Chapter 3.3

*Pov Laven*

Apa yang sebenarnya terjadi? Aku tidak mengerti kenapa ada satu orang lagi!

Orang yang kedua ini berada di belakangku sambil memegang pisaunya yang diarahkan di leherku.

"Kenapa... Kenapa aku tidak bisa menyadarimu?" Kataku

"Hmm? Aku tidak tahu. Tapi kupikir ini adalah pertemuan kedua kita, ya Laven?"

Aku tidak bisa apa-apa karena pisau yang mengancamku, dan disaat yang sama dia masih dingin.

"Cih, tidak usah basa-basi! Katakan apa maumu?!"

"Begitu ya, berarti ini akan lebih cepat..."

Setelah beberapa detik, dia melanjutkan kata-katanya dengan dingin.

"Aku mau kau..."

Suasana hening seketika, tidak ada yang mengerti kata-katanya, atau lebih tepatnya aku terlambat memahaminya.

"Eh?! Eeehhhhh!!!"

Gadis yang bernama Astia itu berteriak, seolah dia menyadari perkataan Ryuuji barusan, atau bisa dibilang dia tidak percaya dengan perkataannya barusan.

Dan Aku.... Tentu saja aku yang paling tidak menduga hal ini! Jantungku serasa ingin keluar dari tubuhku. Apa yang dia katakan? Apa dia ingin aku...?!!

"Tuan Yuuki, apa selama ini kamu tertarik dengan gadis itu?"

Gadis bernama Astia masih panik dengan keadaannya, tapi aku yang berada sangat dekat dengan Ryuuji membuat tubuhku panas dan jantungku berdetak dengan sangat cepat.

"Hei kau. Kalau kau menyatakan perasaanmu dengan seperti ini, aku ingin sesuatu yang lebih romantis, kau tahu."

Aku tidak tahu wajah apa yang dia buat, karena aku tidak dapat melihat matanya.

"Sepertinya kau salah paham. Kamu juga Astia... Oke kalau begitu aku akan mulai dari awal."

Huh, aku lega karena aku hanya salah mengerti perkataannya. Hatiku belum siap menerima kenyataan tadi. Tapi, kalau ini salah paham berarti apa yang dia mau dariku?

"Laven, orang yang aku cari adalah dirimu, tidak, lebih tepatnya aku mencari kelompokmu. Karena aku tahu kau adalah seorang legenda pembunuh bayaran itu."

Kekosongan dan keterkejutan menyelimuti diriku. Pernyataan ini bahkan jauh lebih parah dari pernyataan cinta tadi. Tidak, yang kupikir pernyataan cinta itu salah paham malah berubah menjadi bom terhadapku.

*****

Setelah mengetahui apa yang kurasakan dan apa yang dia katakan, dan juga senjata yang dia bawa, aku yakin dia pasti orangnya. Karena itu, aku membuat pernyataan yang membuat dia diam sejenak, lalu dia menunjukkan nafsu membunuh yang kuat.

Tanpa aku sadari, tangannya melempar semacam bola yang dia lempar ke atas.

Gawat!

Aku melakukan percepatan indraku untuk mengetahui apa yang dia lempar. Jangan-jangan dia ingin...

"Astia! Tutup matamu!"

Ledakan cahaya yang hampir saja menusuk langsung mataku, tapi di saat yang sama Laven segera menendangku untuk membuatku terjatuh. Tapi dengan percepatan pemikiran aku menyadari itu, kalau tidak, mungkin aku akan tertipu dengan triknya.

Setelah serangannya tidak mengenaiku, aku langsung bergegas ke arah Astia. Laven juga menghilang dari pandanganku. Aku takut kalau dia ingin menyerang Astia atau menyanderanya.

Ternyata pemikiranku sama dengannya. Dia menyerang Astia dari arah belakang, berlawanan dengan arahku.

"Awas, Astia! Di belakangmu!"

Astia sangat terlambat menyadari itu. Aku mulai panik. Aku mengerahkan seluruh kecepatanku untuk menyelamatkan Astia. Menggunakan pasif dari Skill Thunder Execution untuk menangkap Astia, memeluknya lalu jatuh dan terseret di atas tanah karena kecepatanku tidak kukontrol.

Kalau terlambat beberapa milidetik saja aku mungkin sudah kehilangan Astia tadi, aku sangat bersyukur karena aku tidak kehilangannya karena rencanaku yang ceroboh ini.

"Maaf Astia, aku membuatmu mengikuti rencana bodohku ini. Aku belum terlalu mengerti tentang musuh tapi aku malah..."

"Tidak, itu tidak benar! Tuan Yuuki berkali-kali menyelamatkan aku. Aku juga bersalah dalam hal ini, kalau aku tidak menunjukkan kelemahanku dan kecerobohanku tadi, aku mungkin tidak akan membuatmu kerepotan."

Perkataan Astia memang ada benarnya, tapi itu bukan kesalahannya. Laven mengerti kalau hanya Astia saja yang tidak tahu keberadaannya, makanya dia mengincar Astia karena dia menganggap Astia lah yang paling lemah di sini.

"Begitu ya, apa kamu tidak apa-apa?"

"Ya! Aku masih berenergi."

Astia mengatakannya dengan semangat dan itu sedikit menghilangkan rasa bersalahku.

"Baguslah... Kalau begitu keluarlah kau Laven! Kau tidak bisa bersembunyi dariku."

Setelah beberapa saat, dia muncul dari balik kegelapan. Dia menyarungkan kembali senjatanya, tapi dia kembali menggunakan belatinya yang tadi dia gunakan untuk menyerang Astia.

Dia menyadari kalau kami akan bertarung dengan jarak dekat, karena itu dalam situasi ini dia tidak bisa menggunakan senjatanya.

"Aku benci ini, Ryuuji. Kau masih bisa menyadari pergerakanku, kau juga bisa menggagalkan seranganku. Sebenarnya... Siapa kau?"

Perkataannya berkesan marah, tapi dia bertanya dengan dingin. Aku tahu dia ingin membunuh kami berdua, karena itu dia mempunyai alasannya sekarang.

"Kau tidak perlu tahu itu. Sekarang aku yang punya urusan denganmu, kau juga punya alasan untuk membunuhku sekarang. Kita sama sekali tidak punya alasan untuk melepaskan satu sama lain. Jadi, sebelum urusanku selesai aku tidak akan melepaskanmu."

Perkataanku sedikit terbawa emosi karena dia menyerang Astia dengan serangan liciknya. Meskipun ini adalah pertarungan hidup dan mati, aku tidak ada niatan untuk membunuhnya.

"Dalam hal ini aku sepakat denganmu, Ryuuji. Kau sudah mengetahui identitasku yang sebenarnya, aku tidak tahu alasan kalian kenapa berurusan denganku. Tapi, kalian tidak akan keluar dari sini hidup-hidup.

"Ya, aku tahu itu."

"Kau yang sekarang tidak akan mengalahkanku, Ryuuji."

"Ya, aku juga tahu itu."

Perkataan Laven terkesan meremehkan, tapi sebenarnya dia tidak melakukannya. Perkataannya yang serius itu, benar-benar ingin membunuh kami berdua.

Sekarang adalah saatnya untuk kami saling membunuh, kepercayaanku terhadap Astia dalam bertarung juga tidak memudar. Ini adalah pertama kalinya aku bertarung bersama Astia dengan mengalahkan seorang manusia, Astia mungkin tidak percaya diri, tapi dia terlihat berusaha melakukannya.

"Astia, kita pertama kalinya akan berhadapan dengan seorang manusia, biasanya kita bekerja sama bertarung untuk mengalahkan monster, tapi tidak usah takut, aku akan selalu memback-up dirimu"

"Kamu benar, Tuan Yuuki. Kita pasti akan mengalahkannya. Aku juga percaya padamu, Tuan Yuuki."

Aku tersenyum tipis karena perkataannya.

"Oke, Astia. Aku akan menjelaskan strategi awalnya..." Aku berbicara dengan pelan. "Kita masih ada kesempatan untuk menang dalam pertarungan jarak dekat jadi kita bisa berpencar dan menyerangnya dari segala arah. Tapi, ketika kamu sudah tidak bisa menyadari keberadaannya, tetap berada di dekatku. Dia sangat menakutkan dalam pertempuran jarak jauh."

"Baiklah, dimengerti."

Sepertinya Astia cukup mengerti. Oke, membicarakannya mungkin akan mudah, tapi itu berbeda dalam tahap eksekusinya. Aku juga tidak tahu beberapa banyak kemampuan yang dimiliki Aven.

Aku sudah siap menyerangnya dengan belatiku, Astia juga sudah menghunuskan pedangnya. Dalam hal ini aku tidak memakai pedangku karena aku rasa itu akan sedikit menghambat kecepatan serangku. Dalam kasus Astia, dia tidak ada plihan lain selain memakai senjata yang dia bisa.

"Nah, mari kita mulai."

Setelah mengatakan itu, Aven menghilang secara tiba-tiba. Tapi karena aku masih sedikit merasakannya, dengan kecepatan tertinggiku aku berusaha menyerangnya.

Aku melesat ke arah beberapa meter dari tempat Laven berada, dia belum sepenuhnya meninggalkan tempat dia pijak tadi.

Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku masih merasakannya, karena itu aku menyerang secara acak. Aku tahu dia kaget karena aku bisa menyadarinya. Dia tepat di depanku.

Tebasanku mengenainya!

Tangannya tergores oleh mata pisauku, karena itu dia bisa terlihat lagi. Tapi dia langsung menghilang kembali. Karena kecepatanku hampir tidak bisa kukontrol, aku kehilangan keseimbanganku lalu terjatuh, aku langsung melemparkan belatiku ke tempat yang dia tuju, yaitu di dekat satu batang pohon besar.

Pisauku menancap, dia kembali menunjukkan dirinya. Karena keterkejutannya yang membuat dia lengah, dia tidak menyadari kalau belatiku hanya sebagai penunjuk. Jadi Astia langsung menuju ke tempat Laven.

Disaat yang sama ketika Laven terkejut oleh belatiku, Astia sudah ada di sana, kemudian dia mengayunkan punggung pedangnya.

Lven terlambat menyadari itu, akibatnya dia terpental jatuh dari atas pohon lalu tersungkur di atas tanah.

Dia sedikit memuntahkan darah, tapi dia dengan cepat bangun lalu kembali menghilang. Tapi aku tidak membiarkan itu terjadi.

Belati tersisa satu, jadi hanya tinggal sekali lagi aku membuat serangan kejutan. Aven sepertinya dari tadi ingin menggunakan metode jarak jauh, karena percobaan pertamanya gagal, seharusnya ini adalah percobaan keduanya.

Aku berhasil meraihnya.

Sekali lagi aku menyerangnya dengan serangan frontal, mengetahui itu dia kembali menunjukkan dirinya. Seranganku ditangkis dengan belatinya.

Sekarang kami membuat serangan satu sama lain, tapi kami juga saling menangkis serangan. Tentu saja Laven lebih cepat dariku, dia lebih ahli dalam situasi ini. Tapi aku berusaha menyaingi kecepatannya.

Ini sama saja menyaingi kecepatan pukulan dari Gio, tapi serangannya tidak sederas seperti Gio.

"Laven, kau tidak akan bisa melakukan serangan jarak jauh, aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu. Kau juga terpaksa menyerang kami dengan jarak dekat bukan?"

"Sialan kau, Ryuuji!"

Karena aku membuat celah dan membuatnya sedikit goyah, aku membuat provokasi yang membuatnya emosi. Skenario yang telah dia buat sudah jatuh di atas tanganku. Karena itu saat ini dia marah.

Saat saling membalas serangan, sedikit demi sedikit dia menambah kecepatan serangnya, tapi membuat serangannya lebih mudah ditebak. Inilah saatnya membuat Laven kalah.

Saat aku menebas dengan serangan terakhirku, aku menendang kakinya. Dia goyah, tubuhnya tidak tekendali, aku ingin menangkapnya lalu mengunci pergerakannya.

Tapi itu tidak berhasil.

Seharusnya dia terjatuh karena tendanganku, tapi saat tubuhnya tidak terkendali kedua tangannya bertumpu di atas tanah, lalu dia memutar kakinya terbalik di udara.

Dia berhasil bertahan dan menyerangku juga dengan tendangan itu. Spinning Bird Kick-nya berhasil dan membuatku sedikit mundur. Aku tidak percaya dia melakukanitu saat dia membawa beban di punggungnya. Untuk pertama kalinya aku melihat manusia seperti dia.

Karena keterkejutanku, aku lengah, dia kembali menghilang dari pandanganku, tapi dia sadar tetap tidak akan bisa kabur dariku karena aku bisa merasakannya. Tapi rencananya untuk menggunakan metode jarak jauh sudah berakhir.

Aku kembali melempar belatiku ke arah dia pergi. Sepertinya belatiku tepat sasaran, Laven tidak ada pilihan lain untuk menangkisnya dengan belatinya, dia masih menghilang padahal sudah kubuat konsentrasinya terganggu. Tapi itu sudah cukup.

Astia sudah tahu keberadaannya. Sepertinya Laven sudah termakan jebakanku untuk kedua kalinya.

Air dari embun terkumpul dengan sangat cepat menjadi sebuah gumpalan air yang sangat besar, berada tepat di atas posisi Aven berada.

Gumpalan air itu dengan cepat menghujani Aven hingga dia terbanting ke tanah, gumpalan air itu pecah membasahi Laven.

Sudah kuduga ini adalah sihir dari Astia, di saat aku gagal menjatuhkannya tadi, Astia sudah membuat antisipasi yang matang.

Laven mencoba untuk bangkit, padahal dia sudah terkena serangan telak seperti itu. Aku sedikit kagum dengan kegigihannya. Sementara itu, seluruh tubuhnya dan pakaiannya menjadi basah kuyup, ini artinya dia tidak akan mencoba pergi lagi.

"Seharusnya kau tidak bisa melanjutkan rencanamu itu dengan menghilang, Aven. Meskipun kau bisa melakukannya, kami berdua pasti bisa melihatmu dari tetesan air itu."

"Aku selalu benci apa yang kau katakan itu selalu benar, Ryuuji. Aku juga benci terhadap diriku karena selalu menganggapmu sebagai petualang kelas rendah, dan gadis itu juga sama merepotkannya sepertimu. Aku tahu kalau identitas petualang kalian itu palsu!"

Tidak, yah padahal identitasku sebagai petualang itu kebenaran. Astia juga tidak mendaftar sebagai petualang, makanya aku hanya menganggap perkataannya itu lucu.

"Aku tidak peduli kau menyebut kami seperti apa, kau juga tidak perlu mengetahui tentangku dan Astia. Kau cukup menganggap kami hanya petualang kelas rendah saja."

Aku tidak bisa memprovokasi dia lebih jauh. Itu akan berbahaya jika aku melakukannya.

Meskipun keadaan kami lebih diuntungkan saat ini, tapi aku masih belum mengetahui kemampuannya yang sebenarnya.

"Kau sepertinya ingin mati lebih cepat ya Ryuuji?"

"Tidak juga. Aku tidak bisa dibunuh dengan semudah itu lho."

Sikap Laven tadi yang santai berubah menjadi kemarahan yang cukup besar, membuat benda di sekitarnya dapat dirusak olehnya hanya dengan keberadaannya saja.

"Oke, Astia, bersiaplah."

Aku berbicara pelan kepada Astia melalui benda yang diberikan oleh Azaka.

"Aku selalu siap."

Astia juga menjawab dengan semangat. Aku tahu dia tidak akan membuat kelengahan berada di dirinya.

Pertarungan kami akan dimulai kembali. Aku sudah membuat rencana kombo yang cukup mengesankan.

Belati yang kudapatkan kembali dari Astia perlahan kurentangkan dengan tanganku ke atas kepalaku. Meskipun Laven beberapa detik terpancing dengan trik ini, tapi Astia sudah mundur beberapa meter di belakangku dengan cepat.

Aven langsung menyiapkan snipernya, tapi aku tidak membiarkan itu. Kunci kami adalah di Astia dan dia yang terpenting untuk kemenangan ini. Setelah Laven menyadari keberadaan Astia, dia mengalihkan pandangannya dari belatiku.

Jadi ini adalah tiga kalinya Laven mengalihkan pandangannya untuk sebuah objek, tapi dengan belatiku yang terakhir, dia tidak menyadarinya.

Aku langsung melesatkan belatiku ke arah Laven. Karena tidak percaya dengan serangan kejutanku, dia terlambat menyadarinya. Laven berusaha menangkisnya tapi belatiku sudah mengenai lengannya,

Darah membanjiri lengan kanannya.

Tapi serangan ini belum cukup untuk melumpuhkan pergerakannya.

"Fire Style : Great Majority Flame!"

Karena Laven teralihkan kembali, aku membuat mantra api di telapak tanganku, lalu kuarahkan ke tanah. Seperti api dari kompor yang menyala, api menyembur dari tanah dan menjulang ke atas mengelilingiku 360 derajat.

Lalu...

"Hydro Mimic : Eternity Wave!"

Sebuah gelombang air yang sangat besar yang dibuat oleh Astia mengarah ke arah ku.

Terjadi tabrakan dari dua buah elemen membuat ledakan asap, yang membuat kabut yang sangat tebal menutup daerah sekitarku.

Tidak, kupikir kabut ini akan terus menyebar dalam beberapa ratus meter hingga kilomter.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Laven tadi karena aku masih mengaktifkan sihirku untuk membuat gelombang kabut.

Tapi aku yakin dia tidak pernah melihat kombinasi seperti ini. Dan juga sepertinya dia sangat terkejut sampai dia tidak bisa bergerak.

Tujuan dari kombinasi ini adalah menghalangi pandangan Laven secara maksimal. Tidak perlu takut dengan pisau bermata dua, karena kombinasi sihir ini dibuat oleh aku dan Astia, jadi seluruh tempat ini adalah kawasan kami yang bisa mendeteksi musuh.

Dengan ini kemenangan kami sudah di depan mata.

つづく

Episodes
1 Prolog
2 Intermission
3 Intermission : Pion yang Terpanggil
4 Chapter 1 : Black Bullet
5 Chapter 2 : Perjalananku
6 Chapter 2.1
7 Chapter 2.2
8 Chapter 2.3
9 Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10 Chapter 3.1
11 Chapter 3.2
12 Chapter 3.3
13 Chapter 3.4
14 Chapter 4 : Kekacauan
15 Chapter 4.1
16 Chapter 4.2
17 Chapter 5 : Kegagalan
18 Chapter 5.1
19 Chapter 5.2
20 Chapter 5.3
21 Interlude Chapter
22 Interlude Chapter 2
23 Chapter 6 : Pendatang Baru
24 Chapter 6.1
25 Chapter 6.2
26 Chapter 6.3
27 Chapter 6.4
28 Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29 Chapter 7.1
30 Chapter 7.2
31 Chapter 7.3
32 Chapter 7.4
33 Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34 Chapter 8 : Persiapan
35 Chapter 8.1
36 Chapter 8.2
37 Chapter 8.3 : Regu Astia
38 Chapter 8.4
39 Chapter 9 : Regu Lilia
40 Chapter 9.1
41 Chapter 9.2
42 Chapter 9.3
43 Chapter 9.4
44 Chapter 10 : Persiapan 2
45 Chapter 10.1
46 Chapter 10.2
47 Chapter 10.3
48 Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49 Chapter 11.1
50 Chapter 11.2
51 Chapter 11.3
52 Chapter 12 : Malam harinya...
53 Chapter 12.1
54 Chapter : 12.2
55 Chapter 12.3
56 Chapter 12.4
57 Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58 Chapter 13.1
59 Chapter 13.2
60 Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61 Chapter 14.1
62 Chapter 14.2
63 Chapter 14.3
64 Chapter 14.4
65 Chapter 15 : Di Titik Timur
66 Chapter 15.1
67 Chapter 15.2
68 Chapter 15.3
69 Chapter 15.4
70 Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71 Chapter 16.1
72 Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73 Chapter 16.3
74 Chapter 16.4
75 Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76 Chapter 17 : Perlawanan Kami
77 Chapter 17.1
78 Chapter 17.2
79 Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80 Chapter 18.1
81 Chapter 18.2
82 Chapter 18.3
83 Chapter 18.4
84 Chapter 19 : Kegilaan
85 Chapter 19.1
86 Chapter 19.2
87 Chapter 19.3
88 Chapter 19.4
89 Chapter 20 : Tomoe Garden
90 Chapter 20.1
91 Chapter 20.2
92 Chapter 20.3
93 Chapter 21 : Sayonara
94 Chapter 21.1
95 Chapter 21.2
96 Chapter 22 : Awal yang Baru
97 Chapter 22.1
98 Chapter 22.2
99 Chapter 22.3
100 Chapter 22.4
101 Interlude : Mimpi Buruk
102 Interlude 2 : Mimpi Buruk
103 Chapter 23 : Pencarian
104 Chapter 23.1
105 Chapter 23.2
106 Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107 Chapter 24.1
108 Chapter 24.2
109 Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110 Chapter 25.1
111 Chapter 25.2
112 Chapter 25.3
113 Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114 Chapter 26.1
115 Chapter 26.2
116 Chapter 26.3
117 Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118 Chapter 27.1
119 Chapter 27.2
120 Chapter 27.3
121 Chapter 28 : Penyusupan
122 Chapter 28.1
123 Chapter 28.2
124 Chapter 28.3
125 Intermission Chapter 28.4
126 Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127 Chapter 29.1
128 Chapter 29.2
129 Chapter 29.3
130 Chapter 30 : Faker
131 Chapter 30.1
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Prolog
2
Intermission
3
Intermission : Pion yang Terpanggil
4
Chapter 1 : Black Bullet
5
Chapter 2 : Perjalananku
6
Chapter 2.1
7
Chapter 2.2
8
Chapter 2.3
9
Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10
Chapter 3.1
11
Chapter 3.2
12
Chapter 3.3
13
Chapter 3.4
14
Chapter 4 : Kekacauan
15
Chapter 4.1
16
Chapter 4.2
17
Chapter 5 : Kegagalan
18
Chapter 5.1
19
Chapter 5.2
20
Chapter 5.3
21
Interlude Chapter
22
Interlude Chapter 2
23
Chapter 6 : Pendatang Baru
24
Chapter 6.1
25
Chapter 6.2
26
Chapter 6.3
27
Chapter 6.4
28
Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29
Chapter 7.1
30
Chapter 7.2
31
Chapter 7.3
32
Chapter 7.4
33
Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34
Chapter 8 : Persiapan
35
Chapter 8.1
36
Chapter 8.2
37
Chapter 8.3 : Regu Astia
38
Chapter 8.4
39
Chapter 9 : Regu Lilia
40
Chapter 9.1
41
Chapter 9.2
42
Chapter 9.3
43
Chapter 9.4
44
Chapter 10 : Persiapan 2
45
Chapter 10.1
46
Chapter 10.2
47
Chapter 10.3
48
Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49
Chapter 11.1
50
Chapter 11.2
51
Chapter 11.3
52
Chapter 12 : Malam harinya...
53
Chapter 12.1
54
Chapter : 12.2
55
Chapter 12.3
56
Chapter 12.4
57
Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58
Chapter 13.1
59
Chapter 13.2
60
Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61
Chapter 14.1
62
Chapter 14.2
63
Chapter 14.3
64
Chapter 14.4
65
Chapter 15 : Di Titik Timur
66
Chapter 15.1
67
Chapter 15.2
68
Chapter 15.3
69
Chapter 15.4
70
Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71
Chapter 16.1
72
Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73
Chapter 16.3
74
Chapter 16.4
75
Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76
Chapter 17 : Perlawanan Kami
77
Chapter 17.1
78
Chapter 17.2
79
Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80
Chapter 18.1
81
Chapter 18.2
82
Chapter 18.3
83
Chapter 18.4
84
Chapter 19 : Kegilaan
85
Chapter 19.1
86
Chapter 19.2
87
Chapter 19.3
88
Chapter 19.4
89
Chapter 20 : Tomoe Garden
90
Chapter 20.1
91
Chapter 20.2
92
Chapter 20.3
93
Chapter 21 : Sayonara
94
Chapter 21.1
95
Chapter 21.2
96
Chapter 22 : Awal yang Baru
97
Chapter 22.1
98
Chapter 22.2
99
Chapter 22.3
100
Chapter 22.4
101
Interlude : Mimpi Buruk
102
Interlude 2 : Mimpi Buruk
103
Chapter 23 : Pencarian
104
Chapter 23.1
105
Chapter 23.2
106
Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107
Chapter 24.1
108
Chapter 24.2
109
Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110
Chapter 25.1
111
Chapter 25.2
112
Chapter 25.3
113
Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114
Chapter 26.1
115
Chapter 26.2
116
Chapter 26.3
117
Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118
Chapter 27.1
119
Chapter 27.2
120
Chapter 27.3
121
Chapter 28 : Penyusupan
122
Chapter 28.1
123
Chapter 28.2
124
Chapter 28.3
125
Intermission Chapter 28.4
126
Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127
Chapter 29.1
128
Chapter 29.2
129
Chapter 29.3
130
Chapter 30 : Faker
131
Chapter 30.1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!