****
"Oh kalau gitu, aku punya ide. Ayo ke tempat orang yang membuatmu seperti ini."
Tanpa kusadari tubuhku sudah menuju ke arah Sheyta, meluapkan kemarahanku lalu membunuh iblis di depan Sheyta tanpa ampun.
Tapi setelah aku melihatnya baik-baik saja, aku sedikit lega.
"Itu ide bagus, tapi biasa aja sih."
"Ayo pergi. Apa perlu kugendong?"
Kelihatannya Sheyta agak lemah karena gelang itu, jadi membantunya seharusnya tidak membuat harga dirinya jatuh. Yah dia orang yang seperti itu.
"Tidak, tidak perlu. Aku masih bisa jalan kok."
Sudah kuduga, dia adalah orang yang sok kuat di depanku.
Tapi sebelum itu.
"Tuan Yuuki!!"
Astia memanggilku sambil berlari, dia menghampiriku dengan cemas.
Aku hampir melupakannya. Oke tenang, karena kemarahan ini aku hampir melupakan segalanya.
Astia diikuti oleh Ellena dan mmm Laven...? kupikir karena kesempatan tadi dia kabur, padahal itu kesempatan yang bagus.
Untuk Ellena kenapa dia tidak bersama Gorou? Apa dia menghilang lagi?
"Tuan Yuuki apa kamu gapapa? Kenapa tiba-tiba menghilang? Aku sangat khawatir."
"Oke, tunggu Astia aku akan menjelaskannya."
Itu reaksi yang cukup wajar. Ini memang salahku.
"Tuh kan Yuuki, kau menjilat ludahmu sendiri. Tiba-tiba bersama gadis yang kau bilang tempo hari tidak perlu diselamatkan, tapi nyatanya? Itu memang kebiasaanmu ya setiap aku bertemu denganmu. Ngomong-ngomong siapa dia?"
Ellena cukup kecewa karena tindakanku, dan reaksi Ellena juga cukup wajar, tapi aku bisa jelaskan.
"Bagiku melakukan tindakan seperti itu untuk menyelamatkan gadis yang tidak kau kenal, itu tindakan yang sangat ceroboh, Ryuuji."
Oke Laven sok tau.
"Kak, mereka siapa?"
Sambil menarik lengan bajuku, Sheyta berbisik di belakangku.
Aku hanya menghela napas.
"Baiklah, aku akan perkenalkan. Ngomong-ngomong dia ini adalah adikku."
"EHHHH?!"
Ellena dan Aven berteriak. Sungguh itu adalah reaksi yang wajar. Kesalahpahaman mereka yang membuat mereka berteriak. Sekali lagi itu wajar. Alasan mereka bereaksi berelebihan seperti itu karena Ellena dan Astia sudah mengetahui kalau aku berasal dari dunia lain, lalu ketika adikku juga berada di dunia ini, itu terasa mengejutkan bagi mereka
"Ah ehhh..."
Datar sekali Astia. Dia tidak terlihat terkejut, tapi itu tidak perlu dipikirkan.
"Menggunakan kata 'ini' tidak sopan lho kak. Aku itu bukan barang."
"Maaf. Oh ya, kuperkenalkan, mereka adalah... mmm... mungkin bisa dibilang rekanku."
"Kenapa kau ragu?" Kata Ellena.
"Tidak usah dipikirkan. Sebaiknya kita ke tempat yang lebih nyaman."
"Ya kau benar. Ayo."
Kami mulai berjalan, pergi dari tempat yang menjijikan ini.
Seharusnya begitu, tapi...
"Kalian sudah cukup dengan pertemuan manisnya? Ah sepertinya Hit tidak menyelsaikan tugasnya dengan baik, tapi itu bukan masalah besar."
Sesosok hitam, ah dia iblis, turun dari atas langit, melayang di udara, menghalangi kami semua.
Ah kenapa di saat seperti ini ada iblis yang datang.
"Mau apa kau?"
"Ah, tidak, tidak, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya akan mengambil barang kecilku. Kau pasti tahu maksudku."
Aku tidak mengerti siapa dan maksudnya. Sepertinya dia bukan tipe iblis yang harus diremehkan. Perasaanku iblis itu jauh lebih kuat daripada iblis yang kubunuh tadi.
Sheyta mundur berlindung di punggungku. Aku tahu dia ketakutan.
Termasuk aku, seharusnya lima orang sudah cukup untuk mengalahkan satu iblis ini, tapi sepertinya Sheyta tidak bisa.
Meskipun tadi hanya keberuntungan saat aku membunuh iblis yang terlihat mendominasi tadi, tapi sekarang aku tidak yakin.
"Siapa yang kau maksud?"
"Ah bodohnya manusia ini. Tentu saja orang yang dibalik punggungmu itu."
Apa...?!
Itu sebabnya Sheyta ketakutan? Itu berarti dari awal para iblis hanya ingin mengejar Sheyta... mereka tidak peduli dengan yang lain, mereka hanya ingin adikku.
Kemarahanku mulai kembali, tapi aku harus mengendalikannya.
"Apa yang harus kita lakukan Tuan Yuuki?" Kata Astia berbisik di sampingku.
"Sepertinya ini buruk Ryuuji, aku rasa kita sedang berhadapan dengan monster." Laven menunjukkan kecemasannya yang tidak pernah dialami olehnya
"Aku juga memiliki perasaan yang sama ketika aku di markas musuh tadi."
Laven dan Ellena mencoba mengungkapkan perasaannya, mereka tidak salah.
Ini awal yang buruk.
"Oh wanita itu, kau itu orang yang sama saat di kastil tadi kan? Dimana rekanmu, aku harap serangan kecil Hit tidak membunuhnya begitu saja."
Ellena melebarkan matanya tanpa ia sadari. Dia sudah terlanjur ketakutan, ini buruk. Berarti Ellena dan Gorou tidak sanggup melawannya.
Aku memegang tindik, bersiap untuk berbicara ke Ellena dan Astia
Satu-satunya cara yang terbaik yang kupikirkan adalah...
"Ellena, Astia, dengarkan dan ikuti aku..."
"Ya!"
Oke mereka sudah siap.
"Kita kabur."
Aku langsung mengangkat tubuh Sheyta, mengendongnya lalu berlari ke arah yang berlawanan.
Mereka bertiga tetap mengikutiku sesuai rencana, meskipun Laven tidak terlalu mengerti.
Kalau mau dibilang, ini adalah lantai tiga. Tingkat tertinggi di arena, yah meskipun ini terlalu tinggi, sekitar 30 meter tapi tidak ada pilihan lain.
Aku berlari sambil menggendong Sheyta, meskipun dia terkejut tiba-tiba aku mengendongnya.
Aku terus berlari ke tempat yang tidak seharusnya ada orang ke sana.
"Ryuuji, kau yakin? Ini lantai tiga loh! Oh hey!"
Aku melompat dari ketinggian. Mareka bertiga juga melompat, tidak peduli konsekuensinya. Ini kedua kalinya aku nekat lompat dari ketinggian di dunia ini.
"Astia, sekarang!"
"Baik!"
Gumpalan air yang cukup besar terbentuk dengan cepat.
Kami jatuh kedalamnya, mengambang, lalu gumpalan airnya pecah.
Semua pakaian kami basah, tapi tidak masalah. Itu pendaratan yang sempurna.
Kakiku menginjak tanah, ada sebuah pintu keluar di sana.
"Aku tidak menyangka..."
Kaki kami semua langsung terhenti.
"Aku tidak menyangka manusia seperti kalian membuat rencana seperti itu. Tapi inilah akhir dari kejar-kejarannya."
Tepat di depan kami, iblis itu menghalangi kami semua, dia menghalangi jalan satu-satunya untuk keluar.
Apa yang harus kulakukan?
Aku tidak yakin serangan biasa dapat membuatnya tergores. Iblis sepertinya hanyalah monster yang tidak masuk akal yang bisa-bisanya hidup di dunia seperti ini.
"Jadi... apa kau ingin menyerahkan barangku itu?"
Keterlaluan sekali dia menyebut adikku sebagai barang.
Aku bisa menggunakan kecepatan instanku untuk membawa kabur Sheyta dari tempat ini. Tapi bagaimana Astia? Ellena dan yang lain?
Keselamatan Sheyta yang terpenting, tapi bagaimana dengan yang lain? Apa aku harus lari begitu saja?
Beberapa detik memikirkannya, aku mendapatkan sebuah kesimpulan yang jelas
Tidak. Aku tidak ingin kepercayaan Astia kepadaku sia-sia, aku juga bertanggung jawab pada keselamatan Ellena.
Aku tidak ingin mereka mati sia-sia karena keegoisanku.
"Yuuki, sebenarnya aku punya rencana untuk meninggalkan kekaisaran ini nanti, tapi apa boleh buat." Bisik Ellena.
"Gunakan saja rencanamu, yang terpenting kita bisa kabur dari tempat ini!"
"Hoo apa yang kalian rencanakan, apa kalian ingin menggunakan rencana aneh lagi?"
Iblis itu terus menerus mengeluarkan aura yang bertekanan kuat miliknya.
"Huh semoga ini mengalihkan perhatiannya..."
Setelah itu Ellena mengangkat tangannya, lalu menjentikkan jarinya...
Beberapa detik kemudian...
BOOMMM!!!
Suara ledakan memekakkan telingaku.
Suaranya berasal dari luar arena ini, tapi aku tidak tahu detailnya. Tapi iblis itu terkejut.
"Sekarang!"
"APA YANG KALIAN LAKUKAN DENGAN KASTILKU?!!"
Oke, dia sangat marah. Ternyata Ellena diam-diam meledakkan kastil kekaisaran sebesar itu.
Kami semua berusaha lari memutarinya, pergi menuju ke pintu keluar.
"Astia, tahan dia."
"Baik!"
Gelembung-gelembung berkumpul dengan sangat cepat, membentuk gumpalan air yang sangat besar, menutupi seluruh tubuh iblis itu.
"Semoga iblis itu punya paru-paru." Gumamku.
Atau tidak.
"Tuan Yuuki sepertinya itu tidak berhasil!"
"Serangan fisik tidak akan pernah berhasil untukku." Iblis itu mengatakan itu dengan bangga.
Kenapa begitu, curang sekali dia!!
Kami semua terus berlari setelah serangan Astia tidak berhasil.
"Hey Laven! apa kau tidak bisa melakukan sesuatu?"
"Kau sudah dengar kan kalau serangan fisik tidak akan membantu?!"
"Cih! tidak berguna"
"Maaf saja ya!"
Meskipun iblis itu terlihat marah, tapi dia hanya bermain-main dengan kami. Sudah diperjelas kalau kekuatan kami semua berada di level yang berbeda.
Aku belum terlalu paham dengan konsep kekuatan di dunia ini, makanya aku tidak mengerti kenapa serangan fisik tidak dapat tembus. Apa-apaan itu ngecheat sekali!!
"Ellena! kau tidak punya sesuatu?"
"Kau bodoh yak! Serangan langsung bukanlah keahlianku!"
Musuh terlalu imba dan kami semua terlalu lemah.
Kenapa kami semua tidak berguna....?!!
つづく
Jangan lupa klik like dan favortinya ya... Dan Komennya juga, ane butuh masukkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments