"Apa tidak ada cara lain untuk mengobati luka dalamnya paman? untuk seorang pemuda berbakat sepertinya sangat disayangkan jika dia tidak bisa belajar ilmu kanuragan". Ucap Arkadewi pelan. Dia benar benar merasa bersalah pada Arya Wijaya.
Walaupun Arya wijaya selalu mengatakan sangat membenci dunia persilatan dan isinya namun Arkadewi sempat melihat mata Arya bersemangat ketika bertarung dengan Rajendra.
Abimanyu menggeleng pelan "Aku tidak yakin apakah ada yang mampu mengobatinya namun kudengar ada salah satu perguruan tersembunyi di bukit Cetho bernama Perguruan Bintang langit yang konon mampu menyembuhkan luka dalam separah ini tapi sampai saat ini perguruan kuno itu belum pernah ada yang menemukannya. Apakah Bintang langit benar benar ada atau tidak".
"Bukit Cetho?". Arkadewi mengernyitkan dahinya. Dia seperti pernah mendengar nama itu dari ayahnya.
"Bukit itu berada diujung wilayah Majapahit, tempat yang biasa digunakan Yang mulia Raja Kertarajasa Jayawardhana tirakat dan bertapa. Sedikit mustahil bagi kita untuk masuk karena tempat itu dijaga prajurit Majapahit".
"Apa paman tidak bisa mengusahakannya? paman kan orang kepercayaan tuan Adipati". Rengek Arkadewi.
"Nona, ada batasan untuk wilayah wilayah yang menjadi tempat persinggahan Yang mulia raja, bahkan tuan Adipati pun tak mampu menembus tempat itu".
Wajah Arkadewi menjadi cemberut setelah mendengar ucapan Abimanyu. Dia tidak mungkin datang ke keraton Majapahit dan meminta Raden Wijaya mengijinkan mereka masuk bukit Cetho.
"Aku harus masuk diam diam dan mencari keberadaan perguruan bintang langit". Gumamnya dalam hati.
"Nona tak perlu khawatir, saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan nyawanya dulu. Aku sudah meminta tabib kerajaan kenalanku untuk memeriksanya, mungkin tak lama lagi kita akan mengetahui kondisinya". Abimanyu berusaha menenangkan gadis dihadapannya.
Saat mereka sedang asik berbicara tiba tiba pintu kamar Arkadewi diketuk.
"Tuan Abimanyu, tabib Gondo ingin bicara dengan anda".
"Baik, aku segera menemuinya". Jawab Abimanyu.
"Sepertinya temanku telah selesai mengobati pemuda itu, ikutlah denganku agar kau ikut mendengar kondisi temanmu".
"Baik paman". Jawab Arkadewi bersemangat.
Abimanyu dan Arkadewi terlihat berjalan memasuki salah satu ruangan yang berada tak jauh dari ruangan Ranggalawe.
"Bagaimana kakang keadaannya?". Tanya Abimanyu sesaat setelah duduk dihadapan Gondo.
"Luka dalamnya cukup parah dan yang membuatku cukup terkejut adalah aliran darah ditubuhnya saling berbenturan, baru kali ini aku melihat aliran darah sekacau ini".
"Apakah masih bisa diobati?". Tanya Arkadewi cemas.
"Aku sangsi ada yang bisa mengobatinya, tubuh anak ini sangat unik". Gondo menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Sebenernya yang ingin aku katakan padamu berhubungan dengan tubuh uniknya. Anak ini pemilik tubuh 7 bintang, dia akan menjadi pendekar hebat suatu saat andai nadinya tidak terputus".
"Tubuh tujuh bintang?". Abimanyu tersentak kaget, dia kemudian menghitung sesuatu ditangannya. "Benar juga, seribu tahun lalu seorang pendekar muda pemilik tubuh 7 bintang menggemparkan nusantara. Tubuh tujuh bintang konon muncul setiap seribu tahun sekali, tak kusangka aku bisa melihat sendiri tubuh itu".
"Berikan obat ini dua kali dalam sehari, obat ini akan membantunya cepat sadar. Mungkin 3 atau 4 hari lagi dia akan siuman, hanya ini yang dapat aku lakukan". Gondo menundukkan kepalanya sebelum melangkah pergi.
"Terima kasih kakang atas bantuannya".
***
Ketika malam sudah menyelimuti bumi Majapahit dan hampir sebagian orang sudah terlelap dalam tidurnya, Arkadewi belum juga memejamkan matanya. Dia terlihat duduk dipinggir tempat tidur dan menatap Arya wijaya.
Dia kembali teringat ucapan tabib Gondo yang mengatakan Arya akan sadar 4 hari kemudian.
"Ku harap kau cepat sadar bodoh". Air mata kembali mengalir dari bola mata indahnya.
Arkadewi merebahkan kepalanya diantara kedua lututnya yang diangkat keatas kursi dan tanpa sadar dia tertidur.
Rasa kantuk dan lelah karena menjaga Arya setiap malam membuatnya tak sadar tertidur dalam posisi duduk.
Saat Arkadewi terlelap dalam tidurnya, sesuatu terjadi pada tubuh Arya Wijaya.
Aura merah darah mulai menyelimuti tubuhnya, aura itu terlihat masuk kedalam tubuh Arya.
"Jika kau bukan keturunannya, aku akan membiarkanmu mati". Umpat suara misterius itu.
Arkadewi terbangun dari tidurnya ketika merasakan ada yang membelai rambutnya. Perlahan dia mulai membuka matanya dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Arya sudah siuman.
"Kau sudah sadar?". Arkadewi mendekatkan wajahnya untuk memeriksa Arya namun karena terlalu bersemangat tanpa sadar lengan Arya yang tadi membelai rambutnya menyentuh dadanya.
Raut wajah Arkadewi kembali buruk "Hei bodoh, kau masih sempat berbuat mesum saat kau hampir mati. Jika saat ini aku memegang pedang sudah kupotong tanganmu".
"Apa kau sudah gila seenaknya saja memotong tangan orang lain, kau yang mendekatiku tapi...". Belum selesai Arya bicara sebuah pelukan Arkadewi membuatnya terdiam.
"Terima kasih". Ucap Arkadewi pelan.
"Hei apa yang kau lakukan?". Arya menjadi serba salah.
Tiba tiba Arkadewi melepaskan pelukannya saat teringat ayahnya hari ini akan menjemputnya.
"Kita harus pergi sekarang, bukit Cetho cukup jauh dari kadipaten Tuban". Arkadewi menyambar barang bawaannya yang sudah dipersiapkan dari kemarin.
Arya mengangguk pelan " berhati hatilah, aku takut para pendekar tengkorak merah masih mengincarmu". Ucap Arya polos.
"Mau kutebas kepalamu hah? jika aku katakan kita harus pergi maka itu artinya kau dan aku". Arkadewi tersulut emosinya.
"Kenapa aku harus mengikutimu?".
"Kau ini seorang laki laki bukan hah? apa kau tega membiarkan seorang gadis lemah mengembara sendirian?".
"Apa kau terlihat sebagai gadis lemah? kau baru saja mengancam memotong tanganku". Jawab Arya tak mau kalah.
Pertengkaran berakhir ketika Arkadewi meminta Arya menemaninya dengan pedang terhunus dileher Arya.
Arkadewi dan Arya Wijaya pergi meninggalkan Kadipaten tuban secara diam diam. Tanpa Arya Wijaya Sadari, saat ini dia baru saja memulai petualangan di dunia yang sangat dibencinya itu.
***
"Ketika purnama mencapai puncaknya, pusaka Megantara akan menemui tuannya. Kebangkitan para mahluk abadi hanya menunggu waktu". Mpu Supo membuka matanya saat mendengar bisikan gaib yang terdengar begitu jelas di telinganya.
"Purnama mencapai puncaknya?, Mpu Supo terlihat menghitung sesuatu dengan tangannya. "Tiga hari lagi". Gumamnya dalam hati.
Setelah tirakat selama tiga hari, Mpu Supo meninggalkan gua itu. Pikirannya saat ini dipenuhi dengan banyak pertanyaan yang tidak bisa dia jawab.
"Apa semua ini berhubungan dengan energi Iblis api yang kemarin aku rasakan? atau tempat ini memang sengaja menuntunku kemari untuk menciptakan pusaka Megantara?".
Mpu Supo kembali teringat ketika dua puluh tahun lalu dia membuat pusaka tombak serbuk hitam atas pesanan salah satu petinggi kerajaan Singosari.
Pusaka yang dia ciptakan dari sebuah besi yang dia temukan di bukit Cetho. Saat dia bertapa brata dipuncak bukit Cetho itulah dia mendapat petunjuk tentang sebuah tempat yang konon adalah pusat kekuatan dan ilmu pengetahuan yang kini ditempatinya hampir dua puluh tahun lamanya.
Namun selama hampir dua puluh tahun ini, Mpu Supo belum mengerti apa yang dimaksud dengan pusat kekuatan dan ilmu pengetahuan karena selain tempatnya yang indah dan tersembunyi ditambah dengan aura aneh yang menyelimuti telaga khayangan api, tidak ada tanda tanda jika telaga khayangan api pernah menjadi pusat kekuatan dan ilmu pengetahuan.
Memang di beberapa tempat seperti dasar telaga dan didalam gua tempatnya tirakat banyak petunjuk petunjuk aneh dengan tulisan Palawa kuno yang sepertinya mengandung suatu petunjuk namun mpu Supo tak mampu memahami arti tulisan tulisan itu.
Mpu Supo memang seorang ahli pembuat pusaka terbaik saat ini namun dia tidak dianugerahi kepintaran untuk memecahkan misteri misteri rumit didalam telaga khayangan api.
"Semoga siapapun tuan yang dipilih oleh Eyang Wesi Megantara merupakan pendekar yang memiliki hati yang bersih atau pusaka ini justru akan menjadi malapetaka dunia persilatan". Mpu Supo menarik nafas panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
putra
25 like
2022-11-04
1
SyuaibAgus
👍👍👍
2022-03-03
0
Mas Bos
pedang megantara yg asli
ada gambar badak nya
2021-12-11
0