
14
Chapter 4 : Kekacauan
15
Chapter 4.1
16
Chapter 4.2
17
Chapter 5 : Kegagalan
18
Chapter 5.1
19
Chapter 5.2
20
Chapter 5.3
21
Interlude Chapter
22
Interlude Chapter 2
23
Chapter 6 : Pendatang Baru
24
Chapter 6.1
25
Chapter 6.2
26
Chapter 6.3
27
Chapter 6.4
28
Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29
Chapter 7.1
30
Chapter 7.2
31
Chapter 7.3
32
Chapter 7.4
33
Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34
Chapter 8 : Persiapan
35
Chapter 8.1
36
Chapter 8.2
37
Chapter 8.3 : Regu Astia
38
Chapter 8.4
39
Chapter 9 : Regu Lilia
40
Chapter 9.1
41
Chapter 9.2
42
Chapter 9.3
43
Chapter 9.4
44
Chapter 10 : Persiapan 2
45
Chapter 10.1
46
Chapter 10.2
47
Chapter 10.3
48
Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49
Chapter 11.1
50
Chapter 11.2
51
Chapter 11.3
52
Chapter 12 : Malam harinya...
53
Chapter 12.1
54
Chapter : 12.2
55
Chapter 12.3
56
Chapter 12.4
57
Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58
Chapter 13.1
59
Chapter 13.2
60
Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61
Chapter 14.1
62
Chapter 14.2
63
Chapter 14.3
64
Chapter 14.4
65
Chapter 15 : Di Titik Timur
66
Chapter 15.1
67
Chapter 15.2
68
Chapter 15.3
69
Chapter 15.4
70
Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71
Chapter 16.1
72
Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73
Chapter 16.3
74
Chapter 16.4
75
Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76
Chapter 17 : Perlawanan Kami
77
Chapter 17.1
78
Chapter 17.2
79
Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80
Chapter 18.1
81
Chapter 18.2
82
Chapter 18.3
83
Chapter 18.4
84
Chapter 19 : Kegilaan
85
Chapter 19.1
86
Chapter 19.2
87
Chapter 19.3
88
Chapter 19.4
89
Chapter 20 : Tomoe Garden
90
Chapter 20.1
91
Chapter 20.2
92
Chapter 20.3
93
Chapter 21 : Sayonara
94
Chapter 21.1
95
Chapter 21.2
96
Chapter 22 : Awal yang Baru
97
Chapter 22.1
98
Chapter 22.2
99
Chapter 22.3
100
Chapter 22.4
101
Interlude : Mimpi Buruk
102
Interlude 2 : Mimpi Buruk
103
Chapter 23 : Pencarian
104
Chapter 23.1
105
Chapter 23.2
106
Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107
Chapter 24.1
108
Chapter 24.2
109
Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110
Chapter 25.1
111
Chapter 25.2
112
Chapter 25.3
113
Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114
Chapter 26.1
115
Chapter 26.2
116
Chapter 26.3
117
Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118
Chapter 27.1
119
Chapter 27.2
120
Chapter 27.3
121
Chapter 28 : Penyusupan
122
Chapter 28.1
123
Chapter 28.2
124
Chapter 28.3
125
Intermission Chapter 28.4
126
Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127
Chapter 29.1
128
Chapter 29.2
129
Chapter 29.3
130
Chapter 30 : Faker
131
Chapter 30.1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!