Chapter 4.2

*****

"Tuan Yuuki, mohon tenanglah! Ini pasti ada alasannya."

Inilah yang Astia katakan, dia juga berpikir ketika melihat gadis itu.

kenapa dia ada di sana?

Gadis yang berasal dari mimpi Astia keluar dan muncul di bidang penglihatan Astia. Itulah yang membuat tuannya, Yuuki, hanya menatap kosong gadis itu.

Astia berusaha mencoba menenangkan tuannya, tapi itu sudah terlambat ketika cahaya jatuh dari langit, kemudian meluluhlantahkan garis depan penonton.

Ledakan besar dan cahaya menguasai arena tersebut.

Karena serangan tersebut membuat Astia berlindung dengan kemampuan sihirnya.

Astia membuat tembok air yang cukup besar untuk meminimalisir serangan.

Setelah mampu menahan serangan itu, Astia menghadap ke Yuuki untuk memastikan keadaannya.

"Tuan Yuuki, apa kamu tidak..."

Dia tidak ada di sana.

Keberadaan Yuuki menghilang. Padahal saat membuat tembok air tadi, tuannya berada di sana. Tapi sekarang dia menghilang.

Apa yang terjadi?

Setelah mengetahui Yuuki tidak berada di sampingnya, Astia mulai panik.

"Laven, dimana Tuan Yuuki? Dimana dia?!"

"A-aku, tidak tahu. Aku juga ingin menanyakan hal yang sama denganmu."

Laven juga tidak mengetahui hal ini. Di saat dia mengetahui kemarahan yang menyelimuti tubuh Yuuki, Laven mencoba menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi serangan misterius ini langsung memisahkan di antara mereka.

Para penonton yang tidak terkena serangan itu, segera panik. Mereka berteriak dan mulai melarikan diri dengan arah yang tidak beraturan, membuat orang-orang lemah terinjak dan mati.

Di sisi lain, sesosok hitam yang keluar dari bayangan berdiri di atas tempat yang tadinya tempat berdirinya pembawa acara.

Pembawa acara itu sudah mati karena terkena efek ledakan itu.

"Dia... Tuan Hit?"

"Hit, siapa dia?"

Astia bertanya kepada Laven dengan nada yang cemas. Satu-satunya yang Aven ketahui tentang Hit itu adalah dia adalah iblis tingkat tinggi.

Laven pernah melihat iblis itu, tapi itu bukanlah seseorang yang harus dia lawan. Ini buruk.

"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, maaf mengganggu kalian saat ini, tapi kalian semua harus mati karena perbuatan cacing-cacing bodoh."

Iblis yang bernama Hit itu dengan sengaja mengeluarkan auranya yang membuat dada sesak. Tidak ada yang peduli tentang perkataan iblis itu. Mereka semua berhamburan lari ketakutan.

Sosok-sosok berjubah hitam muncul entah dari mana. Mereka mulai membunuh para pengunjung dengan mudahnya.

Mereka adalah para iblis.

Mereka para petualang yang mencoba mempertahankan diri mereka sendiri tidak cukup mengatasi para iblis itu.

"Astia, kita harus lari dari tempat ini, sebelum semuanya terlambat."

"Bagaimana dengan Tuan Yuuki? Aku tidak bisa meninggalkannya!"

"Hey tenanglah! Apa kau tahu dia dimana saat ini?"

Hanya pertengkaran mulut saat ini, tidak ada jalan keluar yang berarti kalau mereka tetap seperti itu.

"Tidak! Yang kutahu dia masih di sekitar arena ini."

"Apa alasanmu ngomong begitu? Yang harus kau lakukan saat ini adalah melarikan diri!"

"Tidak!!" Bentak Astia

"Kenapa kau begitu keras kepala? Mungkin Ryuuji sudah meninggalkan tempat ini sebelum kita menyadarinya."

"Itu tidak mungkin."

"Apa... apa yang membuatmu berkata seperti itu? Apa kau punya bukti kalau dia masih di sini?"

"Ya, aku tahu persis!"

"Apa alasanmu?"

Sejak awal Astia sudah tahu apa yang dirasakan Yuuki saat ini, tapi karena hal itu sulit dijelaskan makanya Astia memutuskan untuk diam.

"Aku tidak akan memberitahumu... kalau kau ingin pergi, pergi saja! Aku tidak peduli denganmu. Aku bisa mencari Tuan Yuuki sendiri."

Apa yang dia katakan?

Laven terkejut dengan yang dikatakan Astia, dia tidak mengerti apa yang dikatakan Astia. Seharusnya yang dilakukan Astia adalah keselamatan dirinya saja, tapientah kenapa dia bersikeras untuk melakukan hal lain.

Tanpa berkata apa-apa Laven meninggalkan Astia sendiri.

Yang harus Laven lakukan saat ini adalah keluar dari tempat ini, yang dia pikirkan hanyalah keselamatan dirinya.

Tapi kenapa dia berhenti? Apa karena gadis yang bernama Astia ini?

"Boss, kau sedang di tempat itu? Keluarlah, tempat itu akan menjadi pembantaian massal."

Dengan telekomunikasi pikiran, Roger memberitahu ini kepada Aven.

"Y-ya, aku tahu."

Laven mencoba melangkah demi langkah. Lalu dia berhenti lalu melihat kebelakang. Dia sedang melihat Astia, sedang mencoba menghubungi seseorang, sepertinya tuannya, dengan wajah cemas. Dia terlihat hampir menangis.

"Huh~ ternyata ini yang membuatku kalah..."

Laven ternyata salah menduganya. Sejak dia kalah dengan orang yang bernama Ryuuji dan Astia itu, Laven selalu memikirkan kenapa dia yang berpengalaman bisa kalah dengan pasangan itu. Ternyata itu sebabnya...

Mereka tidak pernah berpikir dua kali untuk saling menyelamatkan satu sama lain.

Yang ada di depan mata Laven saat ini juga. Laven berpikir bahwa Astia tidak peduli tentang keselamatannya, dia lebih memikirkan Yuuki daripada apapun termasuk dirinya sendiri.

Sekarang Laven ingin lebih belajar banyak dari Astia, dia sudah membulatkan tekadnya.

Laven kembali, mendatangi Astia yang sedang cemas.

"Aku akan membantumu."

"Eh?Bukannya kau ingin pergi dari tempat ini?"

"Emm tidak, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan."

"O-oh oke, baguslah kalau begitu."

Dengan ini kecemasan Astia berkurang.

"Siapa yang kau coba hubungi?"

"Aku dari tadi mencoba menghubungi Tuan Yuuki tapi dia tidak menjawabku..." Kata Astia dengan cemas

Yang Laven rasa selama ini benar, dia tersenyum karenanya.

"Sekarang lagi kucoba menghubungi Ellena."

"Ellena? Siapa dia?"

"Dia orang yang menyembuhkanmu."

"Oh dia, sepertinya aku harus berterima kasih nanti."

Lalu Astia mencoba menghubungi Ellena.

"Ellena kau mendengarku?"

"Y-ya! Aku mendengarmu. Astia, kau dimana? Aku sudah sampai."

"Oke. Aku berada di barisan tengah penonton. Hati-hati banyak sekali iblis yang berkeliaran."

"Aku tahu. Sebentar lagi aku akan segera ke sana. Aku harus menghabisi kroco-kroco ini dulu."

Terdengar dari suaranya, sepertinya Ellena sedang bertarung dengan iblis, tapi baginya itu bukan masalah besar. Sebentar lagi dia akan ke tempat Astia.

"Nah Astia, saat kau menghubungi temanmu tadi, kita sudah terkepung lho, apa kau tidak masalah?"

"Akusudah mengantisipasi hal ini."

"Oh~ sepertinya kau juga hebat ya meskipun tanpa tuanmu."

Karena hanya mereka yang tersisa di barisan tengah penonton, Astia dan Aven dikelilingi oleh mahluk berjubah.

Lalu Astia menghunuskan pedangnya, Aven mengeluarkan kedua belatinya secara bersamaan.

"Ah, sepertinya kita harus saling melindungi punggung kita bukan?"

"Ya kau benar. Hari ini adalah pengecualian. Kita tidak ada pilihan lain untuk bekerja sama."

Karena momen ini, mereka berdua yang awalnya saling membunuh, tapi sekarang mereka saling menjaga satu sama lain.

Astia dengan cepat melapisi pedangnya dengan air. Air itu mengelilingi pedang Astia dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata. Karena itu, pedangnya bisa dibilang menjadi sangat kuat dan tajam, batu besar pun bisa terbelah dengan mudahnya seperti memotong selembar kertas.

Astia sudah tidak ragu untuk membunuh saat ini, karena lawannya adalah iblis jahat. Baginya mereka adalah mahluk yang pantas dibunuh.

Astia melesat kencang lalu menyerang iblis-iblis itu dengan teknik tercepatnya.

Dia memadukannya dengan teknik bela diri yang dikuasainya, sehingga gerakannya seperti tarian yang sangat indah.

Dengan tarian seperti itu, membuat lawan-lawannya tidak bisa membaca gerakan Astia. Sudah beberapa tubuh yang terbelah oleh Astia? Dia bahkan tidak menghitung hal itu. Karena bagi Astia, ini adalah kesalahan mereka yang membuat Yuuki seperti itu.

Dia menyalurkan kemarahannya ke dalam tarian pedang dan bela dirinya. Itu yang membuatnya sangat kuat saat ini.

Laven yang melihat hal itu tidak mau mengalah.

Dia tidak bisa membiarkan harga dirinya jatuh begitu saja, karena Laven telah menyaksikan keindahan yang dibuat oleh Astia saat ini.

Sebagai pembunuh bayaran, kecepatan dan keakuratan adalah kuncinya.

Baginya, untuk melawan bawahan Tuan Hit dibutuhkan kemampuan khusus. Mereka bergerak dan menyerang dari balik bayangan, jadi dibutuhkan insting yang kuat untuk merasakan pergerakan orang-orang berjubah itu.

Yang harus dia lakukan pertama kali adalah membuat ruang untuk dia melakukan serangan jarak jauh.

Dia melancarkan sayatan yang brutal kepada orang-orang berjubah itu.

Setelah mendapatkan ruang yang cukup, dia mundur beberapa langkah, lalu mengeluarkan snipernya.

DAAARR!

Lima orang kena sekaligus.

Dia melakukan berulang kali sehingga kondisi sekitarnya membaik.

"Astia, aku datang!"

Itu suara Ellena.

"Aku di sini!"

Setelah mengetahui keberadaan Astia, Ellena menuju ke bagian tengah tempat duduk penonton.

Saat ini Astia cukup lelah untuk menghadapi lebih banyak iblis lagi, tapi dia tidak ingin berhenti di sini. Selama pertarungan ini belum selesai, dia belum boleh untuk kehabisan tenaga.

"Dimana Yuuki?"

"Itu yang menjadi masalah saat ini. Aku kehilangan dia."

"Bagaimana bisa?"

Ellena sejak tadi merasa kalau ada yang aneh dengan Yuuki, tapi dengan menghilangnya Yuuki, ini membuatnya harus mengatur rencana mereka selanjutnya.

"Berawal dari gadis itu muncul, dan ledakan itu... Tuan Yuuki tiba-tiba menghilang."

Itulah yang membuat Astia cemas, tidak seperti biasanya Yuuki melakukan hal yang tidak dimengerti oleh Astia.

"Oke. Kalau begitu, sementara ini kita harus keluar da-..."

"Tidak!" Astia langsung memotongnya.

"Kenapa kau?"

"Percuma saja, dia tidak akan pergi dari tempat ini sebelum dia menemui Ryuuji."

Itu Laven, dia menghampiri Astia dan Ellena setelah menghabisi puluhan musuh.

Setidaknya ada banyak ruang untuk mereka mengobrol, sebelum iblis-iblis itu datang lagi.

"Kau tidak perlu menanyai alasannya, dia sangat keras kepala."

"O-oh oke. Kalau begitu, kau yang harus mengatur strateginya Astia. Apa kau sekarang tahu dimana Yuuki?"

"Sejak awal aku punya firasat. Aku mungkin tahu kemana Tuan Yuuki pergi."

"Baiklah aku percaya padamu. Kemana kita akan pergi?"

"Ikuti aku."

Setelah itu mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke tempat Yuuki berada atas perkiraan Astia. Astia hanya merasakan hal ini, tapi dia yakin bahwa Yuuki berada di sana.

Meskipun kerja sama mereka tidak terlalu bagus, tapi mereka sudah melawan puluhan hingga ratusan iblis.

Tapi mereka harus menghadapi bahaya yang lebih berbahaya daripada musuh yang pernah dihadapi mereka.

つづく

Episodes
1 Prolog
2 Intermission
3 Intermission : Pion yang Terpanggil
4 Chapter 1 : Black Bullet
5 Chapter 2 : Perjalananku
6 Chapter 2.1
7 Chapter 2.2
8 Chapter 2.3
9 Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10 Chapter 3.1
11 Chapter 3.2
12 Chapter 3.3
13 Chapter 3.4
14 Chapter 4 : Kekacauan
15 Chapter 4.1
16 Chapter 4.2
17 Chapter 5 : Kegagalan
18 Chapter 5.1
19 Chapter 5.2
20 Chapter 5.3
21 Interlude Chapter
22 Interlude Chapter 2
23 Chapter 6 : Pendatang Baru
24 Chapter 6.1
25 Chapter 6.2
26 Chapter 6.3
27 Chapter 6.4
28 Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29 Chapter 7.1
30 Chapter 7.2
31 Chapter 7.3
32 Chapter 7.4
33 Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34 Chapter 8 : Persiapan
35 Chapter 8.1
36 Chapter 8.2
37 Chapter 8.3 : Regu Astia
38 Chapter 8.4
39 Chapter 9 : Regu Lilia
40 Chapter 9.1
41 Chapter 9.2
42 Chapter 9.3
43 Chapter 9.4
44 Chapter 10 : Persiapan 2
45 Chapter 10.1
46 Chapter 10.2
47 Chapter 10.3
48 Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49 Chapter 11.1
50 Chapter 11.2
51 Chapter 11.3
52 Chapter 12 : Malam harinya...
53 Chapter 12.1
54 Chapter : 12.2
55 Chapter 12.3
56 Chapter 12.4
57 Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58 Chapter 13.1
59 Chapter 13.2
60 Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61 Chapter 14.1
62 Chapter 14.2
63 Chapter 14.3
64 Chapter 14.4
65 Chapter 15 : Di Titik Timur
66 Chapter 15.1
67 Chapter 15.2
68 Chapter 15.3
69 Chapter 15.4
70 Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71 Chapter 16.1
72 Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73 Chapter 16.3
74 Chapter 16.4
75 Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76 Chapter 17 : Perlawanan Kami
77 Chapter 17.1
78 Chapter 17.2
79 Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80 Chapter 18.1
81 Chapter 18.2
82 Chapter 18.3
83 Chapter 18.4
84 Chapter 19 : Kegilaan
85 Chapter 19.1
86 Chapter 19.2
87 Chapter 19.3
88 Chapter 19.4
89 Chapter 20 : Tomoe Garden
90 Chapter 20.1
91 Chapter 20.2
92 Chapter 20.3
93 Chapter 21 : Sayonara
94 Chapter 21.1
95 Chapter 21.2
96 Chapter 22 : Awal yang Baru
97 Chapter 22.1
98 Chapter 22.2
99 Chapter 22.3
100 Chapter 22.4
101 Interlude : Mimpi Buruk
102 Interlude 2 : Mimpi Buruk
103 Chapter 23 : Pencarian
104 Chapter 23.1
105 Chapter 23.2
106 Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107 Chapter 24.1
108 Chapter 24.2
109 Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110 Chapter 25.1
111 Chapter 25.2
112 Chapter 25.3
113 Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114 Chapter 26.1
115 Chapter 26.2
116 Chapter 26.3
117 Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118 Chapter 27.1
119 Chapter 27.2
120 Chapter 27.3
121 Chapter 28 : Penyusupan
122 Chapter 28.1
123 Chapter 28.2
124 Chapter 28.3
125 Intermission Chapter 28.4
126 Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127 Chapter 29.1
128 Chapter 29.2
129 Chapter 29.3
130 Chapter 30 : Faker
131 Chapter 30.1
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Prolog
2
Intermission
3
Intermission : Pion yang Terpanggil
4
Chapter 1 : Black Bullet
5
Chapter 2 : Perjalananku
6
Chapter 2.1
7
Chapter 2.2
8
Chapter 2.3
9
Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10
Chapter 3.1
11
Chapter 3.2
12
Chapter 3.3
13
Chapter 3.4
14
Chapter 4 : Kekacauan
15
Chapter 4.1
16
Chapter 4.2
17
Chapter 5 : Kegagalan
18
Chapter 5.1
19
Chapter 5.2
20
Chapter 5.3
21
Interlude Chapter
22
Interlude Chapter 2
23
Chapter 6 : Pendatang Baru
24
Chapter 6.1
25
Chapter 6.2
26
Chapter 6.3
27
Chapter 6.4
28
Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29
Chapter 7.1
30
Chapter 7.2
31
Chapter 7.3
32
Chapter 7.4
33
Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34
Chapter 8 : Persiapan
35
Chapter 8.1
36
Chapter 8.2
37
Chapter 8.3 : Regu Astia
38
Chapter 8.4
39
Chapter 9 : Regu Lilia
40
Chapter 9.1
41
Chapter 9.2
42
Chapter 9.3
43
Chapter 9.4
44
Chapter 10 : Persiapan 2
45
Chapter 10.1
46
Chapter 10.2
47
Chapter 10.3
48
Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49
Chapter 11.1
50
Chapter 11.2
51
Chapter 11.3
52
Chapter 12 : Malam harinya...
53
Chapter 12.1
54
Chapter : 12.2
55
Chapter 12.3
56
Chapter 12.4
57
Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58
Chapter 13.1
59
Chapter 13.2
60
Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61
Chapter 14.1
62
Chapter 14.2
63
Chapter 14.3
64
Chapter 14.4
65
Chapter 15 : Di Titik Timur
66
Chapter 15.1
67
Chapter 15.2
68
Chapter 15.3
69
Chapter 15.4
70
Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71
Chapter 16.1
72
Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73
Chapter 16.3
74
Chapter 16.4
75
Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76
Chapter 17 : Perlawanan Kami
77
Chapter 17.1
78
Chapter 17.2
79
Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80
Chapter 18.1
81
Chapter 18.2
82
Chapter 18.3
83
Chapter 18.4
84
Chapter 19 : Kegilaan
85
Chapter 19.1
86
Chapter 19.2
87
Chapter 19.3
88
Chapter 19.4
89
Chapter 20 : Tomoe Garden
90
Chapter 20.1
91
Chapter 20.2
92
Chapter 20.3
93
Chapter 21 : Sayonara
94
Chapter 21.1
95
Chapter 21.2
96
Chapter 22 : Awal yang Baru
97
Chapter 22.1
98
Chapter 22.2
99
Chapter 22.3
100
Chapter 22.4
101
Interlude : Mimpi Buruk
102
Interlude 2 : Mimpi Buruk
103
Chapter 23 : Pencarian
104
Chapter 23.1
105
Chapter 23.2
106
Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107
Chapter 24.1
108
Chapter 24.2
109
Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110
Chapter 25.1
111
Chapter 25.2
112
Chapter 25.3
113
Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114
Chapter 26.1
115
Chapter 26.2
116
Chapter 26.3
117
Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118
Chapter 27.1
119
Chapter 27.2
120
Chapter 27.3
121
Chapter 28 : Penyusupan
122
Chapter 28.1
123
Chapter 28.2
124
Chapter 28.3
125
Intermission Chapter 28.4
126
Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127
Chapter 29.1
128
Chapter 29.2
129
Chapter 29.3
130
Chapter 30 : Faker
131
Chapter 30.1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!