Tiba-tiba aku merasakan kehadiran orang yang menuju ke arah tempat duduk kami.
Dia terlihat sengaja melakukan sesuatu yang tidak kuketahui.
"Permisi, masih ada tempat duduk yang tersisa, apa boleh aku duduk di sini? Soalnya tempat duduk lain sudah penuh semua."
Sebenarnya masih ada tempat duduk disamping Ellena, jadi karena ini tempat umum sebaiknya tidak masalah memberikan dia tempat duduk.
"Ya, tidak masalah. Silakan."
Ellena memberikannya tempat duduk.
Sebenarnya orang yang duduk disamping Ellena itu penampilannya cukup berbeda dari orang-orang yang ada di sini. Soal penampilannya memang seperti gadis cantik berambut pirang cerah yang terlihat berumur sekitar anak SMA atau setara dengan Astia atau aku, tapi dia membawa benda yang cukup besar dan panjang yang dia gendong di punggungnya yang ditutupi oleh kain putih. Aku tidak bisa melihat benda apa yang ada dibalik kain itu, tapi sepertinya dia memiliki alasan kenapa dia menutupi itu dengan kain.
"Terima kasih."
Nah, karena kedatangan gadis ini kami tidak bisa mengobrol seperti biasa dan akhirnya hanyalah kecanggungan yang ada di sini. Aku berusaha untuk tidak menatapnya, dan hanya fokus menyeruput minumanku saja.
"Paman! Aku pesan yang biasanya!"
Gadis itu memanggil pelayan yang cukup jauh dari tempat kami. Sepertinya mereka sudah saling mengenal atau bahkan dia ini sudah menjadi pelanggan tetap, jadi makanya gadis yang ada di hadapanku ini tidak menjadi bahan pembicaran seperti Astia dan Ellena.
"Oh iya, ngomong-ngomong apa kalian ini pendatang baru ya? Sudah lama aku di sini tapi aku baru melihat wajah kalian."
Gadis ini tiba-tiba memulai pembicaraan, tapi itu adalah reaksi yang normal ketika satu meja dengan orang asing.
"Ya, kami baru saja dari kota sebelah tadi pagi." Kataku.
"Oh begitu ya. Wajar juga sih, karena banyak pendatang yang bermunculan karena besok ada turnamen kekaisaran yang diadakan setahun sekali."
Kalau dia menanyakan alasan kami datang ke kota ini aku akan menjawabnya dengan jawaban itu, tapi dia sudah mengungkapannya sendiri.
"Kalau begitu, berarti kau juga sudah lama ya menjadi pelanggan tetap di sini? Aku lihat kau sepertinya akrab dengan pelayan itu."
"Kau jeli juga ya. Bisa dibilang begitu juga sih. Karena hampir setiap malam aku datang ke restoran ini, makanya aku bisa berkenalan dengan paman itu. Aku juga banyak mengenal petualang yang ada di sini lho."
Kalau dia ngomong bergitu berarti dia ini memiliki banyak pengetahuan tentang orang-orang. Apa dia juga mengenal orang itu ya?
"Hoo? Berarti kau juga mengenal orang yang bernama Anderson ya?"
Setelah aku memastikan hal itu, sekitar satu detik tatapan matanya menjadi kosong. Sepertinya itu tidak kebetulan, ada sebuah keterkejutan setelah aku menyebutkan nama itu.
"Eh~ kau juga mengenal orang yang terkenal kuat itu ya? Ngomong-ngomong orang itu akhir-akhir ini sepertinya dia terlihat habis dibuat babak belur. Aku tidak tahu siapa yang membuatnya begitu, tapi aku penasaran dengan orang itu."
"Oh begitu ya? Aku hanya mendengar kalau dia terkenal karena kekuatannya, makanya aku ingin melihat wajahnya seperti apa."
Aku tidak membuat sebuah ekspresi di wajahku. Tapi pada kenyataannya, orang yang membuat orang itu babak belur sedang berada di satu meja denganku.
Sepertinya Astia dan Ellena juga pura-pura tidak mendengar tentang topik ini. Baguslah.
"Oh iya, ngomong-ngomong kenapa dia sampai seperti itu?" Tanyaku.
"Aku hanya mendengar kabarnya doang sih. Sepertinya siang tadi tempat ini ada keributan, tapi mereka yang ada di tempat ini sepertinya melupakan apa yang terjadi seolah-olah terjadi pencucian otak massal. Jadi tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Lalu ketika ada pengunjung datang, mereka mengatakan ada sebuah penghalang yang mengelilingi restoran ini dari luar, lalu ditemukanlah Andeson yang sudah babak belur."
Ternyata yang dikatakan Ellena dan Astia benar kalau semacam penghalang itu tidak akan hilang sebelum penggunanya menghilangkannya sendiri. Untungnya aku sudah menguasai Dragon Fist tingkat pertama, kalau tidak aku tidak akan bisa membuat Astia dan Ellena keluar.
Aku juga beruntung. Soalnya ketika di penginapan tidak ada alat masak, makanya aku datang ke restoran terdekat dan menemui situasi seperti itu.
"Begitu... Aku penasaran dengan orang yang telah membuat kekacauan itu terjadi. Orang yang sangat menarik itu, aku jadi ingin menemuinya."
Situasi Astia dan Ellena setelah mendengar perkataanku, mereka malah senyum-senyum sendiri. Padahal aku tidak memuji mereka.
"Oh? Apa yang ingin kau lakukan? Apa kau ingin menantangnya bertarung? Memangnya kau ini kelas apa?"
Tanpa pikir panjang aku menunjukkan Plat petualangku padanya.
Aku sudah menyadarinya kalau dalam plat petualang, semua jenisnya sama. Jadi tidak ada pembeda di setiap negara.
"Fufufu~ Dengan kelas serendah itu, apa kau ingin melawan orang yang sudah mengalahkan Anderson dan rekannya yang sudah mencapai kelas A+?"
Gadis ini tertawa terbahak-bahak. Itu adalah reaksi wajar dari seseorang yang tidak mengetahui apa-apa. Padahal kenyataanya yang sudah mengalahkan mereka hanya petualang kelas A- dan yang satunya bahkan tidak mengambil kelas petualang.
Ketika dia bertanya padaku tentang mengalahkan pelaku kejadian tadi siang, aku tidak menjawab apa-apa dan hanya mengeluarkan sebuah pelat. Jadi dia hanya mengklaim benar tentang pertanyaannya sendiri.
"Huh~ maaf aku terlalu banyak tertawa, aku tadi hanya bercanda. Ngomong-ngomong dari tadi kita hanya mengobrol dan aku tidak tahu tentang namamu. Bolehkah aku tahu namamu? Namaku Laven."
Dia menyuguhkan tangannya kepadaku saat dia berdiri. Ini hanya persalaman biasa, tapi tidak masalah. Seharusnya dia juga mengajak perkenalan juga dong pada Astia dan Ellena. Apa mereka berdua tidak menarik di mata gadis ini?
"Oke, Kau bisa memanggilku Ryuuji." Aku menjawabnya dengan tenang.
Ketika ini terjadi, tatapan yang aku rasa sangat menusuk datang dari arah Astia dan Ellena. Apa yang mereka khawatirkan? Padahal ini hanya perkenalan biasa. Apa mereka pikir akan ada bahaya ketika gadis yang bernama Aven ini memegang tanganku?
"Ryuuji ya... Kalau kedua gadis ini? Apa salah satu dari mereka adalah kekasihmu?"
Tatapan menusuk kedua orang ini berkurang dan menjadi tatapan yang menunggu jawaban.
Hei kenapa kalian kenapa menatapku seperti itu!
Aku hanya bisa mengatakannya dalam hati, tapi mereka berdua masih tenang.
"Tidak, mereka berdua hanya temanku."
Astia kecewa. Aku bisa lihat itu dari matanya. Apa yang dia harapkan dari jawabanku? Apakah dia mengharapkan menjadi rekan pedagang, tapi kita kan tidak membawa peralatan pedagang.
"Hee~ kau beruntung juga ya, membentuk kelompok dengan dua gadis cantik seperti mereka."
"Tidak juga."
Di satu sisi itu memang benar, tapi ketika mereka berdua beradu mulut, itu membuat telingaku sakit.
Banyak perbedaan pendapat ketika mereka beradu mulut dan untungnya aku hanya tutup telinga, kalau tidak itu akan membuatku pusing. Yang paling nyaman untuk diajak berpergian adalah Astia, dia sebenarnya banyak hal yang bisa dia lakukan dan dia sangat cocok untuk diajak bekerja sama. Lain hal kalau dengan Ellena, kepribadiannya memang sangat hancur, tapi dalam hal seperti ini Ellena lebih berpengalaman.
"Makanan datang!"
"Ah, ya, tunggu sebentar ya, aku ingin fokus dengan makananku dulu."
"Ya. Silakan."
Setelah pelayan menghidangkan makanannya, aku hanya bersikap seperti biasa kembali.
Kalau dari cara makannya, aku merasakan tanda-tanda orang ini adalah anak bangsawan, atau pernah mempelajari cara makan bangsawan? Yah mungkin saja seperti itu.
Tanpa kusadari Astia dan Ellena sudah menyelesaikan makannya. Apakah kita mulai sekarang akan langsung bergerak? Tapi aku masih penasaran dengan gadis yang bernama Laven ini, khususnya benda yang ditutup kain itu.
Aku penasaran kenapa di tempat ini tidak ada kecurigaan tentangnya, padahal dia membawa benda yang sangat mencolok itu. Apa karena orang-orang di sini tahu kalau gadis ini berbahaya, makanya mereka tidak ingin berbuat macam-macam kepadanya. Masih banyak skenario tentang gadis ini di kepalaku, dan semua itu masih belum ada bukti yang jelas.
Pertanyaannya adalah apakah aku harus memasukkan gadis ini di dalam daftar prioritas? Atau aku kesampingkan saja. Apa semua dugaanku salah, kalau gadis ini hanya petualang biasa. Tapi tentang benda besar itu...
"Tuan Ryuuji, kita sudah selesai, apa kita langsung saja pergi?"
Astia mengikuti pembicaraan sehingga dia memanggilku seperti itu. Karena tidak ada alasan lagi kami tetap berada di sini, kami akan pergi memulai pekerjaan kami.
"Oh? Sudah mau pergi?"
"Ya, maaf. Padahal aku ingin mengenalkannya padamu, karena kami ada pekerjaan mungkin lain waktu."
"Oh oke, sampai jumpa."
Kami meninggalkan restoran. Saatnya kami berpencar, sebelum kita di sini, aku sudah menjelaskan semua rencananya jadi tinggal pelaksanannya. Malam ini mungkin akan menjadi malam yang sulit, jadi aku harap hari esok adalah hari istirahat kami.
Tinggal aku dan Astia. Ellena mengambil arah lain untuk mencari Gorou. Aku berencana ingin mencari keberadaan perempuan itu dan seluk beluk kekuatan negara ini, Karena ini hari sebelum turnamen aku yakin perempuan itu ditempati di tempat khusus.
"Laven, ya..."
Setelah menggumamkan nama gadis itu, aku dan Astia bergerak sesuai rencana...
つづく
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments