The Ultimate Soulmate
"Siapa aku untukmu?" satu pertanyaan yang terlontar dari bibir dengan senyuman termanis itu membuatku memejamkan kedua mataku. Entah kenapa, hatiku terasa perih mendengar suara lirihnya yang berbisik di telingaku. Min Yongju, rapper yang terkenal sebagai manusia paling dingin, tapi juga kakak sepupuku dan satu-satunya orang yang paling perhatian padaku, selama ini, selalu berhasil menekan perasaannya, bahkan sampai ia memutuskan meninggalkan rumah untuk melupakan perasaanku. "Hentikan!" potongku dengan cepat sebelum sepupuku itu melanjutkan perkataannya, seraya melepaskan diriku dari pelukannya, pelukan ternyaman yang sejak dulu selalu menjagaku. Sekali lagi, aku menghindar, bukan darinya, tapi dari diriku sendiri yang memang sudah lebih dulu jatuh dalam kasih sayangnya.
Aku teringat kembali perkataannya, saat aku lebih dulu menyatakan perasaan terlarangku ini pada kakak sepupuku itu. Saat itu, aku bertanya hal yang sama pada Yongju, "Siapa aku untuk oppa dan bagaimana perasaan oppa padaku?" sebuah pertanyaan bodoh dari seorang adik sepupu yang masih terlampau polos dan belum mengerti arti kata "cinta" itu sendiri. "Tentu saja, kau adikku! Jadi, aku mohon setelah ini, jangan menanyakan pertanyaan konyol seperti ini lagi!" jawab Yongju tegas. Namun, sesungguhnya di dalam hatinya, ia kembali melanjutkan kalimatnya, "Karena itu juga pertanyaan yang kumiliki dan aku tidak ingin mengetahui jawabannya."
Sepeninggal cinta pertamaku, aku sering bertanya, "apa nanti aku bisa menemukannya, seorang pria yang benar-benar mencintaiku setulus dirimu? Siapa jodohku nanti? Dan ada berapa nama yang harus aku temui sampai aku menemukan satu nama terakhir yang akan menjadi jodohku itu? Tapi sepertinya, namamu tidak akan pernah bisa menjadi salah satunya! Andai saja, aku bisa meminta pada Tuhan, tolong, beritahu aku, namanya! Atau tolong, katakan padaku semua namanya yang sebaik dirinya! Dan jika seandainya aku dijawab dengan beberapa nama belaka... Bukankah itu akan sangat membantuku memilih dan menjalaninya, mungkin, atau mungkin juga, tidak!" racauku saat mabuk di hadapan bocah menyebalkan yang selalu memanggilku "noona".
Jeon Junghwa, salah satu member dari group idol yang sedang naik daun ini sudah seperti adikku sejak Yongju mengenalkan juniornya yang berwajah imut ini padaku. Seperti seorang adik laki-laki kebanyakan, pemuda yang dua tahun lebih muda dariku ini, sikapnya selalu manja dan menyebalkan, tapi juga selalu ada setiap kali dibutuhkan. "Iya, hanya Tuhan yang tahu jawabannya dan tugas noona untuk mencari jawabannya. Jika semua orang tahu jawabannya dengan mudah, Tuhan tidak akan menciptakan semua kisah cinta yang berbeda-beda itu. Bukankah semua itu agar noona sendiri yang memilih yang terbaik di antara mereka?", perkataan Junghwa seolah menampar telak wajahku yang lebih dulu dan terlalu sering merasakan rasa sakit dari kisah cinta itu sendiri. "Ck, tahu apa kau, bocah!" balasku tidak terima.
Awalnya, untuk melupakan perasaanku pada Yongju, aku menerima pernyataan cinta yang aku terima untuk pertama kalinya dalam hidupku dan itu dari Kim Namgil, salah satu kakak kelas yang populer di sekolah baruku. Aku bahkan tidak menduganya sama sekali, aku pada akhirnya, bisa merasakan juga hubungan asmara di bangku sekolah yang begitu manis. Namun, selayaknya sebuah prolog cerita, halaman kisah pertamaku tak lah berlangsung lama. Selama bersama Namgil, aku mengenal sahabatnya, Kim Daehyun, seorang kakak kelas paling populer yang luar biasa tampan dan seksi, serta terkenal playboy dan fuckboy.
Dengan bodohnya, aku pun tersihir pesona Daehyun yang mematikan. Aku jatuh cinta padanya. Tapi aku yang polos, tidak tahu bahwa selain kata "bahagia" yang menyertainya, dibalik kata "cinta" selalu ada kata "sakit" yang bersembunyi. Bagaimana jika cinta terbesar merupakan suatu kesalahan? Karena aku tidak begitu yakin, apakah di mata Daehyun, aku hanya sebuah mainan atau tidak lebih dari sekedar seekor hewan peliharaan bodoh yang selalu menurut padanya karena dengan polosnya aku memberikan segalanya. Daehyun berhasil merenggut mahkotaku dan dengan sadisnya, setelah membuatku jatuh cinta terlalu dalam serta puas mempermainkan hati dan tubuhku, ikatan di antara kami, terpaksa putus di tengah jalan.
Hal yang membuat Yongju menyesal, "ini salahku... Seharusnya, aku tidak menyerah padamu. Seharusnya, aku tidak pernah melepaskanmu. Seharusnya, aku melindungimu," ucapnya maju mendekatiku kembali. Tapi kali ini, aku yang sudah berkenalan dengan rasa sakit, malah memundurkan lagi langkahku karena aku sudah mengerti bahwa hubungan di antara kami juga hanya akan meninggalkan luka. Sebuah langkah yang membuat penyesalan seumur hidupku karena saat aku meninggalkannya, aku benar-benar kehilangan pelukan ternyaman dan senyuman termanis itu. Aku terpuruk hingga depresi. Berjuang bangkit dari rasa sesal akan kehilangan. Namun, belum hilang seluruh laraku, undangan pernikahan Daehyun kembali membuatku menangis.
Tidak ingin terpuruk, aku pun mencoba beralih ke lain hati yang ditawarkan Jung Hyunwo dengan tulus untukku. Seorang teman yang periang, humble dan hangat. Anehnya, sebuah pertanyaan selalu muncul dalam hatiku, "Bagaimana dengan perasaanku padanya? Sebenarnya, aku benar-benar merasa baik, tapi sedikit tidak nyaman!" pikirku setiap kali bersama Hyunwo. Aku pun memutuskan untuk tidak membohongi perasaanku dan mengakhirinya. Namun, di saat aku memilih untuk menyibukkan diri dengan menyelesaikan pendidikanku sambil terus berusaha melupakan semuanya, iblis tampan itu kembali menampakan dirinya dan menyakitiku lagi, membuat cintaku semakin berubah menjadi kebencian untuknya. Kemudian, takdir dari pertemuan kembali itu menuntunku bertemu lagi dengan teman lama yang menolongku saat aku melarikan diri dari iblis gila itu.
Park Jiwon, menghiburku dengan sikap manis dan konyolnya dan membuatku lebih banyak tertawa daripada sebelumnya, serta mengalihkan hatiku dalam sekejab. Hingga akhirnya, aku dan dirinya pun berhasil menjadi satu dalam sebuah pernikahan, meski kami harus menentang penolakan kedua orangtuaku. "Dengan cinta semua akan indah, meski susah," pikirku yang memilihnya di atas segalanya. Namun seiring berjalannya waktu, ada begitu banyak yang terjadi dalam rumah tangga kami sampai aku bimbang dengan keputusan yang harus aku ambil, "teruskan atau berhenti?" Aku kembali depresi, bahkan lebih berat dari sebelumnya, sampai aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Meninggalkan dunia yang hanya memberikan rasa sakitnya untukku.
Seseorang datang menemukanku yang tak berdaya melawan rasa sakit ini. Memelukku dan memberikan rasa yang sama dengan pelukan ternyaman yang sudah lama menghilang. "Apa noona mau mati, hah! Apa noona ingin pergi meninggalkanku juga! Aku mohon, bertahanlah!" teriaknya yang samar-samar masih bisa kudengar, tanpa aku bisa melihat bagaimana ekspresinya saat itu. Tuhan berkehendak lain, aku masih bernafas karena bocah tengil itu menyelamatkanku. Aku kembali menata hidupku bersama buah hatiku yang menjadi satu-satunya alasanku untuk tetap hidup. Lagi-lagi, di luar rencanaku, aku kembali mendapatkan sebuah lamaran dari Kim Seojun, pria tampan lainnya dalam hidupku, yang merupakan calon suami pilihan orang tuaku.
Butuh waktu lama, untukku keluar dari mimpi buruk pernikahan dan bayang-bayang perceraian, sebelum menerima lamaran dari pria sopan dan yang jelas lebih dewasa dariku itu. Tapi lagi-lagi, aku merasakan sakitnya. Seolah-olah, Seojun lupa janjinya saat memulai hubungan ini. Perselingkuhan, selalu menjadi hal yang benar-benar menyakitkan daripada perpisahan, bahkan dengan cerita yang sama seperti kisahku yang terdahulu. Kini, semua seperti omong kosong bagiku. Hidup dan cinta benar-benar mempermainkan dan menyakitiku.
Kembali terjatuh dalam rasa sakit membuatku sering menghanyutkan diri dengan minuman, bersama seseorang yang selalu memaksa menyempatkan diri untuk menemaniku. "Apa hidup memang semenyakitkan ini? Tidak adakah kebahagiaan yang tersisa untukku?" lirihku putus asa bersandar di bahunya yang selalu terasa nyaman. "Noona, apa kau tahu yang keluar dari dirimu saat kau mabuk?" tanyanya yang selalu menjadi teman minumku. Aku yang sudah mabuk hanya bisa mengerjapkan mataku memandang wajah imutnya yang kini sudah berubah semakin tampan. "Seperti ketidakdewasaan seorang Lee Hana," ucapnya seraya menatap lekat wajah cantikku, "dan aku menyukainya!" bisiknya seductive sebelum menyambar bibirku dengan lembut.
"Aku tidak pantas untukmu. Kau sendiri tahu semua kekuranganku. Kau tidak akan mendapatkan apapun dariku. Dunia tidak akan bisa menerima ini," ucapku tanpa lelah. Aku menolak dengan tegas saat bocah menyebalkan, yang entah sejak kapan, tanpa aku sadari, kini sudah berubah menjadi seorang pria dewasa itu menyatakan cintanya padaku. "Waktu memang tidak bisa diputar kembali, tapi aku tidak menyesal dengan semua yang sudah terjadi dalam hidupku, bahkan mungkin aku sudah muak dengan yang namanya cinta!" ucapku pada diriku sendiri. "Begitu mudahnya aku jatuh pada pria yang mengatasnamakan cinta, sampai aku jijik dengan diriku sendiri. Kali ini, aku ingin sendiri," putusku dengan tekad yang bulat.
Tapi, ada sesuatu yang membangkitkan kenangan buruk itu lagi. Tanpa aku harapkan, dua pria dalam masa laluku, kembali menampakan batang hidungnya dengan alasan tiga suku kata dari sebuah nama dan kata depan yang merupakan marga itu harus ada sebelumnya untuk anakku. Seseorang tiba-tiba menggenggam tanganku, "Jadi, aku bertanya sekali lagi, apa benar aku ayah kandungnya? Katakan semuanya padaku, sayang! Jika iya, aku akan segera menikahimu," tanya pria yang nyatanya tidak bisa berpaling dariku dan selalu berhasil menyihirku dengan pesona tatapannya. Sedangkan, di sisi lain, ada seseorang yang juga meraih tanganku, "Aku sudah mengubah hidupku lebih baik. Sekarang, aku bisa membahagiakanmu dan anak kita. Jika kau mau, kita bisa memulainya lagi dari awal dan aku akan berjanji akan bersikap lebih baik. Aku bersumpah, tidak akan peduli lagi, dia anakku atau bukan karena sejak awal akulah yang dia panggil ayah," janji pria yang sudah meninggalkanku dan kini kembali dengan kuasanya.
Seseorang yang lain datang memelukku dari depan, "Mengertilah, aku tidak akan pernah melepaskanmu! Akan kuberikan semuanya padamu, harta juga cintaku, bahkan sampai aku mati, asal kau bertahan di sisiku. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Akan aku buang semuanya untukmu. Aku mohon, maafkan aku," kata pria yang masih bersikeras mempertahankan kepemilikannya atasku, tanpa mau melonggarkan sedikitpun pelukannya. Kemudian, sebuah suara familiar hadir dari belakangku, sebuah perkataan yang sama persis di telingaku dan membuatku merasakan dejavu. "Jangan menipu dirimu sendiri lagi! Jujurlah dengan perasaanmu sendiri! Jangan malu pada dunia! Jangan munafik atau berpura-pura jahat pada perasaanku!" ucapnya lembut.
Lalu, kemana aku harus mengarahkan barometerku? Tetap bertahan menuruti permintaan orang tua untuk menikah dengan pria pilihan terbaik mereka, meski tahu satu tangannya menggenggam tangan wanita lain. Atau kembali dengan pria yang datang kembali atas nama anak istri dan sumpahnya untuk berubah serta masa depan yang sudah bisa ia janjikan untuk membahagiakanku. Atau bahkan memilih pria yang muncul dengan pesona yang semakin diluar nalar dan kuasanya yang besar, serta nyatanya masih menguasai separuh hatiku, terlebih jika ia adalah ayah kandung dari anakku. Atau pada pria yang selalu memberikan bahunya dengan tersenyum hangat ketika aku menangis dan masih setia menunggu jawabanku tanpa berani menjanjikan masa depan padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments