*Pov Astia
Uhh~ Aku terlalu terburu-buru mengambil keputusan tadi. Mmm... apa yang harus kuminta dari Tuan Yuuki ya...? Yang penting sebelum makan malam aku sudah harus memutuskannya, tapi beberapa pilihan yang ada di kepalaku terlalu sulit untuk dipilih. Jadi aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini!
"Nah sekarang kita sudah di luar, lalu kita akan mulai dari mana?"
Ellena bertanya kepadaku tentang misinya, tapi aku juga belum menyiapkan rencana apapun, bahkan itu tidak terlintas di kepalaku. Yang di kepalaku hanya terus memikirkan permintaan 'apapun' kepada Tuan Yuuki. Sial!
"Kupikir kau sudah menyiapkan beberapa rencana, Ellena."
"Mmnn... jadi kita tidak tahu akan kemana saat ini?"
"Kalau begitu mari kita pikirkan apa yang diminta Tuan Yuuki untuk kita."
Aku dan Ellena mencoba berpikir perkataan Tuan Yuuki tadi.
Pertama, Tuan Yuuki bilang kalau kita harus mencari tentang keberadaan perempuan yang dijadikan hadiah oleh turnamen itu, berarti apa kita harus mencari itu dekat arena turnamen?
Aku tidak tahu bagaimana jika Tuan Yuuki berada dalam posisi ini, bagaimana cara dia memikirkannya, rencananya dan sebagainya. Aku tidak bisa seperti Tuan Yuuki, tapi aku sudah mengalami pengalaman pahit seperti ini.
"Bagaimana denganmu, Ellena? Apa kau sudah menemukan ide? Aku pikir, kita harus memulainya dengan memeriksa daerah sekitar arena turnamen itu."
"Begitu ya... Aku pikir kalau kita juga harus memeriksa lembaga yang mengadakan turnamen itu sendiri."
Wah... aku terkejut dengan pemikirannya, dia bahkan sudah melampauiku. Hanya saja, anehnya di dalam situasi yang normal kenapa dia tidak berpikiran secerdas itu. Dia biasa cenderung berpikiran egois, tapi dalam hal ini, dia hebat.
"Tidak kusangka kau sampai sejauh itu."
"Kenapa? Aku salah?"
"Tidak, bukan itu maksudku... Kalau begitu kita gabungkan rencana kita, bagaimana?"
"Baiklah, tapi dimulai dari rencana siapa dulu? Apa kita akan memeriksa arena itu terlebih dulu atau kita akan memeriksa lembaganya dulu?"
Dalam hal ini aku menjadi bingung, soalnya keduanya dilakukan juga tidak masalah, tidak peduli rencana siapa yang dijalankan duluan.
"Bagaimana dengan rencanaku dulu? Kita bisa melihat situasinya dulu sebelum kita melihat lembaganya seperti apa." Kataku.
"Begitu ya? Aku tidak masalah, tapi apa sebaiknya kita berpencar agar lebih fleksibel?"
"Tidak, aku akan melarang itu."
"Kenapa? Bukannya informasi yang akan kita dapat akan menjadi lebih luas?"
Ellena bertanya kepadaku dengan meninggikan suaranya. Tapi, itu akan sangat ceroboh kalau kita berpencar di negara yang berbahaya ini.
"Ada beberapa alasanku. Pertama, kalau kita berpencar dan salah satu dari kita diculik itu akan menjadi kegagalan misi yang sempurna. Kedua, kita tidak perlu mencari informasi terlalu berlebihan yang akan membuat kita terjerumus ke dalam sesuatu yang berbahaya, karena kita tidak mengetahui tentang kekaisaran ini. Lalu yang terakhir, kita harus mempererat kerja sama tim, seperti apa yang diinginkan Tuan Yuuki, meskipun dia tidak mengatakannya secara langsung."
"Weh! Hebat juga kau Astia. Apa kau ini Yuuki versi gadis?"
"Kau ini meremehkanku ya?"
"Tidak, itu tidak benar. Kalau begitu ayo."
Ellena sepertinya sudah siap, tapi sebelum itu aku ingin merayu Ellena untuk membuatnya semangat, seperti Yuuki merayuku. Itu akan cukup ampuh.
"Oke... Sebelum itu aku ingin ngomong satu hal."
"Hmm? Apa itu?"
"Kalau kau menjalankan tugas ini dengan baik, kemungkinan Tuan Yuuki akan memberikan satu permintaan padamu juga."
"Benarkah?!"
"I-iya. Biasanya kalau seseorang mengerjakan tugasnya dengan baik, maka orang itu akan diberikan bonus tambahan. Itu perkataan Tuan Yuuki."
"Wah! Oke kalau begitu. Aku tidak sabar membawa informasi sebanyak mungkin!"
Fufufu~ Ekspresinya cukup lucu, dan itu hampir membuatku tertawa. Tapi aku lupa apakah Tuan Yuuki pernah ngomong gitu ya?
Kami berdua mulai menjalankan misi yang telah kami sepakati. Ini adalah pertama kalinya aku menjalankan misi yang tidak berdampingan oleh Tuan Yuuki, dan ini pertama kalinya aku bekerja sama dengan orang selain Tuan Yuuki. Aku cukup gugup dan tidak percaya diri, tapi aku akan lebih berusaha tanpa selalu bergantung pada Tuan Yuuki.
Kekurangan kami saat ini adalah informasi. Yaitu tentang tempat arena turnamen itu, dan wilayah tempat ini, jadi yang harus kami lakukan saat ini adalah mencari peta.
"Astia, dimana kita akan mendapatkan peta itu? Apa kita harus ke toko senjata dekat sini dulu?"
"Aku tidak yakin mereka akan menjualnya dengan semudah itu."
"Jadi, bagaimana kita akan menemukan arena itu dan lembaga di tempat yang seluas ini?"
"Aku tidak tahu, tapi aku lapar."
Sebenarnya dari tadi aku sudah merasakan perutku terus berbunyi, tapi sekarang perutku sudah kosong.
"Kau rakus juga ya. Kalau begitu kita mampir ke restoran dulu."
"Oke."
Setelah jalan beberapa saat, kami memasuki sebuah restoran.
Sepertinya tempat ini sering dikunjungi oleh petualang dari negara ini. Mayoritas petualang yang ada di restoran ini adalah laki-laki, tapi yang membentuk kelompok dengan perempuan juga tidak sedikit.
Ketika kami masuk, mereka seperti sedang bersenang-senang, tapi ada juga yang menatap kami dengan tajam. Kupikir itu karena wajah kami terlihat asing di mata mereka.
Kami duduk di salah satu tempat yang kosong, lalu pelayan menghampiri kami.
"Permisi, sudah memutuskan pesanannya?" Kata si pelayan.
"Ya, aku pesan makanan yang paling murah."
Sepertinya aku sudah terlalu sering mengucapkan kata-kata seperti itu ketika aku berada di restoran, jadi aku tidak sengaja mengatakan itu.
"Aku pesan makanan yang paling terkenal di sini."
Hmm, aku tidak percaya Ellena mengatakan hal itu.
Lalu si pelayan pergi mengantarkan pesanan kami.
"Oh? Kupikir kau yang paling rakus."
"Itu tidak masalah bukan?"
"Aku tidak peduli, tapi kalau kau terlalu egois dalam menggunakan uang dari Raja, aku akan bilangin ke Tuan Yuuki."
"Ampun nona, aku tidak akan melakukan itu."
Ellena meledekku dengan perkataan yang membuatku risih. Tapi, tatapan Ellena menjadi serius, dia melirik ke arah lain.
"Daripada itu, aku merasa jijik dengan orang-orang yang ada di sini."
Aku juga merasa begitu, sebenarnya ini adalah hal yang biasa jika orang asing yang baru datang ke kota ini.
Tatapan mereka seperti orang bejat yang sering aku lihat saat aku belum bertemu Tuan Yuuki. Lalu, para wanita yang menatap kami seolah-olah mereka ingin kami pergi menjauh dari tempat ini. Tatapan mereka semua sangat menakutkan.
"Oh? Kau baru menyadari itu Ellena? Kita baru memasuki kota ini beberapa saat yang lalu, kupikir tempat ini populer untuk orang-orang seperti mereka. Jadi, kalau mereka menatap kita seperti itu, mereka punya alasan mentap kita seperti itu."
Setelah beberapa saat, beberapa orang menghampiri kami. Sebelumnya hampir semua dari mereka menatap kami, dan akhirnya dua orang laki-laki dan seorang perempuan datang ke tempat kami duduk.
"Nona-nona sekalian apa kami boleh bergabung?" Kata salah satu laki-laki.
"Mereka mulai lagi."
Aku mendengar bisikan orang yang jauh dari kami, tapi aku bisa mendengarnya. Aku yakin Ellena juga bisa mendengarnya.
Sebelum aku menjawabnya, seorang pelayan membawa pesanan kami dengan profesional lalu menghidangkannya di atas meja kami. Tapi Ellena sudah menggertakan giginya, aku tahu kalau dia tidak tahan dengan situasi yang seperti ini.
"Apa aku bisa memulainya lagi? Kami bergabung ya..."
Mari kita panggil orang-orang ini sebagai parasit mulai sekarang...
Trio petualang parasit ini duduk tanpa persetujuan kami, dan itu membuat Ellena marah.
"Oh nona, kau merusak garpunya!"
Seperti apa yang dikatakan olehnya, Ellena membengkokkan garpunya dengan tangannya, tapi aku membuat isyarat agar Ellena untuk tetap tenang.
"Ahh...Sepertinya aku kepeleset."
Kebohongan yang sangat jelek yang dibuat Ellena, ekspresi marahnya sangat ditahan olehnya sampai di titik di mana urat terlihat di kepalanya.
"Oh baiklah... ngomong-ngomong kalian ini dari kota mana? Aku tidak pernah melihat wajah kalian di kota ini. Apa kalian pendatang baru?"
"Ah!Ya Benar. Kami dari kota Flore."
Aku menjawab apa yang kutahu tentang negara ini. Untungnnya aku pernah tinggal di kota ini lalu aku juga mengetahui tentang keadaang kota sekitar di negara ini.
"Lalu apa yang kalian lakukan dikota ini?"
"Kami hanya berdagang."
Aku juga menjawab apa yang telah kami rencanakan dari awal.
"Ohh berdagang ya? ... Lalu kalau kalian berdagang kenapa kau membawa senjata di pinggangmu? Lalu aku tidak melihat penampilanmu seperti seorang pedangang."
Masalah pertama dimulai, ada dua buah kontradiksi tentang aku yang menyebut diriku pedagang tapi membawa sebuah pedang, dan pakaianku seperti seorang petualang.
"Oh ini ya... Mmm sebenarnya aku adalah pedagang yang hanya punya hobi menggunakan peralatan dan pakaian seperti ini, dengan cara itu aku tidak gampang stres dalam menghadapi pelanggan."
Sepertinya pria yang selalu menanyaiku ini adalah pimpinan dari kelompok mereka, lalu pria yang lain hanya menggoda Ellena saat Ellena menyeruput minuman hangatnya. Wanita yang di samping orang ini terus menerus menatapku dengan tajam, tanpa menoleh sedikitpun, dan itu membuatku risih.
"Lalu siapa wanita ini?"
Pria itu menunjuk ke arah Ellena dengan telunjuknya. Mungkin kalau Ellena tidak sedang meminum minumannya dengan santai aku pikir jari itu akan terpotong tanpa disadarinya.
"Oh dia pengawalku."
Saat aku berkata seperti itu, Ellena menatapku tidak puas tapi dia masih menahannya, dia juga tidak membiarkan pria yang satunya menyentuh kulitnya.
"Oh jadi kau ini pedagang kaya ya..." Lalu dia menoleh ke arah Ellena "Lalu kenapa kau ini dari tadi diam saja."
Huh mumpung dia tidak menjatuhiku dengan pertanyaan, saatnya aku makan meskipun sudah agak dingin.
"Nona, apa kau menikmati hidangannya?"
"Tidak juga. Apa yang kau inginkan?"
"Oww tenang dulu nona, kita bisa bersantai dulu."
Raut wajah Ellena semakin mudah ditebak.
"Kau bilang aku harus tetap tenang?!"
Nah kan sudah kuduga kalau dia akan emosi. Tapi raut wajah pria itu tidak terganggu dengan perubahan situasinya. Apa jangan-jangan dia ini petualang kelas atas?
Setelah percakapan ini aku teringat suatu hal yang dikatakan oleh Tuan Yuuki.
****
Tuan Yuuki mengeluarkan plat logam yang ada di sakunya. Lalu beberapa saat dia menatap benda itu. Dia melihat semua sisi dari benda itu, lalu dia mengarahkannya kepadaku.
"Astia."
"Y-ya?"
Aku yang dari tadi memerhatikannya tiba-tiba dipanggil, dan itu membuatku terkejut.
"Apa kamu tahu ini?"
"Aku pernah melihatnya di tempat asalku. Mereka yang menggunakannya rata-rata adalah petualang, tapi aku tidak terlalu tahu tentang benda itu."
"Begitu ya... Aku harap kamu berhati-hati dengan benda ini."
"Kenapa memangnya?"
Mungkin aku dikhawatirkan oleh Tuan Yuuki dan aku senang karena itu, tapi wajahnya tetap dingin.
"Aku sudah berkeliling ke beberapa tempat untuk mengetahui kegunaan benda ini. Salah satunya adalah dapat mengetahui informasi tentang orang lain."
"Hah? Kenapa begitu, bukannya kekuatan dan privasi milik kita dapat diketahui orang lain?"
Kalau begitu, bukannya memakai benda itu dan melihat informasi tentang orang lain akan sangat tabu?
"Sepertinya tidak begitu. Kamu harus bertatapan satu sama lain selama 3 sampai 5 detik untuk mengetahuinya dan selama kamu berada di dekatnya, kamu akan masih bisa melihat informasinya. Jadi tidak bisa asal begitu saja melihat informasi orang lain."
"Oh begitu ya... Jadi apa yang Tuan Yuuki dapat dariku?"
Aku menunggu jawabannya, semoga tidak jelek.
"Tidak ada."
Hah
"Eh, Kenapa begitu?"
Kupikir aku akan menjadi orang yang kuat yang dapat melindungi Tuan Yuuki dari macam-macam bahaya.
"Yah, mudah saja. Karena kamu tidak pernah mendaftar sebagai petualang."
"Oh begitu artinya... Lalu kalau aku menjadi percobaan terakhir, berarti selama ini kamu menatap orang-orang selain aku selama 5 detik?"
Aku mulai kesal karena aku baru tahu Tuan Yuuki bermain dibalikku.
"Bisa dibilang begitu... Oh Hey Astia ada apa?"
"Nn-nggak ada kok. Lalu, siapa aja yang kamu coba?"
"Kebanyakan dari mereka adalah perempuan."
"Oh."
Wajahku hanya terdiam kaku mendengar jawabannya yang kupikir jawaban itu tidak pernah keluar dari mulutnya.
"Kenapa Astia, wajahmu seperti orang mati. Selain itu, aku melakukannya karena setiap pria yang aku lakukan untuk pecobaan, mereka malah ngajak gelut dan setelah beberapa saat malah minta maaf. Huh, aku tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba melakukan perubahan sifat secepat itu."
Setelah mendengar alasannya aku bernapas lega. Kukira tadi aku sudah tidak menarik lagi.
"Kamu itu menarik sekali Tuan Yuuki saat kamu tidak menyadari kepolosanmu."
"Iyakah?"
Aku sedikit tersenyum karena kepolosannya.
"Iya benar. Mereka takut padamu karena mereka tahu kalau mereka menghadapi orang yang salah."
"Hah, kenapa? Aku kan tidak pernah sekalipun menganggap mereka musuh. Bertemu saja tidak pernah."
Dia benar-benar tidak sadar kalau dia ditakuti dan dikagumi seisi kota Florend setelah melawan Giorgino. Dia lupa mungkin karena Giorgino dianggap bukan masalah besar oleh Tuan Yuuki. Hebatnya.
"Oke kembali ke topik. Astia, suatu saat nanti kalau kamu menjadi petualang sebaiknya kamu menjaga identitasmu dengan baik. Mungkin kalau semua ini sudah selesai, aku akan pergi dan melepaskanmu."
"Eh."
Aku mengiyakan dalam hati tentang sarannya, tapi saat dia mengucapkan kalimat terakhirnya.... aku tidak bisa menerimanya.
****
Saat ini Ellena hampir melewati batas kesabarannya.
"Ellena diamlah."
"Hah, diam dengan orang seperti in—"
"Oh, Ellena ya. Namamu manis juga."
Pria parasit itu memanggil namanya dengan mudah dan memegang dagu Ellena dengan tangannya.
"Kau ini tidak terlihat seperti pengawal resmi. Berapa banyak dia membayarmu?"
Hah? Apa yang dia bicarakan? Apa dia benar-benar mempercayai kebohongan kami?
Aku sebenarnya tidak tahan saat mereka menggoda Ellena, dan untuk meredakan amarah Ellena aku memanggil dengan namanya, itu kesalahan pertamaku. Tapi itu masih belum menjadi masalah besar.
"Hah? Apa yang kau bicarakan? Lepas!"
Ellena menyingkirkan tangan pria itu darinya.
"Bagaimana kalau aku membayarmu puluhan kali lipat darinya?"
Pria itu menawarkan sejumlah uang kepada Ellena untuk berpaling kepadanya. Itu adalah tawaran yang bagus menurutnya.
Seketika sudut bibir Ellena menaik. Aku ingin tahu apa yang dipikirkannya.
"Hmm. Menarik."
"Hey Ellena kau serius?"
"Apa kau tidak keberatan membayarku semudah itu?"
Ellena sudah tidak menjawab pertanyaanku. Berarti ini adalah...
"Tentu saja, aku bahkan bisa memberikan apa yang kamu mau."
Senyuman licik pria itu membuatku jijik. Makanan yang sudah kutelan serasa ingin keluar dari perutku.
"Oh, oke. Berarti kita sepakat."
Mereka bertatapan dan bersalaman untuk menunjukkan tanda kesepakatan mereka, yang berarti aku harus menghadapi semua ini.
Mereka berempat melawanku ya? Mereka menatapku dengan senyuman jahatnya.
Aku berdiri dari tempat dudukku dan perlahan mundur.
"Sudah kuduga mereka akan membuat kekacauan lagi."
Salah seorang pria mengatakan itu. Yang berarti mereka sudah sering melakukan kebodohan seperti ini.
"Hey kau yang di sana! Kerusakan yang ada di sini akan kumasukan dalam ke tagihanmu ya!"
"Tenang saja tuan."
Apa yang ada di sini sudah tidak waras ya? Bahkan si pemilik restoran pun sudah mengetahui kalau ini akan terjadi sehingga dia bisa berkata seperti itu.
"Nah, nona, kalau kau tunduk dan diam saja, kau akan bisa menikmati malam yang panjang ini."
Dih, najis najis najis najis najis banget.
"Kau sudah tahu kan kalau aku pasti akan menolak."
"Yah, kalau itu maumu berarti tidak ada pilihan lain untuk memaksamu."
Kemudian mereka bertiga mengelilingiku sehingga aku tidak ada jalan keluar yang bisa ditemukan. Pria yang menggoda Ellena disamping kiriku, wanita yang berada di kelompoknya di samping kananku, dan pria najis itu di depanku bersama Ellena.
つづく
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments