Arya Wijaya

Arkadewi melesat cepat diantara rimbunnya hutan di pinggiran kadipaten Tuban. Hujan deras disertai petir tak menyurutkan nyalinya, dia terus berlari masuk hutan demi menghindari kejaran pendekar Tengkorak merah.

Terbersit rasa penyesalan dalam hatinya saat teringat kembali pertengkaran dengan ayahnya yang merupakan ketua perguruan Angin biru. Sebuah perguruan aliran putih terbesar di tanah Majapahit ini merupakan musuh bebuyutan Tengkorak merah.

Arkadewi melarikan diri karena ayahnya memaksanya menikah dengan murid paling berbakat perguruan Elang Sakti. Ki Warta ingin membangun kekuatan untuk melawan Tengkorak merah yang semakin kuat saat berhasil menemukan Kitab Panca geni.

"Semua gara gara ambisi ayah," umpat Arkadewi sambil menahan rasa sakit akibat luka sabetan pedang Rajendra. Tetesan air hujan seolah menyamarkan tangisan gadis cantik itu, dia merasa ayahnya tega mengorbankan putri satu satunya demi ilmu kanuragan.

Harapannya kembali muncul saat mendengar suara air terjun di kejauhan.

"Sepertinya mereka tidak mengejar ku lagi," Arkadewi menoleh kebelakang sesaat sebelum mempercepat langkahnya kearah suara air terjun.

Mata Arkadewi makin berbinar saat samar samar melihat seorang pemuda seperti sedang bersemedi dipinggir sungai. Dia yakin siapapun orangnya dia adalah pendekar tingkat tinggi dunia persilatan karena berani bertapa di hutan yang mencekam ini.

"Semoga dia mau membantuku lepas dari kejaran Tengkorak merah," gumamnya dalam hati.

Saat Arkadewi hanya berjarak beberapa meter dari pemuda itu, dia menghentikan langkahnya tiba tiba. Wajahnya berubah kecut dan dipenuhi amarah setelah mengetahui jika pemuda dihadapannya itu bukan sedang bersemedi tapi sedang Buang air besar.

Pandangan mata mereka berdua bertemu sesaat sebelum Arkadewi melampiaskan kekesalannya.

"Hei! Apa kau sudah gila? Menatap seorang gadis sambil berjongkok seperti itu dengan wajah seolah tidak berdosa?," Arkadewi berteriak pada pemuda dihadapannya. Dia langsung membalikan tubuhnya tanpa menunggu jawaban pemuda yang dimarahinya.

"Hei nona, harusnya aku yang marah padamu. Kau datang entah dari mana dan mengintip ku lalu seenaknya menuduhku berbuat tidak sopan padamu? Kurasa ilmu kanuragan membuat isi kepalamu terganggu". Ucap pemuda itu kesal namun dia masih belum beranjak dari posisinya. Pemuda itu menatap tetesan darah yang jatuh dari kedua tangan Arkadewi sambil menggeleng pelan.

"Kalian orang orang dunia persilatan memang bodoh, saling membunuh satu sama lain demi sesuatu yang semu". Kali ini raut wajah pemuda itu berubah dingin, dia seperti sangat membenci dunia persilatan dan isinya.

"Setidaknya kami tidak pernah melakukan hal bodoh disaat hujan seperti ini". Ucap Arkadewi sinis.

"Kau pikir buang air hal bodoh? apa kau tak pernah melakukannya?".

"Tapi kami tak pernah melakukannya dibawah air hujan seperti ini dan cepat pakai celanamu bodoh!".

Pemuda itu terdiam sejenak, dia baru sadar telah dalam posisi berdiri dan belum mengenakan pakaiannya.

"Apa salahnya sekali sekali tidak pakai celana?". Pemuda itu tidak mau kalah.

"Kau memang bodoh". Saat Arkadewi hendak memukul pemuda itu tiba tiba sebuah panah melesat kearahnya dan tepat mengenai perutnya. Tubuh Arkadewi roboh ketanah terkena panah beracun itu.

"Mereka masih terus mengejarku". Pandangan Arkadewi perlahan memudar sebelum dia tak sadarkan diri.

"Maaf nona aku harus pergi, aku paling tidak suka terlibat masalah dunia persilatan". Pemuda itu berlari menjauhi tubuh Arkadewi yang tergeletak dipinggir sungai. Namun belum jauh melangkah tiba tiba pemuda itu menghentikan langkahnya, dia terlihat bingung sesaat.

Beberapa pendekar terlihat mendekat saat anak panah tepat mengenai Arkadewi.

"Sial!". Pemuda itu menggeleng pelan sebelum mendekati gadis itu dan menyambar tubuhnya dengan cepat. Dia kemudian berlari diantara derasnya air sungai, masuk kehutan dan menghilang di kejauhan.

Tak lama setelah kepergian pemuda itu 4 orang pendekar muncul dari dalam hutan.

"Apa kau yakin dia terkena panah beracun milikmu?". beberapa pendekar tengkorak merah terlihat mencari Arkadewi di setiap sudut sungai.

"Panahku memang mengenainya namun sepertinya ada yang membawanya pergi". Ucap Aji sambil memegang darah segar yang ada di batu. "Dia membawa Arkadewi kearah sana, cepat kejar sebelum jauh". Perintah Aji pada pendekar lainnya.

***

Arya Wijaya memasuki sebuah gua sambil menggotong tubuh Arkadewi. Pakaiannya kini dipenuhi darah gadis itu.

"Apa yang sebenarnya kalian pikirkan, saling bunuh seolah nyawa tidak ada harganya". Arya meletakan tubuh Arkadewi disebuah batu yang biasa dia gunakan untuk tidur.

"Maaf nona aku terpaksa melakukan ini". Gumam Arya sambil merobek sedikit pakaian yang dikenakan Arkadewi. Dia memeriksa luka gadis itu dan mencabut panah beracun yang menancap diperutnya. Arya mencium ujung anak panah itu dan terlihat mengingat ingat sesuatu.

"Racun Mawar hitam? Aku harus segera mencari penawarnya sebelum terlambat". Arya melangkah keluar untuk mencari tumbuhan penawar racun.

Sepeninggal Arya Wijaya, Arkadewi terlihat berusaha membuka matanya. Dia merasakan sakit yang sangat ditubuhnya.

"Ayah...". Ucap Arkadewi seperti mengigau, tubuhnya menggigil menandakan racun Mawar hitam mulai menjalar ditubuhnya.

Racun Mawar hitam menjadi sangat terkenal di dunia persilatan karena pernah digunakan oleh pendekar wanita terkuat bernama Mentari ribuan tahun lalu. Racun Mawar hitam sangat ditakuti karena bisa membunuh orang dalam hitungan jam. Racun itu akan menyiksa orang yang terkena sebelum menghentikan seluruh organ tubuh.

"Bagaimana para pendekar itu bisa memiliki racun legendaris itu". Gumam Arya saat memasuki gua sambil membawa beberapa tumbuhan yang akan digunakannya sebagai penawar racun.

Arya Wijaya langsung meramu tumbuhan yang dibawanya karena melihat Arkadewi terus menggigil sambil sesekali mengigau. Setelah ramuannya jadi, Arya langsung meminumkannya pada Arkadewi.

"Siapa sebenarnya gadis ini? mengapa dia dikejar kejar pada pendekar itu". Gumam Arya dalam hati.

Setelah tubuh Arkadewi terlihat tenang dan tidak menggigil, Arya menyenderkan tubuhnya di dinding gua. Dia menghela nafas panjang sebelum memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya.

"Hei, mau sampai kapan kau terus lari seperti pengecut! Leluhurmu akan menangis malu saat melihat keturunannya tidak berguna sepertimu". Seorang pria tua yang diselimuti kobaran api membentak Arya Wijaya.

"Apa gunanya aku belajar Ilmu kanuragan jika akhirnya tetap kehilangan orang orang yang kusayang. Sebaiknya kau pergi, apapun yang kau katakan aku tak akan merubah keputusanku".

"Dasar bodoh! seharusnya di usiamu saat ini kau sudah menjadi pendekar hebat jika kau mau". Pria itu mengeluarkan sebuah keris dari tangannya dan menghujamkan ke tubuh Arya sekuat tenaga.

Arya Wijaya menjerit ketakutan sebelum dia terbangun dari mimpinya. Arya Wijaya memeriksa perutnya yang tadi tertusuk keris di dalam mimpinya. Sebuah tanda menghitam terlihat tepat ditempat keris tadi menancap.

"Mimpi itu lagi, siapa sebenarnya kakek tua itu". Gumam Arya dalam hati.

Arya Wijaya melangkah mendekati Arkadewi yang masih belum sadarkan diri. Dia memeriksa tubuh gadis itu dan mengangguk anggukan kepalanya.

"Racunnya sudah mulai menghilang dari tubuhnya, Syukurlah aku tidak terlambat memberinya penawar racun".

Arya kemudian duduk kembali ditempatnya dan mengambil sebuah buku yang selalu dibawanya sejak dia masih kecil. Buku yang sudah kumel itu dibukanya beberapa halaman sebelum ditutupnya kembali.

"Apa sebenarnya maksud orang itu memberikan kitab ini padaku". Ucap Arya Wijaya sebelum memasukan kembali kitab itu kedalam pakaiannya.

Saat ini Arya Wijaya belum menyadari jika kitab itu akan menjadikannya pendekar terkuat bahkan mungkin melebihi kehebatan Pendekar Pengguna Naga api Sabrang Damar.

"Selalu ada harga untuk setiap kekuatan besar". Arya mengingat ingat tulisan awal di kitab yang baru dibacanya. "Itulah kenapa aku paling membenci Ilmu kanuragan, hal hal konyol yang harus dibayar dengan sesuatu yang tidak sedikit". Dia menggelengkan kepalanya berkali kali.

***

Sebuah pukulan keras membangunkan Arya dari tidur lelapnya. Malas malas dia membuka matanya yang masih terasa berat sambil memegang tubuhnya yang terasa sakit.

"Apa yang kau lakukan padaku saat aku tak sadarkan diri? Jawab!". Arkadewi membentak Arya yang masih berusaha mencerna situasinya.

"Kau tidak bisa membangunkan orang dengan cara yang lebih lembut ya nona?". Arya protes dengan cara membangunkan gadis itu.

"Jawab aku! apa yang kau lakukan saat aku tak sadarkan diri". Arkadewi terlihat memegangi pakaiannya yang sudah robek di bagian perutnya. Air matanya menetes dari bola matanya.

"Jika aku tidak merobek pakaianmu mungkin saat ini kau sudah menjadi mayat. Seenaknya main tuduh, kau kira apa yang bisa didapat dari tubuh kurus kerempeng sepertimu hah?".

Arkadewi semakin emosi setelah mendapat jawaban dari Arya Wijaya. Dia melangkah pergi keluar gua meninggalkan Arya sendirian.

"Wanita itu benar benar aneh". Ucap Arya sambil menatap kepergian Arkadewi.

Terpopuler

Comments

Keho

Keho

mengingatkan Arya Kamandanu vs sakawuni

2024-04-05

0

Nur Tini

Nur Tini

ditolong malah nodong. dikejar malah menghajar

2023-10-17

3

MasWan

MasWan

mentari... seperti cerita yg ada dinovel wiro sableng apa ya klo gk salah

2023-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Arya Wijaya
3 Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4 Kemampuan Arya Wijaya
5 Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6 Kitab Naga Api Abadi
7 Aura aneh Arya Wijaya
8 Sisi Lain Arya Wijaya
9 Sisi Lain Arya Wijaya II
10 Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11 Serat Malwageni
12 Dewi Racun
13 Masa Lalu Dewi Racun
14 Kemunculan Pria Misterius
15 Pendekar Terkuat Masa Lalu
16 Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17 Perkembangan Arya Wijaya
18 Kebangkitan Pusaka Terkuat
19 Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20 Menuju Bukit Cetho
21 Jurus Badai Api Neraka
22 Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23 Kenyataan Masa Lalu
24 Lembah Tanpa Cahaya
25 Hibata
26 Energi Naga Api
27 Air Terjun Lembah Pelangi
28 Arya Kembali
29 Keputusan Arya Wijaya
30 Rubah Putih
31 Jurus Pedang Jiwa
32 Misi mustahil Arkadewi
33 Awal Pengembaraan Arya
34 Rencana Arya Wijaya
35 Tinju Kilat Hitam
36 Pertemuan kembali
37 Rencana yang dibuat Wardhana
38 Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39 Membunuh tanpa Ampun
40 Prajurit rambut putih
41 Arkadewi dalam Bahaya
42 Kemarahan Arya Wijaya
43 Kelompok Latimojong
44 Undangan Rubah Putih
45 Iblis Dalam Tubuh
46 Kekuatan Misterius
47 Keberadaan Sabrang Damar
48 Memasuki Gua Srunggo
49 Memasuki Gua Srunggo II
50 Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51 Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52 Misteri Kematian Wardhana
53 Ruang Dimensi Api
54 Keturunan Wardhana
55 Bangkitnya Mata Terkuat I
56 Bangkitnya Mata Terkuat II
57 Arya vs Tengkorak Merah
58 Pernyataan Cinta Arya
59 Terjebak di Dasar Jurang
60 Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61 Dewi Kematian
62 Pusaka Pisau Naga Emas
63 Perangkap Besar Wardhana
64 Perangkap Besar Wardhana II
65 Tebing Kelam Dieng
66 Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67 Masa Lalu Arya
68 Pengumuman
69 Keberadaan Wardhana
70 Pertemuan Kembali
71 Pertemuan Kembali II
72 Pusaka Terakhir
73 Pengkhianat Malwageni
74 Tawaran Kerjasama
75 Sebuah Rencana Besar
76 Dunia Tak Bertuan
77 Lembah Merah Dieng
78 Pendekar Sayap Iblis
79 Wardhana Mulai Bergerak
80 Sabrang vs Li You Fei I
81 Sabrang vs Li You Fei II
82 Masa Lalu Emmy
83 Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84 Kekuatan Lingga
85 Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86 Jalan Hidup Arkadewi
87 Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88 Jebakan Arkadewi
89 Pesan Yasha Wirya
90 Wisanggeni
91 Tengkorak Merah Menyerang
92 Sabrang vs Tara Jingga
93 Kitab Sabdo Loji I
94 Kitab Sabdo Loji II
95 Mata Bulan Moris
96 Rahasia Gerbang Kedelapan
97 Moris vs Lakeswara I
98 Moris vs Lakeswara II
99 Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100 Ruh Suci Penjaga Nusantara
101 Pendekar Misterius di Masa Lalu
102 Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103 Sabrang vs Lakeswara I
104 Sabrang vs Lakeswara II
105 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107 Latihan Aneh Arya Wijaya
108 Kekuatan Alami Arya
109 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113 Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114 Rencana Besar Jaka Buana
115 Rencana Besar Dimulai
116 Arkadewi Dalam Bahaya
117 Bunga Cahaya Perak
118 Lingga vs Pendekar Sula Geni
119 Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120 Ketua Bunga Cahaya Perak
121 Ketua Bunga Cahaya Perak II
122 Arkadewi vs Jaka Buana I
123 Arkadewi vs Jaka Buana II
124 Arkadewi vs Jaka Buana III
125 Arkadewi vs Jaka Buana IV
126 Arkadewi vs Jaka Buana V
127 Serangan Balik Arkadewi
128 Bangkitnya Cakra Loji
129 Sabrang Terdesak
130 Kekuatan Jaka Buana
131 Ingatan Naga Api
132 Api Suci Sula
133 Api Suci Sula II
134 Dimensi Pusat Waktu
135 Pesan Misterius dari Masa Lalu
136 Sang Penjaga Alur Waktu
137 Jebakan Jaka Buana
138 Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139 Bulan Darah I
140 Bulan Darah II
141 Bulan Darah III
142 Bulan Darah IV
143 Bulan Darah V
144 Bulan Darah VI
145 Bulan Darah VII
146 Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147 Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Prolog
2
Arya Wijaya
3
Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4
Kemampuan Arya Wijaya
5
Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6
Kitab Naga Api Abadi
7
Aura aneh Arya Wijaya
8
Sisi Lain Arya Wijaya
9
Sisi Lain Arya Wijaya II
10
Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11
Serat Malwageni
12
Dewi Racun
13
Masa Lalu Dewi Racun
14
Kemunculan Pria Misterius
15
Pendekar Terkuat Masa Lalu
16
Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17
Perkembangan Arya Wijaya
18
Kebangkitan Pusaka Terkuat
19
Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20
Menuju Bukit Cetho
21
Jurus Badai Api Neraka
22
Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23
Kenyataan Masa Lalu
24
Lembah Tanpa Cahaya
25
Hibata
26
Energi Naga Api
27
Air Terjun Lembah Pelangi
28
Arya Kembali
29
Keputusan Arya Wijaya
30
Rubah Putih
31
Jurus Pedang Jiwa
32
Misi mustahil Arkadewi
33
Awal Pengembaraan Arya
34
Rencana Arya Wijaya
35
Tinju Kilat Hitam
36
Pertemuan kembali
37
Rencana yang dibuat Wardhana
38
Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39
Membunuh tanpa Ampun
40
Prajurit rambut putih
41
Arkadewi dalam Bahaya
42
Kemarahan Arya Wijaya
43
Kelompok Latimojong
44
Undangan Rubah Putih
45
Iblis Dalam Tubuh
46
Kekuatan Misterius
47
Keberadaan Sabrang Damar
48
Memasuki Gua Srunggo
49
Memasuki Gua Srunggo II
50
Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51
Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52
Misteri Kematian Wardhana
53
Ruang Dimensi Api
54
Keturunan Wardhana
55
Bangkitnya Mata Terkuat I
56
Bangkitnya Mata Terkuat II
57
Arya vs Tengkorak Merah
58
Pernyataan Cinta Arya
59
Terjebak di Dasar Jurang
60
Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61
Dewi Kematian
62
Pusaka Pisau Naga Emas
63
Perangkap Besar Wardhana
64
Perangkap Besar Wardhana II
65
Tebing Kelam Dieng
66
Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67
Masa Lalu Arya
68
Pengumuman
69
Keberadaan Wardhana
70
Pertemuan Kembali
71
Pertemuan Kembali II
72
Pusaka Terakhir
73
Pengkhianat Malwageni
74
Tawaran Kerjasama
75
Sebuah Rencana Besar
76
Dunia Tak Bertuan
77
Lembah Merah Dieng
78
Pendekar Sayap Iblis
79
Wardhana Mulai Bergerak
80
Sabrang vs Li You Fei I
81
Sabrang vs Li You Fei II
82
Masa Lalu Emmy
83
Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84
Kekuatan Lingga
85
Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86
Jalan Hidup Arkadewi
87
Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88
Jebakan Arkadewi
89
Pesan Yasha Wirya
90
Wisanggeni
91
Tengkorak Merah Menyerang
92
Sabrang vs Tara Jingga
93
Kitab Sabdo Loji I
94
Kitab Sabdo Loji II
95
Mata Bulan Moris
96
Rahasia Gerbang Kedelapan
97
Moris vs Lakeswara I
98
Moris vs Lakeswara II
99
Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100
Ruh Suci Penjaga Nusantara
101
Pendekar Misterius di Masa Lalu
102
Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103
Sabrang vs Lakeswara I
104
Sabrang vs Lakeswara II
105
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107
Latihan Aneh Arya Wijaya
108
Kekuatan Alami Arya
109
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113
Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114
Rencana Besar Jaka Buana
115
Rencana Besar Dimulai
116
Arkadewi Dalam Bahaya
117
Bunga Cahaya Perak
118
Lingga vs Pendekar Sula Geni
119
Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120
Ketua Bunga Cahaya Perak
121
Ketua Bunga Cahaya Perak II
122
Arkadewi vs Jaka Buana I
123
Arkadewi vs Jaka Buana II
124
Arkadewi vs Jaka Buana III
125
Arkadewi vs Jaka Buana IV
126
Arkadewi vs Jaka Buana V
127
Serangan Balik Arkadewi
128
Bangkitnya Cakra Loji
129
Sabrang Terdesak
130
Kekuatan Jaka Buana
131
Ingatan Naga Api
132
Api Suci Sula
133
Api Suci Sula II
134
Dimensi Pusat Waktu
135
Pesan Misterius dari Masa Lalu
136
Sang Penjaga Alur Waktu
137
Jebakan Jaka Buana
138
Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139
Bulan Darah I
140
Bulan Darah II
141
Bulan Darah III
142
Bulan Darah IV
143
Bulan Darah V
144
Bulan Darah VI
145
Bulan Darah VII
146
Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147
Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!