Chapter 5 : Kegagalan

Di Ibukota Kekaisaran Engrayn, tepatnya di arena pertarungan. Seorang gadis bermata hijau perlahan membuka matanya.

Setelah ledakan besar, Sheyta terbangun dari pengaruh hipnotisnya. Seluruh ingatan yang dia ingat saat ini samar-samar.

Terakhir yang dia ingat adalah saat dia diculik.

Saat ini dia memakai pakaian yang cukup bagus untuk dilihat, tapi dia tidak mengingat kapan dia memakai pakaian ini.

"Di-dimana ini?"

Matanya terbuka lebar.

Dia berada di tempat tertinggi Arena. Dia bisa melihat ke bawah, tapi apa yang dia lihat... mayat-mayat tersebar di seluruh tempat.

Dia hampir muntah karena mereka yang mati banyak yang mengeluarkan organ dalamnya. Kematian yang tragis.

Sheyta harus cepat-cepat keluar dari tempat ini. Dia tidak tahan di tempat yang sangat menakutkan seperti ini.

"Apa ini? Kekuatanku..."

Kedua tangannya terdapat benda yang sangat mengganggu, seperti gelang. Tapi tidak bisa dilepaskan.

Apa benda ini menyegel kekuatanku?

Sheyta mencoba membenturkan kedua gelangnya bersamaan.

"Keras sekali."

Beberapa kali dia mencoba dia tidak bisa menghancurkannya.

Lalu, sebuah sosok muncul secara tiba-tiba, dia keluar dari balik bayangan.

"Kau...?! Kau seharusnya sudah mati..."

Sheyta mengenal sosok ini, tapi sosok itu hanya memberikan senyum tipis kepada Sheyta seolah itu bukan masalah besar.

"Yah, pada waktu itu aku memang lengah. Kau tidak usah terkejut, mungkin iblis lain yang terkena seranganmu akan mati, tapi tidak untukku."

"Apa?"

Sheyta tidak menyangka hal ini, dia tidak hanya diculik, dia bahkan bertemu kembali dengan iblis yang bernama Hit ini.

Mata Sheyta berkeliling untuk mencari cara melarikan diri, tapi dia menemukan sebuah pertarungan di lain sisi tempat, tepatnya dia masih melihat itu meskipun jauh dari tempatnya berdiri.

"Oh, kau tertarik dengan mereka? Mereka manusia bodoh yang cukup merepotkan pasukanku, tapi itu sudah cukup."

"Mau apa kau sebenarnya? Apa kau ingin aku kembali ke tempat gelap yang menjijikkan itu lagi?"

"Tidak, rencana utama kita sudah berhasil meskipun ada hambatan. Seharusnya kekuatanmu saat ini sudah bisa menghancurkan satu kota."

Perkataan Hit membuat dugaan Sheyta selama ini benar.

Dia telah dijadikan untuk alat penghancur. Ini artinya dia dijadikan pion kekaisaran, lebih tepatnya alat iblis, untuk menghancurkan sebuah wilayah dengan kekuatannya.

"Sebenarnya apa rencanamu?!"

"Bukannya kau sudah tahu?"

"Tentu saja. Lebih tepatnya kau ingin menggunakanku untuk menyerang wilayah siapa?"

"Kerajaan Fioresd."

Perkataan Hit membuat Sheyta menggertakkan giginya, dia marah karena keberadaan Hit membuat Sheyta muak.

"Kerajaan Fioresd katamu?! Kau gila ya! Bisa-bisanya kerajaan setentram mereka ingin kau hancurkan?!

"Keserakahan sudah ada di dalam diri kami. Lagipula negara yang damai membuatku geli. Mereka hanya melahirkan orang-orang lemah dan membosankan. Waktunya mereka merasakan balasan dari kedamaian mereka sendiri."

"Itu bukan hakmu. Biarkan mereka menanggungnya sendiri. Kau itu siapa menentukan takdir mereka dan menghancurkan kedamaian yang telah mereka buat dengan susah payah?!"

Mata merah Hit menatap tajam ke Sheyta, dia mendekat lalu menarik rambut Sheyta.

"Kau pikir aku siapa? Akulah kekuatan itu sendiri. Kekuatan dapat merampas apapun di dunia ini. Kau itu hanya ulat kecil yang tidak tahu apa-apa. Menceramahiku itu bukanlah tugasmu."

"Kau itu sangat menjijikkan ya."

Setelah itu Hit melepaskan rambutnya, lalu berbalik menatap suasana arena kembali. Dia menikmati mayat-mayat berhamburan di sana.

Karena gelang itu Sheyta hanya berlutut lemah, gelangnya tidak hanya menyegel kekuatannya tapi menyerap tenaganya juga.

Dia sudah bingung harus melakukan apa lagi, melarikan diri hanya akan terasa sia-sia. Menyerangnya dari belakang pun juga tidak mungkin, karena kekuatan fisiknya sangat terbatas saat ini.

Sheyta menatap Hit yang sedang memunggunginya. Dia meluapkan kemarahannya pada tatapan itu, Sheyta hanya bisa berharap bahwa Hit akan langsung mati karena tatapannya itu. Tapi mana mungkin.

Pada saat ini Sheyta hanya bisa menatap Hit yang sedang melayang di udara, melihat arena yang menjadi medan pertempuran.

Lalu kejadian itu terjadi...

Beberapa saat Sheyta menyadari kalau kepala Hit terpenggal, lepas dari tubuhnya.

"Apa...?"

Sheyta tidak melihat serangan apapun, tapi dalam sekejap kepala Hit terbang ke udara, terasa halus diterpa angin.

Tidak, tidak, tidak... itu pasti bukan karenaku. Kekuatan macam apa yang bisa membunuh seseorang hanya karena menatapnya saja?

Sheyta masih mengira kalau ini perbuatannya sendiri.

Tapi anehnya dalam momen ini tubuh Hit masih melayang di udara.

"Perasaan mengancam apa ini?"

Tiba-tiba tubuh Sheyta menggigil, dia merasakan ada orang dengan nafsu membunuh yang kuat di dekatnya.

Sheyta mencoba melihat sekelilingnya, tapi tidak ada siapapun.

Ketika dia mengembalikannya pandangannya kembali pada Hit, ada seseorang di sana.

Kenapa Sheyta tidak merasakannya sama sekali?

Dia memakai pakaian serba hitam dengan beberapa bantalan logam di bahunya, sambil memegang pedangnya.

Seharusnya Sheyta dapat merasakannya, atau setidaknya dia dapat mendengarnya. Tapi orang itu sama sekali tidak disadari oleh Sheyta.

Wajahnya tidak terlihat oleh Sheyta karena dia memunggungi Sheyta. Tapi pertanyaannya adalah siapa dia? Dan apa yang dia lakukan di sini?

Orang itu membakar pedangnya, atau lebih tepatnya dia melapisi pedangnya dengan api yang berkobar. Ada sebuah kemarahan di dalam api itu.

Orang itu mulai menebas kedua tangan Hit, dia memulainya dari kanan.

Satu tertebas, tangan kanan Hit terbang ke udara dengan api yang membakar darahnya.

Dan yang terakhir, tangan kirinya terbang ke udara. Kobaran apinya membakar darah yang keluar dari tangannya.

Saat ini kedua tangan Hit sudah tidak ada, hanya tubuh yang berdiri di udara.

Ternyata orang itu yang telah memenggal Hit tadi. Sheyta akhirnya menyadari ini.

Tapi ada sebuah pertanyaan yang masih dipikirkan oleh Sheyta.

Kenapa tubuh Hit tidak tumbang? Setelah menerima serangan itu.

"Oh, kau mencoba meregenerasi ya?" Kata orang itu setelah mengayunkan pedang berapinya.

Apa?

Detak jantung Sheyta meningkat dengan sangat cepat. Dia tahu suara ini.

Setelah Sheyta menduga perasaannya, orang itu kembali menebas Hit dengan pedang berapinya.

Dia menebas Hit dari bawah ke atas, tubuhnya terbelah menjadi dua, darahnya terbakar oleh api itu. Dan akhirnya Hit, tanpa menyadari apapun dia telah tumbang dan mati.

Ada sebuah asap hitam setelah iblis yang bernama Hit itu mati. Sheyta juga sekilas melihatnya.

"Karena kepalamu tiba-tiba terpenggal, kau terkejut dan posisimu masih di atas udara ya. Bahkan tubuhmu tidak dapat mengetahui kalau kau sudah mati. Sekarang aku tahu, kematian iblis itu sangat menjijikan."

Orang itu berbicara menatap langit, setelah asap hitam meninggalkan tubuh Hit waktu itu.

Orang itu berbalik, menghampiri Sheyta.

Sudah kuduga dia orangnya.

"Kakak...?"

Suara Sheyta terdengar lemah, tapi dia masih bisa memanggil orang yang paling dia sayangi.

Dia tidak pernah menyangka kalau kakaknya berada pada di hadapannya. Perasaannya menjadi hangat, Sheyta tidak bisa menahan rasa senangnya ini.

"Ya, ini aku."

"A-apa aku bermimpi?"

Sheyta menahan air matanya jatuh, tapi dia mencoba meraih kakaknya.

"Kamu bisa melihatnya sendiri."

Sheyta meraba-raba tubuh tubuh kakaknya, memastikan kalau ini adalah kenyataan.

Akhirnya Sheyta berada di pelukan kakaknya, Yuuki.

Sheyta hanya bisa menangis, air mata membanjiri wajahnya karena dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Orang yang sangat dia ingin temui berada di pelukannya, dan ini membuat perasaan yang sangat bahagia bagi Sheyta.

"Apa kamu tidak apa-apa, Sheyta?" Yuuki bertanya.

"Ya, aku tidak apa-apa, tapi gelang ini..."

Sheyta menunjukkan kedua tangannya, menunjukkan bekas memar yang diakibatkan oleh kedua gelang itu.

"Kenapa? Gelang apa ini?"

"Karena gelang ini membuat kekuatanku tersegel dan kondisi fisikku sangat dibatasi."

"Eh, maksudmu kamu juga punya kekuatan magis di dunia ini?"

Meskipun Yuuki terlihat khawatir kepada adiknya, tapi suara dan mata merahnya tetap dingin seperti biasa.

"Y-ya, ini semua karena para iblis itu, membuat aku mempunyai kemampuan seperti itu. Aku dilatih dengan cara yang kejam di ruang bawah tanah kastil kekaisaran."

Setelah perkataan Sheyta, tanpa disadari olehnya, tangan Yuuki bergetar karena kemarahan. Namun, dia tetap mencoba tenang karena dia tidak ingin menunjukkan itu kepada adiknya.

"Ngomong-ngomong kapan kamu ke sini, ah maksudku ke dunia ini?" Tanya Yuuki.

"Emm, aku tidak yakin, sepertinya beberapa minggu yang lalu, tiba-tiba aku di panggil ke dunia ini oleh para iblis itu. Aku sangat takut saat itu, jadi aku agak trauma."

"Eh dipanggil?"

"Iya, eh kakak tidak dipanggil? Semacam mantra pemanggilan untuk memindahkan seseorang secara instan dari lintas negara atau dunia. Kondisi ku seperti itu waktu itu." Sheyta sedikit memiringkan kepalanya.

"Apaan tuh? Hmm kalau kuingat-ingat aku tiba di dunia ini sudah dalam keadaan sendirian, di hutan dan jauh dari daerah pemukiman."

"Sendirian ya? Sepertinya sangat cocok untuk kakak, bercanda deng." Sheyta sedikit tersenyum dan tertawa, kemudian melanjutkan, "Emm kupikir itu pemanggilan acak atau kegagalan dalam mantra pemanggil. Itulah yang kupikirkan tapi aku juga tidak yakin."

"Begitu ya, kamu sudah sangat berjuang ya..." Kata Yuuki sambil mengelus kepala Sheyta. "Jadi, bagaimana cara melepaskan gelang ini?"

Tidak ada maksud tersembunyi dari perkataan Yuuki, tapi rasanya dia masih sangat marah.

"Aku tidak tahu, tadi kucoba kuhancurkan benda ini tapi tidak bisa."

"Apa kamu sudah coba kasih sabun, minyak, hmm atau cairan licin lainnya?"

"Kamu bercanda ya kak, mana mungkin di tempat seperti ini aku menemukan benda itu. Lagipula aku baru menyadari kalau tadi aku terikat oleh gelang ini. Dan juga sepertinya gelang ini akan mengencang jepitannya kalau aku berusaha membukanya."

Dengan wajah seperti biasa, Yuuki sepertinya sedikit kecewa.

"Yah, padahal dengan sabun itu adalah cara yang efektif kalau kamu terjepit sesuatu."

"Kalau dalam kehidupan normal itu mungkin yang paling efektif."

Tapi kedua kakak beradik ini berada di sebuah dunia yang hal magis adalah hal biasa. Jadi membuka gelang itu pasti dengan hal yang tidak pernah mereka lakukan.

つづく

Episodes
1 Prolog
2 Intermission
3 Intermission : Pion yang Terpanggil
4 Chapter 1 : Black Bullet
5 Chapter 2 : Perjalananku
6 Chapter 2.1
7 Chapter 2.2
8 Chapter 2.3
9 Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10 Chapter 3.1
11 Chapter 3.2
12 Chapter 3.3
13 Chapter 3.4
14 Chapter 4 : Kekacauan
15 Chapter 4.1
16 Chapter 4.2
17 Chapter 5 : Kegagalan
18 Chapter 5.1
19 Chapter 5.2
20 Chapter 5.3
21 Interlude Chapter
22 Interlude Chapter 2
23 Chapter 6 : Pendatang Baru
24 Chapter 6.1
25 Chapter 6.2
26 Chapter 6.3
27 Chapter 6.4
28 Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29 Chapter 7.1
30 Chapter 7.2
31 Chapter 7.3
32 Chapter 7.4
33 Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34 Chapter 8 : Persiapan
35 Chapter 8.1
36 Chapter 8.2
37 Chapter 8.3 : Regu Astia
38 Chapter 8.4
39 Chapter 9 : Regu Lilia
40 Chapter 9.1
41 Chapter 9.2
42 Chapter 9.3
43 Chapter 9.4
44 Chapter 10 : Persiapan 2
45 Chapter 10.1
46 Chapter 10.2
47 Chapter 10.3
48 Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49 Chapter 11.1
50 Chapter 11.2
51 Chapter 11.3
52 Chapter 12 : Malam harinya...
53 Chapter 12.1
54 Chapter : 12.2
55 Chapter 12.3
56 Chapter 12.4
57 Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58 Chapter 13.1
59 Chapter 13.2
60 Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61 Chapter 14.1
62 Chapter 14.2
63 Chapter 14.3
64 Chapter 14.4
65 Chapter 15 : Di Titik Timur
66 Chapter 15.1
67 Chapter 15.2
68 Chapter 15.3
69 Chapter 15.4
70 Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71 Chapter 16.1
72 Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73 Chapter 16.3
74 Chapter 16.4
75 Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76 Chapter 17 : Perlawanan Kami
77 Chapter 17.1
78 Chapter 17.2
79 Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80 Chapter 18.1
81 Chapter 18.2
82 Chapter 18.3
83 Chapter 18.4
84 Chapter 19 : Kegilaan
85 Chapter 19.1
86 Chapter 19.2
87 Chapter 19.3
88 Chapter 19.4
89 Chapter 20 : Tomoe Garden
90 Chapter 20.1
91 Chapter 20.2
92 Chapter 20.3
93 Chapter 21 : Sayonara
94 Chapter 21.1
95 Chapter 21.2
96 Chapter 22 : Awal yang Baru
97 Chapter 22.1
98 Chapter 22.2
99 Chapter 22.3
100 Chapter 22.4
101 Interlude : Mimpi Buruk
102 Interlude 2 : Mimpi Buruk
103 Chapter 23 : Pencarian
104 Chapter 23.1
105 Chapter 23.2
106 Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107 Chapter 24.1
108 Chapter 24.2
109 Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110 Chapter 25.1
111 Chapter 25.2
112 Chapter 25.3
113 Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114 Chapter 26.1
115 Chapter 26.2
116 Chapter 26.3
117 Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118 Chapter 27.1
119 Chapter 27.2
120 Chapter 27.3
121 Chapter 28 : Penyusupan
122 Chapter 28.1
123 Chapter 28.2
124 Chapter 28.3
125 Intermission Chapter 28.4
126 Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127 Chapter 29.1
128 Chapter 29.2
129 Chapter 29.3
130 Chapter 30 : Faker
131 Chapter 30.1
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Prolog
2
Intermission
3
Intermission : Pion yang Terpanggil
4
Chapter 1 : Black Bullet
5
Chapter 2 : Perjalananku
6
Chapter 2.1
7
Chapter 2.2
8
Chapter 2.3
9
Chapter 3 : Pertemuan Yang Saling Membunuh
10
Chapter 3.1
11
Chapter 3.2
12
Chapter 3.3
13
Chapter 3.4
14
Chapter 4 : Kekacauan
15
Chapter 4.1
16
Chapter 4.2
17
Chapter 5 : Kegagalan
18
Chapter 5.1
19
Chapter 5.2
20
Chapter 5.3
21
Interlude Chapter
22
Interlude Chapter 2
23
Chapter 6 : Pendatang Baru
24
Chapter 6.1
25
Chapter 6.2
26
Chapter 6.3
27
Chapter 6.4
28
Chapter 7 : Koordinasi Pelatihan
29
Chapter 7.1
30
Chapter 7.2
31
Chapter 7.3
32
Chapter 7.4
33
Intermission : Mereka menyebutnya Monster Kelas Bencana
34
Chapter 8 : Persiapan
35
Chapter 8.1
36
Chapter 8.2
37
Chapter 8.3 : Regu Astia
38
Chapter 8.4
39
Chapter 9 : Regu Lilia
40
Chapter 9.1
41
Chapter 9.2
42
Chapter 9.3
43
Chapter 9.4
44
Chapter 10 : Persiapan 2
45
Chapter 10.1
46
Chapter 10.2
47
Chapter 10.3
48
Chapter 11 : Kematian? Hanya Satu Langkah Lagi
49
Chapter 11.1
50
Chapter 11.2
51
Chapter 11.3
52
Chapter 12 : Malam harinya...
53
Chapter 12.1
54
Chapter : 12.2
55
Chapter 12.3
56
Chapter 12.4
57
Chapter 13 : Garda Terdepan Pertahanan Umat Manusia
58
Chapter 13.1
59
Chapter 13.2
60
Chapter 14 : Di Titik Timur Laut
61
Chapter 14.1
62
Chapter 14.2
63
Chapter 14.3
64
Chapter 14.4
65
Chapter 15 : Di Titik Timur
66
Chapter 15.1
67
Chapter 15.2
68
Chapter 15.3
69
Chapter 15.4
70
Chapter 16 : Penaklukan yang Terus Berlanjut
71
Chapter 16.1
72
Chapter 16.2 : Bantuan Dari Belakang Layar
73
Chapter 16.3
74
Chapter 16.4
75
Chapter 16.5 : Kemarahan Astia
76
Chapter 17 : Perlawanan Kami
77
Chapter 17.1
78
Chapter 17.2
79
Chapter 18 : Penaklukan Ultimate Hydra, Dimulai
80
Chapter 18.1
81
Chapter 18.2
82
Chapter 18.3
83
Chapter 18.4
84
Chapter 19 : Kegilaan
85
Chapter 19.1
86
Chapter 19.2
87
Chapter 19.3
88
Chapter 19.4
89
Chapter 20 : Tomoe Garden
90
Chapter 20.1
91
Chapter 20.2
92
Chapter 20.3
93
Chapter 21 : Sayonara
94
Chapter 21.1
95
Chapter 21.2
96
Chapter 22 : Awal yang Baru
97
Chapter 22.1
98
Chapter 22.2
99
Chapter 22.3
100
Chapter 22.4
101
Interlude : Mimpi Buruk
102
Interlude 2 : Mimpi Buruk
103
Chapter 23 : Pencarian
104
Chapter 23.1
105
Chapter 23.2
106
Chapter 24 : Kekaisaran Engrayn
107
Chapter 24.1
108
Chapter 24.2
109
Chapter 25 : Pertemuan dengan Rekan Lama
110
Chapter 25.1
111
Chapter 25.2
112
Chapter 25.3
113
Chapter 26 : Annastasia dan Elma
114
Chapter 26.1
115
Chapter 26.2
116
Chapter 26.3
117
Chapter 27 : Perlawanan Tomoe Garden
118
Chapter 27.1
119
Chapter 27.2
120
Chapter 27.3
121
Chapter 28 : Penyusupan
122
Chapter 28.1
123
Chapter 28.2
124
Chapter 28.3
125
Intermission Chapter 28.4
126
Chapter 29 : Operasi Blaue Nacht
127
Chapter 29.1
128
Chapter 29.2
129
Chapter 29.3
130
Chapter 30 : Faker
131
Chapter 30.1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!