Cakrawalah sudah menghilang dari pandangan. Langit yang memerah berubah menjadi gelap, bintang-bintang satu persatu mulai bermunculan, dan akhirnya kami sudah mendapatkan banyak informasi yang berguna.
Aku, Astia dan Ellena berada di penginapan. Ternyata saat kami sampai di rumah tadi Gorou sudah menghilang dari kamarnya, padahal kami mempunyai beberapa informasi yang harus kami beritahu kepadanya, tapi yasudahlah apa yang harus kami ributkan? Akhirnya aku memutuskan memberitahu kepada Raja Azaka tentang informasi itu.
Sebenarnya ada satu persoalan yang harus aku lakukan. Aku memikirkan kalau mendapatkan informasi yang begitu penting sudah didapatkan, tapi itu hanya sudut pandang dari pria itu, dan kebanyakan dari perkataannya belum terbuktikan secara pasti, atau masih bisa dibilang rumor.
Pada intinya semua yang didapatkan oleh Astia dan Ellena adalah tugas mereka yang harus mereka lakukan, dan ada yang harus kulakukan. Dan tugasku adalah saat ini, yaitu malam ini.
Tadi pagi aku juga sudah memikirkan beberapa hal yang harus kulakukan pada malam ini, tapi karena berkat dari beberapa informasi itu aku akan lebih berhati-hati kepada kelompok yang dibicarakan oleh pria itu, yaitu kelompok pembunuh bayaran yang melegenda, tapi itu masih belum sepenuhnya dipercaya.
Lembaga yang mengadakan turnamen itu adalah Abyysal Freedom. Nama pertama dan keduanya sangat bertolak belakang, jadi aku tidak bisa menentukan mereka adalah orang seperti apa. Itu adalah yang pertama kali kudengar untuk membayangkan mereka seperti apa.
Pergelaran turnamen atau pertunjukan turnamen itu sendiri sepertinya adalah salah satu kegiatan untuk menopang ekonomi negara ini. Sebenarnya ada banyak, seperti barang-barang lokal yang banyak di negara ini tapi tidak ada di negara lain. Kota ini kupikir masih lebih maju daripada Ibukota Florend.
Informasi selanjutnya adalah...
Lalu orang yang berada di dalam Abyysal Freedom itu terdapat orang-orang yang sangat berbahaya, sehingga menjadi rumor kalau petinggi-petinggi dari lembaga itu adalah para iblis tingkat tinggi.
Pemikiranku langsung berubah ketika aku mendengar informasi yang cukup menakutkan ini. Kukira yang ada di lembaga itu adalah orang-orang yang kekanak-kanakan.
Tapi itu semua adalah opsi terakhirku untuk memikirkannya, atau bahkan aku tidak akan meladeni hal itu karena terlalu berbahaya.
Dan untuk Seventh Deadly Demons... yah orang itu bilang mereka adalah kelompok yang sangat menakutkan dan pernah menyerangnya. Tidak ada hal lain lagi.
Yang akan kuutamakan dalam pencarian informasi malam ini adalah tentang kelompok pembunuh bayaran itu. Setidaknya mereka masih bisa dicari tentang informasinya dari petualang, petualang itu pasti pernah mendengarnya atau bahkan membicarakannya dari mulut ke mulut.
Pada saat ini Ellena dan Astia sedang membicarakan tentang apa yang harus dilakukan saat ini setelah mendapatkan informasi tersebut. Sebenarnya aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, tapi masih belum saatnya. Yang ingin kutahu adalah pemikiran Ellena dan Astia tentang rencana selanjutnya. Kalau mereka tidak menemukan jalan keluar, aku akan mengambil alih.
"Mmm, oke. Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Ellena bertanya dengan polosnya. Ketika mendengar hal ini Astia juga akan sulit memikirkan satu jawaban untuknya. Tapi apa boleh buat.
"Aku tidak yakin, setelah mendengar informasi yang didapatkan dari pria itu aku pikir kita ada tugas yang harus kita selesaikan. Tapi sayangnya aku tidak bisa memikirkan apapun, dan juga Tuan Yuuki menyuruh kita..."
Perkataan Astia terputus, dan mereka berdua menatapku, seolah aku adalah penyebab mereka tidak bisa memikirkan satupun rencana. Ya, sebenarnya setelah kami mendapatkan informasi itu di restoran, aku memutuskan untuk kembali ke penginapan terlebih dahulu. Salah satunya untuk memberitahu kepada Gorou. Lalu salah satu tujuanku yang lainnya adalah mengistirahatkan mereka berdua karena tugas mereka berdua seharusnya sudah selesai.
Adapun yang lainnya yaitu memikirkan rencana dengan matang hingga waktu malam tiba.
"Astia, apa jangan-jangan tugas kita sudah selesai? Itu berarti..."
Dengan mudahnya Ellena merusak suasana.
"Eh, Tuan Yuuki itu berarti aku boleh meminta hadiah yang kamu janjikan?"
Tatapan mata Astia yang serius seketika berubah menjadi senang. Semua ini adalah kesalahpahaman.
"Tunggu Astia, Tujuanku sebenarnya kembali ke penginapan adalah membicarakan rencana selanjutnya. Kita tidak bisa berhenti sampai sini setelah mendengar informasitersebut."
Setelah itu, raut wajah Astia terlihat kecewa, tapi aku tidak mempermasalahkannya.
"Eh~ Kukira semua ini sudah selesai. Kalau begitu apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus mencari keberadaan pembunuh bayaran dulu?"
"Untuk saat ini kita mungkin sudah ketahuan oleh pembunuh bayaran itu, tapi persentasenya cukup kecil, selama tidak ada yang menguping di penginapan ini."
Aku tahu. mungkin juga kita bahkan tidak diketahui oleh pembunuh bayaran, tapi kita sudah terlalu mencolok di saat kejadian restoran tadi. Tapi kita beruntung sekali karena ada Ellena kalau seisi restoran tersebut sudah dimanipulasi ingatannya oleh dirinya.
Yang kukhawatirkan adalah saat aku menembus penghalang yang dibuat oleh pria itu. Saat penghalang itu jebol, mungkin saja ada orang yang masuk tanpa kuketahui. Setidaknya aku masih bisa merasakan keberadaan orang, tapi aku tidak akan sanggup kalau orang itu menggunakan teknik sihir untuk menyembunyikan keberadaanya.
Dalam skenario terburuk kita akan mati karena situasi yang diluar dugaanku.
"Untuk jawabanmu, saat ini aku ingin meminta Ellena untuk mencari Gorou terlebih dahulu."
"Aku bisa atasi itu, lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Oke. Aku akan jelaskan dari awal..." Setelah menarik napas beberapa saat, aku menjelaskannya.
"Tujuan utama Ellena adalah mencari Gorou. Lalu aku dan Astia juga akan mencari Gorou dan juga mencari informasi terkait pembunuh bayaran itu. Mencari informasi tentang Abyysal Freedom sama saja menghadapi kematian, jadi aku akan memikirkannya kembali nanti. Kalau Ellena sudah bertemu Gorou, kau beritahu aku. Aku dan Astia akan langsung bergegas ke tempatmu."
Ini masih skenario awal, aku sudah memikirkan skenario lainnya. Belum juga ketika ada pertarungan ditengah perjalanan. Ketika rencana kami gagal atau terhambat, aku akan langsung beritahu rencana cadangan ke lainnya.
"Oke aku paham. Tapi kalau rencana ini gagal gimana?"
"Aku sudah memikirkan rencana lainnya, jadi tidak usah khawatir. Oh iya Ellena, apa kau sudah bisa tersambung dengan Gorou?"
Aku sudah memanggil Gorou beberapa kali, tapi masih tidak ada respon darinya. Alat yang kami miliki bisa dibilang di dalam satu jaringan, jadi ketika aku tidak bisa memanggil Gorou maka yang lainnya juga tidak bisa.
"Tidak, aku tidak bisa menjangkaunya. Aku pikir dia dalam area gangguan gelombang sihir."
"Aku harap dia baik-baik saja."
Kriiuuukk!
Ditengah pembicaraan kami, aku mendengar suara yang lumayan keras yang berasal dari perut Astia.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan menghela napas, Astia yang menyadarinya malu dengan wajah memerah.
"Ah! Ini aku tidak! Tidak, aku..."
Aku tahu dia sangat malu karena kami sedang dalam pembicaraan yang serius, tapi aku memakluminya karena topik pembicaraan juga mencapai akhirnya, dan aku juga tahu Astia adalah orang yang seperti itu.
"Yasudah, kita akan keluar mencari makan, lalu pergi menyelesaikan misi kita."
"Baiklah."
Kami bertiga pergi dari penginapan. Pertama, kita akan pergi ke restoran dulu, kami juga membawa peralatan kami masing-masing.
Aku tahu kalau saat ini restoran akan lebih ramai daripada siang tadi. Karena ini sudah malam, para petualang sudah menyelesaikan berpetualangnya dan saatnya istirahat atau mereka akan bersenang-senang untuk meredakan rasa lelahnya. Maka dari itu aku bisa melihat banyak orang di sana, siapa tahu aku bisa mendapatkan informasi.
"Tuan Yuuki, kenapa kita tidak membawa tas kita? Apa kita sudah cukup hanya membawa pedang saja dan beberapa ramuan?"
Astia bertanya karena kebingungannya, tapi aku cuma punya alasan yang simpel.
"Barang-barang yang kubuat ketika baru sampai kota ini sudah aku jual, jadi di dalam tas hanya ada sisa daging dan beberapa ramuan berenergi, dan akhirnya aku bawa ramuan itu. Jadi tidak ada untungnya kalau membawa dagingnya. Yah sebenarnya aku hanya mengeluh karena berat sih."
"Oh begitu. Aku mengerti. Jadi berapa sisa ramuannya?"
"Hanya dua."
"Dua?! Aku tidak dibagi?" Ellena berteriak tiba-tiba, aku tidak tahu apa yang dia keluhkan, tapi hanya ini yang kusisakan.
"Tentu saja tidak, kau kan itu sudah profesional dan kami masih amatir. Lalu apa alasanku memberikannya padamu? Dan juga kau itu kan penyihir jadi kau tidak butuh."
Mendengar jawabanku Ellena hanya cemberut. Lalu aku mengalihkan pandanganku ke arah kota.
Di setiap kota saat malam mungkin akan ada beberapa keindahan di dalamnya. Aku selalu menikmati cahaya kota dari gelapnya malam, selama tidak akan keributan yang akan mencemari keindahan ini aku akan selalu menikmatinya dengan tenang. Di dalam sisi gelapnya kekaisaran ada juga sisi yang seperti ini juga yah.
"Kita sampai."
Akhirnya kita sampai di restoran yang aku, Astia dan Ellena datangi tadi siang. Sebenarnya wajah kami masih belum dikenal karena manipulasi pikiran Ellena sehingga wajah kami masih dikenal sebagai orang asing di kota ini. Jadi wajar saja kalau kejadian tadi siang akan terulang kembali.
Itulah yang kupikirkan. Hanya orang bodoh yang akan membuat keributan di malam hari. Aku pikir mereka tidak akan sanggup marah-marah karena mungkin mereka para petualang capek karena bertualang.
Lagipula ada aku di sini, aku tidak akan membiarkan mereka mengganggu makan malam kami yang normal.
"Nah di sana ada tempat duduk yang kosong."
Kami menemukan tempat duduk yang cukup untuk kami bertiga. Keadaan di sini cukup ramai sehingga kami sedikit kesulitan mendapatkan tempat duduk.
Situasi di sini sudah seperti restoran pada umumnya. Sepertinya mereka sudah merapihkan tempat duduk yang ada di sini setelah kami berbuat kekacauan tadi. Tapi aku masih melihat sebuah kerusakan di tempat meja konter, yang kutahu itu bekas tubuh Anderson yang menabrak setelah diserang Astia. Setelah beberapa lama yang telah kami lewati bersama, kemampuan Astia semakin pesat.
Lalu, berkat Ellena yang telah memanipulasi ingatan pengunjung restoran tentang kekacauan tadi siang, kami bisa terhindar dari keributan yang akan datang. Di dalam hatiku aku memujinya.
"Ellena, masih berapa uang diberi Azaka?"Tanyaku.
"Apa itu pantas membicarakan itu di sini?"
"Apa masalahnya? Apa setelah aku menanyaimu tentang uang itu apakah uang itu akan dicuri dari tanganmu? Kalau itu terjadi, kau akan menjadi tidak berguna, kau tahu."
"Omongan mu jahat sekali Yuuki. Tapi itu tidak akan terjadi."
Aku di sini tidak menyebut nama Raja Azaka dengan gelarnya, karena aku masih waspada dari orang yang bisa menguping kami.
"Ngomong-ngomong uangnya masih cukup banyak. Kira-kira uangnya bisa memberi kita makanan porsi penuh hingga setahun penuh."
"Baguslah kalau begitu. Kalau begitu malam ini kita bisa makan sepuasnya. Tentu saja ini berita baik untuk Astia kan?"
Aku menoleh ke arah gadis yang suka makan yang berada di sampingku, dia sampai malu-malu ketika aku menggodanya.
"Tuan Yuuki, apa yang kamu katakan? Aku tidak begitu."
"Jujur saja Astia, aku tidak akan membuamu berhutang padaku kok, jadi tenang saja. Pelayan!"
Aku memanggil pelayan yang masih mondar-mandir mengantar pesanan.
"Ya, tuan? Apa tuan sudah memutuskan pesanannya?"
Setelah membaca menunya tetap saja aku masih sulit memahami tulisannya. Jadi apa boleh buat.
"Ya, aku memesan pesanan yang paling enak di tempat ini, apa kau sudah mempunyai rekomendasinya?"
"Ya, tentu saja, tuan. Aku akan membawakan pesanan yang tuan minta."
"Baiklah. Jadi apa yang akan kalian pesan?"
Mataku tertuju kepada kedua gadis ini, sepertinya Ellena sudah membuat keputusan jadi aku akan membiarkannya. Tapi Astia masih kesulitan memilih. Apa ini karena aku yang terlalu memaksakan makanan yang harus dia makan ya? Sehingga dia tidak bisa membuat pilihannya sendiri.
"Mmm. Aku pilih yang ini."
Aku tidak tahu apa yang Ellena pilih. Sepertinya dia memesan semacam daging yang bersaus.
"Ada lagi?"
"Apa yang akan kamu pesan Astia?"
Setelah aku menanyainya dia menjadi panik, dia masih kebingungan hanya karena memilih makanan.
"Pilih saja apa yang kamu suka Astia." Ellena juga memberikan saran.
"Ya, ya... Baiklah, aku pilih yang ini."
Yang paling murah? Aku yang tidak mengerti tulisan di dunia ini saja bahkan tahu tentang nominal harganya. Aku tidak tahu apakah memang itu yang dia suka, atau dia masih canggung dengan situasi tadi atau bahkan itu memang kebiasaannya.
"Baiklah, mohon ditunggu pesanannya. Semua menjadi satu keping perak."
Ellena memberi uangnya, lalu pelayan itu pergi dari kami. Selain itu, aku ingin tahu apa yang dipikirkan Astia.
"Astia, aku ingin bicara denganmu."
"Ya?"
"Astia, mulai sekarang kamu harus membuat pilihanmu sendiri, tanpa harus memedulikan perasaanku. Lakukanlah apa yang menurutmu benar, Astia. Aku bisa saja salah, jadi buatlah pilihanmu sendiri tanpa harus menunggu dari perintahku. Jika kamu kesulitan, kamu bisa memulai dari hal yang kecil, misalnya dalam memilih makanan yang kamu suka.
Di saat aku berbicara dia seperti anak yang penurut. Tanganku ingin mengelus kepalanya, tapi aku tidak ingin membuatnya risih terhadapku.
"Aku mengerti Tuan Yuuki. Maafkan aku, aku menunjukkan sifat burukku. Tapi tentang sarannya, aku terima kasih."
Aku hanya bisa terdiam melihat sikap hormatnya sambil membungkuk kepadaku. Aku tidak tahu tentang perasaannya kepadaku, tapi dia baik kepadaku.
Aku kemudian kembali bersikap normal dan menutup mata.
"Oh? Kau lagi malu ya Yuuki? sepertinya kau baru saja melihat untuk pertama kalinya Astia bersikap seperti ini kepadamu."
"Apa alasanmu?"
"Perubahan eksepresimu mungkin. Dari tadi aku memerhatikanmu lho..."
"Daripada kau memerhatikan aku, mending kau fokus memerhatikan orang lain saja, siapa tahu kau bisa menemukan orang yang mencurigakan."
"Oh, kau mulai mengalihkan topik ya?"
Aku tidak ingin menjawab keraguan Ellena, sementara itu makanan sudah datang.
"Pesanan datang."
Pelayan itu mengantarkan pesanan kami, kemudian menghidangkan makanannya, lalu dia pergi setelah itu.
Pembicaraan kami mulai terhenti ketika kami makan. Sebenarnya makanan yang kupesan ini enak, tapi karena daritadi aku masih waspada, makanya aku tidak fokus menikmati makanannya.
Tiba-tiba aku merasakan kehadiran orang yang menuju ke arah tempat duduk kami.
つづく
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments