*POV Laven
Saat ini aku masih di restoran. Aku masih menghabiskan makananku, setidaknya hari ini aku tidak ada pekerjaan, jadi aku bisa santai sejenak.
Alasan aku tidak bersama Bravo atau Roger itu karena aku tidak terlalu cocok dengan pergaulan mereka. Yah meskipun dalam kehidupan normal mereka mumpunyai topengnya sendiri, tapi aku merasa kalau mereka mempunyai kehidupan pribadinya masing-masing, jadi aku tidak akan mencampuri kehidupan orang dewasa. Lalu ketika kita mempunyai pekerjaan, di saat itulah kita harus profesional. Dalam kasus lain aku memang lebih senang pada saat sendiri, alasan utamanya agar aku merasa bebas dan tidak merasa mengkhawatirkan orang lain.
Ketika aku menyeruput minuman hangatku aku mengingat kejadian tadi.
"Ryuuji ya... Aku akan mengingat namanya."
Dia cukup keren, meskipun aku tidak pernah mendengar namanya. Aku juga mengkhawatirkan aku tidak bisa melihat matanya, tadi itu cukup menyeramkan, kupikir dia adalah iblis tapi ternyata hanya orang biasa.
Tidak, itu bukan masalahnya. Biasanya setiap aku pergi kemanapun, aku selalu menyembunyikan keberadaanku karena aku membawa senjataku yang besar ini, dan karena aku juga seorang pembunuh bayaran. Meskipun sudah aku tutup dengan kain, tapi tetap saja ini akan mencolok, makanya aku menutupi kehadiranku dari siapapun meskipun aku berada di sana.
Tapi! Orang yang bernama Ryuuji itu bisa menyadariku! Padahal aku hanya ingin iseng lalu aku bisa mendapatkan tempat dudukku. Yang jadi masalah itu hanya dia doang yang bisa sadar dengan keberadaanku! Bahkan kedua temannya saja tidak menyadariku, aku bisa melihat dari tatapan mereka saat melihatku muncul tiba-tiba.
Aku kesal. Apa-apaan ekspresi wajahnya itu! Ryuuji itu cuek sekali kelihatannya.
Oke, aku hanya mengungkapkan rasa kesalku. Aku akan mendinginkan kepalaku dulu, lalu aku akan memikirkannya lagi.
Nah, kalau kita memahami situasinya, dia hanya petualang kelas rendah yang masih diragukan asalnya, yang pasti dia bukan dari kota ini. Aku yakin itu.
Yang pertama, dia bisa menyadari keberadaanku meskipun dia hanya kelas rendah. Apa ini kebetulan?
Pada percakapan tadi juga, dia bahkan mengenal Anderson ketika kebetulan situasinya Anderson habis diserang tadi sore. Apa jangan-jangan dia tahu kalau Anderson itu salah satu pengawal Abyysal Freedom jadi dia menyerangnya? Atau apa ini juga kebetulan?
Tidak, seharusnya itu tidak mungkin. Motifnya apa yang membuat dia harus meyerang Anderson? Lagipula dia hanya petualang kelas rendah. Kalau dia menyembunyikan kekutannya, itu masih belum cukup untuk menyerang kelompok Anderson seorang diri.
Tunggu dulu, bukannya kedua rekannya bisa membantunya? Spekulasi ini masih bisa dibacarakan untuk kemungkinan adanya, yang berarti kondisinya akan menjadi tiga melawan tiga. Itu kalau mereka betiga kemampuannya setara atau bahkan di atas kelompok Anderson. Tapi bukannya ini mustahil?
Oh oke, mari kita berasumsi itu yang terjadi. Kalau mereka yang melakukan, saat ini, apa yang akan mereka selanjutnya?
Setelah aku lama mencari jawabannya dari otakku, aku tidak menemukan apapun.
Ah sial, tidak ada informasi sedikitpun tentang pembicaraan kami tadi. Semua yang dikatakan Ryuuji selalu bertentangan dengan asumsiku saat ini.
Oke, kalau tidak ada petunjuk mari kita mencari apa yang berhubungan dengan situasi ini.
Besok adalah waktunya turnamen kekaisaran, dan Ryuuji mengetahui itu adalah hal yang umum. Lalu di saat yang sama Ryuuji juga mengetahui tentang Anderson yang juga kebetulan habis diserang. Aku juga mengasumsikan kalau Ryuuji itu mengetahui kalau Anderson adalah salah satu pengawal Abyysal Freedom, yang menyelenggarakan turnamen kekaisaran.
Apa dia mengetahui kalau semua ini berhubungan? Meskipun dia tahu, apa yang akan dia lakukan? Yang tidak kutahu itu, motifnya masih abu-abu.
"Sebelum itu, kelompokku menculik...." Kataku dengan pelan.
Apa! Apa jangan-jangan dia...
Padahal aku belum memastikan ini, tapi aku sedikit gelisah.
"Paman ini uangnya, aku pergi dulu!"
"Ah ya, terima kasih."
Saatnya untuk pergi. Untuk berjaga-jaga, aku akan memanggil Roger dan Bravo. Kita harus berkumpul untuk memastikan kalau orang yang bernama Ryuuji itu mengacaukan situasi.
Aku sudah tidak peduli dengan kelasnya di tingkat bawah. Kalau dia berhasil menjalankan rencananya, berarti dia bukan orang yang bisa dianggap remeh.
Padahal pekerjaan tentang menculik seorang gadis itu sudah selesai dan seharusnya sudah menjadi tanggung jawab penyelenggara turnamen, tapi kalau gadis itu adalah kenalan Ryuuji dan dia behasil membebaskannya, maka reputasi tentang kelompok kami sebagai pembunuh bayaran akan jatuh.
Sambil berlari aku memanggil mereka.
"Roger! Bravo! Aku minta kalian berkumpul sekarang di tempat seperti biasa. Apa kalian di sana? Halo?"
Aku memanggil mereka dengan telekomunikasi pikiran, tapi tidak ada jawaban dari mereka. Cih! Kenapa di saat yang genting aku selalu susah menghubungi mereka! Tunggu...
Aku terhenti, menyadari sepertinya ada yang aneh dengan kota ini.
Ternyata penyebabnya gelombang sihir di kota ini sedang tidak beraturan, karena itu aku tidak bisa memangil Roger dan Bravo.
Kalau begitu, kalau ada situasi yang dapat membuat mengeluarkan sihir maka aku akan kesulitan. Ini pertama kalinya aku mengalami ini, yang jadi masalahnya aku tidak tahu penyebabnya.
Karena masalah ini akhirnya aku mencari orang yang bernama Ryuuji itu sendirian. Sebenarnya ini berbahaya tapi apa boleh buat.
Pertama aku akan pergi menuju markas di luar kota untuk mengambil beberapa peralatan, dan aku juga ingin mengetahui seberapa luas gangguan sihir ini. Meskipun akan susah menggunakan sihir tingkat atas tapi masih mudah menggunakan sihir tingkat menengah sampai ke bawah di kota ini. Lagipula hanya skillku yang bisa dipakai di kota ini, yang lainnya akan sedikit sulit.
Aku pergi keluar kota menggunakan jalur rahasia di dekat kastil yang hanya beberapa orang saja yang tahu. Rute ini dulunya digunakan untuk pelarian orang-orang penting di kekaisaran, tapi karena sudah lama pengetahuan ini tidak diturunkan, malah orang-orang kekaisaran yang sekarang tidak tahu akan hal ini.
Setelah melewati jalur itu yang seperti labirin yang merumitkan, aku akhrinya keluar beberapa ratus meter dari kota. Sekarang aku berada di hutan belantara yang jarang dilewati orang biasa pada umumnya.
Ternyata dugaanku benar, kalau pengaruh gelombang sihir yang tidak beraturan sudah menghilang ketika aku sudah keluar dari kota. Ternyata asal dari penyebabnya adalah kota itu, tapi aku tidak mengetahui tepatnya di mana.
Sekarang aku akan mencoba menghubungi Roger dulu.
"Hei Roger, apa kau mendengarku?"
"Laven, apa ini kau? Apa yang mau kau katakan, apa ada pekerjaan? Oh, ya ngomong-ngomong saat ini aku menang berturut-turut adu panco di restoran."
"Hei, apa yang kau katakan? Ini darurat, ayo cepat ke markas sekarang!"
"Laven, suaramu tidak jelas. Kau dimana?"
"Halo, Roger?"
Aku hanya bisa mendengar dia memanggil namaku saja dan yang lainnya aku tidak mengerti dengan jelas. Sepertinya dia masih di dalam kawasan kota, jadi gelombang sihirnya menjadi kacau. Berarti dia juga tidak mendengarku ngomong apa, dan juga berarti dia tidak tahu perintahku.
Lalu aku mencoba menghubungi Bravo. Sayangnya itu juga berlaku padanya, jadi sama saja, malah dia sama sekali tidak dapat dihubungi sedikitpun.
Tanpa memikirkan apapun lagi, aku langsung menuju ke markas. Ketika sekitar beberapa puluh meter aku berada di markas, aku terhenti.
Aku merasakan ada seorang yang mengikutiku dari belakang. Sial! Kenapa aku baru merasakannya.
Dengan cepat aku membuka sarung dari sniperku, lalu aku membuat persiapan untuk menembak.
Hutannya sudah sangat gelap, hanya sebuah obor yang tadi kupegang. Jadi aku hanya melihat kegelapan di sekitarku. Aku tidak bisa melihat orang itu tapi dia bisa melihatku. Dalam hal ini dia lebih menguntungkan daripada aku, sial aku terpojok. Kemungkinan besar markas kami sudah diketahui olehnya.
Aku bisa menggunakan Eagle Eyes dalam situasi ini, tapi aku takut waktunya tidak akan cukup.
"Siapa itu!"
Aku beteriak ke arah kegelapan. Aku tahu orang itu berada di kegelapan yang ada di depanku, karena aku merasakannya kalau dia persis di depanku beberapa meter.
Tidak ada pilihan lain, aku menggunakannya sekarang.
Aku mengeker sembari menggunakan Eagle Eyes. Perawakannya tidak terlalu jelas karena malam, tapi aku tahu dia seorang perempuan. Aku melihat ke sekitar dan tidak ada orang yang bersamanya. Sekarang kembali fokus padanya. Tidak ada rasa permusuhan darinya, tapi yang nekat adalah dia menantang diriku dalam satu lawan satu.
Aku memang agak lemah dalam pertempuran jarak dekat, tapi kalau tidak ada nafsu dalam membunuh dari dirinya itu tidak akan cukup untuk melawanku.
Sekarang dia berjalan kemari. Dia masih berjalan dengan perlahan. Sedikit lagi dia akan memasuki bidang penglihatanku, cahaya api akan menyinari seluruh tubuhnya.
Sedikit lagi, aku ingin tahu dia siapa. Setiap dari senti tubuhnya terlihat olehku karena cahaya dari obor. Aku tahu dia adalah wanita yang cantik dilihat dari kaki putihnya yang indah. Cahaya mulai merambat ke wajahnya, sekarang aku tahu siapa dia sebenarnya.
Dia!
Aku sangat terkejut siapa dia sebenarnya. Aku tidak menyangka kalau dia bisa sampai mengikuti sampai sejauh ini. Ternyata dia itu gadis yang kutemui tadi!
"Kau?! Kau itu gadis yang di restoran tadi....?!"
Entah kenapa seluruh tubuhku tiba-tiba menggigil.
"Astia, kamu cukup sampai situ saja."
Tubuhku berhenti bergerak, aku juga mengetahui suara ini. Tanpa aku sadari, sebilah pisau sudah berada tepat di leherku.
つづく
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments