Sisi Lain Arya Wijaya

Arya terus berlari mengejar Arkadewi yang tak memperdulikan panggilannya. Dia terlihat marah karena merasa dipermainkan oleh Arya.

"Nona, sudah berapa kali aku jelaskan padamu aku tidak berniat mempermainkanmu. Aku hanya memintamu menjahit pakaianku". Arya akhirnya berhasil menyusul Arkadewi dan menarik lengannya.

"Caramu meminta itu menjijikan". Arakadewi terus berjalan menjauhi Arya. "Jangan ikuti aku!". Bentak Arkadewi.

Mendapat bentakan Arkadewi membuat nyali Arya ciut, dia menghentikan langkahnya untuk mengejar Gadis itu. "Kalian para pendekar sama saja! itulah yang membuatku membenci seluruh pendekar dunia persilatan terutama pendekar yang kalian agung agungkan sebagai pendekar terbaik dimasanya Sabrang damar!. Andai dia tidak pernah dilahirkan didunia ini!". Arya Wijaya mengepalkan tangannya, tubuhnya bergetar seperti menahan amarah.

"Sebaiknya aku mencari tempat yang lebih terpencil lagi". Arya melangkah gontai kearah berlawana dengan Arkadewi.

Arya menghentikan langkahnya ketika kembali merasakan aura yang cukup besar mendekat kearah Arkadewi.

"Perasaan ini? siapa pemilik aura sebesar ini". Arya sempat ragu untuk mengejar Arkadewi namun akhirnya dia memutuskan mengejarnya.

"Siapapun pemilik aura ini jelas mengincar nona itu". Arya mengumpat dalam hati, dia kembali mengingat ucapan suara misterius yang selalu muncul dikepalanya.

(Semakin kau menghindari dunia persilatan maka semakin kau masuk kedalamnya).

"Sial! nona itu dalam bahaya". Arya berlari sekuat dia mampu kearah Arkadewi menghilang.

***

Arkdewi memperlambat langkahnya sambil sesekali menoleh kebelakang. "Apakah aku terlalu keras padanya".

Arkadewi sedikit merasa bersalah pada pemuda yang sudah berkali kali menyelamatkan nyawanya itu. Pemuda itu mungkin bodoh dan ceroboh namun tidak sedikitpun Arkadewi merasa Arya memiliki niat buruk padanya.

"Apa aku harus meminta maaf padanya?". Gumamnya dalam hati. Dia menghentikan langkahnya bingung, bagaimanapun tanpa bantuan Arya dia pasti sudah meregang nyawa akibat racun mawar hitam.

Satu yang Arkadewi akhirnya sadari, ini pertama kalinya dia diperlakukan dengan baik tanpa memandang statusnya sebagai anak dari ketua perguruan aliran putih terbesar.

Sebuah serangan anak panah mengarah padanya saat dia sedang berfikir. Arkadewi mencabut pedangnya dan melompat menghindar namun dari arah belakang sebuah pukulan menghantamnya telak. Tubuhnya terdorong dan ambruk tak jauh dari munculnya seorang pendekar tengkorak merah.

"Kau memang pantas menjadi anak tua bangka itu, sangat sulit mengejarmu". Rajendra tersenyum dingin.

"Bagaimana kau....". Arkadewi tersentak kaget melihat Rajendra muncul dihadapannya.

"Bisa melacakmu? kau benar benar meremehkan perguruan tengkorak merah. Aku bisa menemumanmu walau kau beesembunyi diujung lubang semut sekalipun".

Arkadewi tersenyum kecil, ada sedikit rasa lega dalam dirinya karena Arya tak ada didekatnya. Arkadewi yakin hari ini ada yang akan mati antara dirinya atau Rajendra. Dia bernafas lega karena tidak melibatkan Arya lebih jauh dalam pertempurannya.

"Jika kalian memang sangat ingin menangkapku maka lakukan jika kalian mampu". Arkadewi memutar sedikit pedangnya dan mulai menyerang Rajendra dengan sekuat tenaga.

"Ayah ingin aku pulang bukan? maka mayat putrimu ini akan pulang". Arkadewi menggigit bibirnya sambil terus menyerang lawan yang kemampuannya jauh diatasnya.

Arkadewi sudah pasrah, dia bergerak sesuai insting bertarungnya. Tak ada rasa takut maupun beban, semua menyatu dengan tarian pedangnya.

"Gerakan pedangnya menjadi lebih berbahaya, apa yang terjadi padanya selama beberapa hari ini". Rajendra yang sedikit kesulitan mengimbangi kecepatan serangan Arkadewi sedikit terkejut dengan peningkatan kemampuan Arkadewi.

Dalam waktu singkat mereka telah bertukar puluhan jurus. Kecepatan Arkadewi kini sedikit lebih unggul namun kematangan bertarung membuat Rajendra perlahan mampu mengimbangi bahkan mulai mendesak Arkadewi.

"Untuk seorang gadis kecil kemampuanmu sangat mengagumkan". Rajendra meningkatkan kecepatannya dan dalam waktu singkat mampu mendaratkan beberapa tebasan ditubuh Arkadewi.

"Dunia persilatan tidak seindah sangkarmu di Padepokan angin biru". Tubuh Rajendra tiba tiba muncul dibelakang Arkadewi dan melepaskan serangan bertubi tubi pada gadis itu.

Arkadewi seketika ambruk ketanah dengan beberapa luka biru menghiasi tubuhnya. Rajendra memang menyerang menggunakan punggung pedangnya karena mendapat perintah untuk membawa Arkadewi hidup hidup.

"Bawa dia, kita harus cepat pergi sebelum tua bangka itu mengirim bantuan untuk menolongnya". Rajendra menyarungkan pedangnya.

"Baik tuan". Beberapa pendekar terlihat mengangkat tubuh Arkadewi dan mulai mengikatnya.

"Lepaskan aku!". Arkadewi meronta sekuat tenaga. Arkadewi awalnya yakin akan mati ditangan Rajendra namun Rajendra tidak berniat membunuhnya.

Arkadewi mencoba menggigit lidahnya untuk bunuh diri sebelum sebuah totokan membuat tubuhnya kaku.

"Tak akan kubiarkan kau membunuh dirimu sendiri nona". Rajendra tertawa puas.

Arkadewi hanya bisa menangis sejadi jadinya karena saat ini tak ada yang bisa membantunya lepas dari cengkraman Rajendra, salah satu pendekar kuat tengkorak merah.

"Aku bahkan tak sempat meminta maaf padanya". Arkadewi terus menangis.

"Lepaskan dia". Sebuah suara menghentikan langkah Rajendra dan beberapa pendekar tengkorak merah. Rajendra menatap tajam pemuda yang terlihat berkeringat karena berlari.

"Apa kau bilang tadi?". Rajendra melepaskan aura hitam pekat yang membuat Arya menelan ludahnya.

"Lepaskan gadis itu". Suara Arya sedikit bergetar. Arya mengumpat dalam hati, dia merasa tindakannya kali ini benar benar bodoh. "Bagus, sekarang kau akan mati dengan tenang". Ujar Arya pada dirinya sendiri.

Arkadewi berusaha berteriak pada Arya namun suaranya tidak dapat keluar dari mulutnya "Harusnya dia pergi saat ada kesempatan, dia bukan lawan seimbang untukmu". Gumamnya dalam hati.

"Aku tidak tau siapa dirimu nak namun harusnya kau pura pura tidak melihat, itu jauh lebih baik untuk dirimu". Rajendra memberi tanda pada pendekar disekitarnya untuk bersiap melumpuhkan Arya.

Ketika dua pendekar tengkorak merah mulai menyerang, tak ada pilihan bagi Arya selain menyambutnya dengan kayu yang ada digenggaman nya.

Dia terus mengingat setiap gerakan jurus di kitab yang dibacanya namun gerakan dua pendekar itu begitu cepat membuatnya terdesak. Lemahnya kuda kuda Arya membuat gerakannya begitu mudah dibaca. Dalam beberapa tarikan nafas dua pendekar itu sudah memberikan luka yang cukup banyak ditubuh Arya.

Saat Arya melompat untuk menjaga jarak tiba tiba sebuah pedang menghujam tubuhnya.

"Aku akui kau cukup membuatku kagum namun sepertinya cukup sampai disini". Rajendra mencabut pedangnya dari tubuh Arya.

"Bagaimana dia berpidah tempat dalam waktu singkat?". Tubuh Arya ambruk ketanah.

"Tidaaaak". Suara jeritan Arkadewi mengagetkan Rajendra.

"Bagaimana dia bisa lepas dari totokanku?". Rajendra melangkah mendekati Arkadewi yang terus meronta.

"Suaramu bisa membuatku dalam masalah". Rajendra kembali menotok tubuh gadis itu.

"Arya.....". Hanya suara lirih itu yang keluar dari mulut kecilnya.

"Apa kau marah dan putus asa? kuberitahu kau satu hal, jika leluhurmu yang melawan mereka maka hanya dalam saru jurus mereka semua sudah meregang nyawa". Suara misterius itu terkekeh mengejek.

"Kau terlalu banyak membual! Jika kau bisa membantuku maka saat inilah saatnya!". Teriak Arya dalam pikirannya.

"Saat ini aku tak bisa membantumu terlalu banyak namun tubuh istimewamu yang akan membantumu menjadi pendekar terkuat! Biarkan tubuhmu bereaksi terhadap kekuatan tersembunyi yang selama ini terpendam. Alirkan keseluruh tubuhmu dan ikuti Instingmu. Lepaskan sesuatu yang mencoba keluar dari tubuhmu dan jangan pernah kau tahan. Saat kau merasakan seluruh tubuhmu hangat mulainya menyerang".

Walaupun Arya bingung dengan apa yang diucapkan suara misterius itu namun dia tetap mengikutinya.

"Sepertinya temanmu sudah mati nona". Rajendra memegang wajah Arkadewi. "Ikutlah dan jangan melawan, aku akan memberimu kesenangan". Rajendra tertawa keras.

Namun tawa Rajendra hanya bertahan sebentar ketika dia merasakan aura yang cukup besar menekannya.

"Anak ini?". Rajendra menoleh keaeah Arya yang menatapnya tajam.

"Aku sudah bicara baik baik namun kau memaksaku". Sebuah pedang terbentuk dari energi tubuh Arya sesaat sebelum tubuhnya menghilang dan muncul dihadapannya.

"Bagaimana dia bisa secepat ini?". Rajendra terpental mundur saat tebasan pedang energi Arya tepat mengenainya.

"Kau tau kenapa aku begitu membenci dunia persilatan dan ilmu kanuragan? Karena aku sadar ada iblis yang bersemayam ditubuhku dan terus berusaha mengambil alih tubuhku. Dia akan semakin kuat saat aku bertambah kuat, ku benar benar melakukan kesalahan mencoba membangkitkannya. Kau tidak tau seberapa menakutkannya sisi iblisku yang bahkan aku sendiripum kadang merasa takut. Kini tak ada pilihan lain bagi kalian kecuali mati ditanganku!". Aura besar meluap dari tubuh Arya sesaat sebelum dia menyerang Rajendra.

Terpopuler

Comments

Nur Tini

Nur Tini

done

2023-10-17

1

Nur Tini

Nur Tini

arka dan arya

2023-10-17

0

Mas Aria

Mas Aria

up nya jgn lupa Thor..sy ga kasih dlu ya nnt klo dah rutin sy like awal lg

2022-08-20

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Arya Wijaya
3 Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4 Kemampuan Arya Wijaya
5 Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6 Kitab Naga Api Abadi
7 Aura aneh Arya Wijaya
8 Sisi Lain Arya Wijaya
9 Sisi Lain Arya Wijaya II
10 Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11 Serat Malwageni
12 Dewi Racun
13 Masa Lalu Dewi Racun
14 Kemunculan Pria Misterius
15 Pendekar Terkuat Masa Lalu
16 Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17 Perkembangan Arya Wijaya
18 Kebangkitan Pusaka Terkuat
19 Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20 Menuju Bukit Cetho
21 Jurus Badai Api Neraka
22 Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23 Kenyataan Masa Lalu
24 Lembah Tanpa Cahaya
25 Hibata
26 Energi Naga Api
27 Air Terjun Lembah Pelangi
28 Arya Kembali
29 Keputusan Arya Wijaya
30 Rubah Putih
31 Jurus Pedang Jiwa
32 Misi mustahil Arkadewi
33 Awal Pengembaraan Arya
34 Rencana Arya Wijaya
35 Tinju Kilat Hitam
36 Pertemuan kembali
37 Rencana yang dibuat Wardhana
38 Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39 Membunuh tanpa Ampun
40 Prajurit rambut putih
41 Arkadewi dalam Bahaya
42 Kemarahan Arya Wijaya
43 Kelompok Latimojong
44 Undangan Rubah Putih
45 Iblis Dalam Tubuh
46 Kekuatan Misterius
47 Keberadaan Sabrang Damar
48 Memasuki Gua Srunggo
49 Memasuki Gua Srunggo II
50 Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51 Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52 Misteri Kematian Wardhana
53 Ruang Dimensi Api
54 Keturunan Wardhana
55 Bangkitnya Mata Terkuat I
56 Bangkitnya Mata Terkuat II
57 Arya vs Tengkorak Merah
58 Pernyataan Cinta Arya
59 Terjebak di Dasar Jurang
60 Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61 Dewi Kematian
62 Pusaka Pisau Naga Emas
63 Perangkap Besar Wardhana
64 Perangkap Besar Wardhana II
65 Tebing Kelam Dieng
66 Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67 Masa Lalu Arya
68 Pengumuman
69 Keberadaan Wardhana
70 Pertemuan Kembali
71 Pertemuan Kembali II
72 Pusaka Terakhir
73 Pengkhianat Malwageni
74 Tawaran Kerjasama
75 Sebuah Rencana Besar
76 Dunia Tak Bertuan
77 Lembah Merah Dieng
78 Pendekar Sayap Iblis
79 Wardhana Mulai Bergerak
80 Sabrang vs Li You Fei I
81 Sabrang vs Li You Fei II
82 Masa Lalu Emmy
83 Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84 Kekuatan Lingga
85 Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86 Jalan Hidup Arkadewi
87 Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88 Jebakan Arkadewi
89 Pesan Yasha Wirya
90 Wisanggeni
91 Tengkorak Merah Menyerang
92 Sabrang vs Tara Jingga
93 Kitab Sabdo Loji I
94 Kitab Sabdo Loji II
95 Mata Bulan Moris
96 Rahasia Gerbang Kedelapan
97 Moris vs Lakeswara I
98 Moris vs Lakeswara II
99 Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100 Ruh Suci Penjaga Nusantara
101 Pendekar Misterius di Masa Lalu
102 Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103 Sabrang vs Lakeswara I
104 Sabrang vs Lakeswara II
105 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107 Latihan Aneh Arya Wijaya
108 Kekuatan Alami Arya
109 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113 Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114 Rencana Besar Jaka Buana
115 Rencana Besar Dimulai
116 Arkadewi Dalam Bahaya
117 Bunga Cahaya Perak
118 Lingga vs Pendekar Sula Geni
119 Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120 Ketua Bunga Cahaya Perak
121 Ketua Bunga Cahaya Perak II
122 Arkadewi vs Jaka Buana I
123 Arkadewi vs Jaka Buana II
124 Arkadewi vs Jaka Buana III
125 Arkadewi vs Jaka Buana IV
126 Arkadewi vs Jaka Buana V
127 Serangan Balik Arkadewi
128 Bangkitnya Cakra Loji
129 Sabrang Terdesak
130 Kekuatan Jaka Buana
131 Ingatan Naga Api
132 Api Suci Sula
133 Api Suci Sula II
134 Dimensi Pusat Waktu
135 Pesan Misterius dari Masa Lalu
136 Sang Penjaga Alur Waktu
137 Jebakan Jaka Buana
138 Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139 Bulan Darah I
140 Bulan Darah II
141 Bulan Darah III
142 Bulan Darah IV
143 Bulan Darah V
144 Bulan Darah VI
145 Bulan Darah VII
146 Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147 Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Prolog
2
Arya Wijaya
3
Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4
Kemampuan Arya Wijaya
5
Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6
Kitab Naga Api Abadi
7
Aura aneh Arya Wijaya
8
Sisi Lain Arya Wijaya
9
Sisi Lain Arya Wijaya II
10
Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11
Serat Malwageni
12
Dewi Racun
13
Masa Lalu Dewi Racun
14
Kemunculan Pria Misterius
15
Pendekar Terkuat Masa Lalu
16
Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17
Perkembangan Arya Wijaya
18
Kebangkitan Pusaka Terkuat
19
Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20
Menuju Bukit Cetho
21
Jurus Badai Api Neraka
22
Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23
Kenyataan Masa Lalu
24
Lembah Tanpa Cahaya
25
Hibata
26
Energi Naga Api
27
Air Terjun Lembah Pelangi
28
Arya Kembali
29
Keputusan Arya Wijaya
30
Rubah Putih
31
Jurus Pedang Jiwa
32
Misi mustahil Arkadewi
33
Awal Pengembaraan Arya
34
Rencana Arya Wijaya
35
Tinju Kilat Hitam
36
Pertemuan kembali
37
Rencana yang dibuat Wardhana
38
Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39
Membunuh tanpa Ampun
40
Prajurit rambut putih
41
Arkadewi dalam Bahaya
42
Kemarahan Arya Wijaya
43
Kelompok Latimojong
44
Undangan Rubah Putih
45
Iblis Dalam Tubuh
46
Kekuatan Misterius
47
Keberadaan Sabrang Damar
48
Memasuki Gua Srunggo
49
Memasuki Gua Srunggo II
50
Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51
Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52
Misteri Kematian Wardhana
53
Ruang Dimensi Api
54
Keturunan Wardhana
55
Bangkitnya Mata Terkuat I
56
Bangkitnya Mata Terkuat II
57
Arya vs Tengkorak Merah
58
Pernyataan Cinta Arya
59
Terjebak di Dasar Jurang
60
Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61
Dewi Kematian
62
Pusaka Pisau Naga Emas
63
Perangkap Besar Wardhana
64
Perangkap Besar Wardhana II
65
Tebing Kelam Dieng
66
Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67
Masa Lalu Arya
68
Pengumuman
69
Keberadaan Wardhana
70
Pertemuan Kembali
71
Pertemuan Kembali II
72
Pusaka Terakhir
73
Pengkhianat Malwageni
74
Tawaran Kerjasama
75
Sebuah Rencana Besar
76
Dunia Tak Bertuan
77
Lembah Merah Dieng
78
Pendekar Sayap Iblis
79
Wardhana Mulai Bergerak
80
Sabrang vs Li You Fei I
81
Sabrang vs Li You Fei II
82
Masa Lalu Emmy
83
Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84
Kekuatan Lingga
85
Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86
Jalan Hidup Arkadewi
87
Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88
Jebakan Arkadewi
89
Pesan Yasha Wirya
90
Wisanggeni
91
Tengkorak Merah Menyerang
92
Sabrang vs Tara Jingga
93
Kitab Sabdo Loji I
94
Kitab Sabdo Loji II
95
Mata Bulan Moris
96
Rahasia Gerbang Kedelapan
97
Moris vs Lakeswara I
98
Moris vs Lakeswara II
99
Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100
Ruh Suci Penjaga Nusantara
101
Pendekar Misterius di Masa Lalu
102
Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103
Sabrang vs Lakeswara I
104
Sabrang vs Lakeswara II
105
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107
Latihan Aneh Arya Wijaya
108
Kekuatan Alami Arya
109
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113
Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114
Rencana Besar Jaka Buana
115
Rencana Besar Dimulai
116
Arkadewi Dalam Bahaya
117
Bunga Cahaya Perak
118
Lingga vs Pendekar Sula Geni
119
Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120
Ketua Bunga Cahaya Perak
121
Ketua Bunga Cahaya Perak II
122
Arkadewi vs Jaka Buana I
123
Arkadewi vs Jaka Buana II
124
Arkadewi vs Jaka Buana III
125
Arkadewi vs Jaka Buana IV
126
Arkadewi vs Jaka Buana V
127
Serangan Balik Arkadewi
128
Bangkitnya Cakra Loji
129
Sabrang Terdesak
130
Kekuatan Jaka Buana
131
Ingatan Naga Api
132
Api Suci Sula
133
Api Suci Sula II
134
Dimensi Pusat Waktu
135
Pesan Misterius dari Masa Lalu
136
Sang Penjaga Alur Waktu
137
Jebakan Jaka Buana
138
Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139
Bulan Darah I
140
Bulan Darah II
141
Bulan Darah III
142
Bulan Darah IV
143
Bulan Darah V
144
Bulan Darah VI
145
Bulan Darah VII
146
Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147
Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!