Menuju Bukit Cetho

"Kakang, bangunlah hari sudah pagi" suara lembut membangunkan Arya dari tidurnya.

Arya menatap wajah Mentari lembut, dia mengucek matanya sesaat sebelum memeluk tubuh mungil Mentari.

"Aku masih mengantuk bibi" ucap Arya manja.

"Kau harus bangun, sebagai pendekar terkuat ditanah Jawata kau harus berlatih setiap pagi". Mentari melepaskan rangkulan Arya dan berjalan keluar ruangan.

"Bibi masak apa pagi ini?" tanya Arya yang masih belum beranjak dari tidurnya.

Mentari menoleh kearah Arya namun kali ini wajahnya berubah dingin dan menyeramkan.

"Bangun bodoh!" ucap Mentari dingin.

Arya tersentak kaget melihat perubahan sikap istrinya itu.

"Bibi kenapa kau jadi kasar seperti ini?".

"Bangun bodoh" sebuah pukulan membangunkan Arya dari mimpinya. Arkadewi mengumpat kesal setelah melihat wajah bodoh Arya.

"Apa kau tidak bisa membangunkan orang dengan cara manusia hah?" Arya terlihat kesal.

"Wajahmu itu tadi sangat menjijikan, dan apa maksudmu mengigau bibi masak apa? sepertinya rambut putihmu membuat isi kepalamu terganggu. Bangunlah, bibi memanggil kita".

Arya tersenyum kecut setelah menyadari jika dia hanya bermimpi namun hatinya tetap kesal pada gadis cantik yang memukulnya itu.

"Apa kau sekarang menjadi pesuruh bibi?" teriak Arya.

Arkadewi menghentikan langkahnya dan menatap dingin Arya.

Arya menelan ludahnya saat menatap wajah mengerikan itu, dia langsung bangkit dan berjalan mendekati Arkadewi.

"Kau cemburu padaku?" tanya Arya pelan.

Detik berikutnya Arya terkapar sambil memegang perutnya yang terasa sakit saat pukulan Arkadewi tepat mengenai ulu hatinya.

"Dasar bodoh, apa sebenarnya yang dipikirkan pusaka Mengantara sampai memilihnya" umpat gadis itu sambil melangkah pergi meninggalkan pemuda malang itu.

***

Disebuah hutan yang terkenal paling angker di tanah Majapahit yang bernama Alas lali jiwo terdapat sebuah bangunan megah nan besar yang tersembunyi didasar sungai besar.

Seorang pria setengah baya tampak menatap tajam pemuda yang duduk dihadapannya sambil menundukan kepalanya. Pria setengah baya itu bernama Kalajaya, ketua dari kelompok tengkorak merah yang merupakan perguruan terbesar di tanah Majapahit.

"Kalian menangkap seorang gadis saja tak mampu? apa pantas kalian disebut pendekar?". hardik Kalajaya pada Rajendra.

"Maaf tuan, kami sebenarnya sudah menangkap Dewi namun seorang pemuda aneh menyelamatkannya" ucap Rajendra pelan.

"Pemuda aneh?" Kalajaya mengernyitkan dahinnya.

Rajendra mengangguk pelan "Gaya bertarung dan jurus yang dia gunakan sangat mirip dengan pengguna Naga api ketua".

Kalajaya tersentak kaget mendengar ucapan Rajendra.

"Sabrang Damar? tidak mungkin dia masih hidup setelah ribuan tahun, hanya dia dan kelompoknya yang menguasai ilmu ruang hampa keabadian".

"Apa mungkin anak dalam ramalan itu tuan?" tanya Rajendra pelan.

Kalajaya terdiam sesaat, dia seperti menghitung sesuatu ditangannya. "Harusnya anak itu baru muncul beberapa tahun lagi sesuai dengan hitungannya kecuali ada yang memicu kemunculannya lebih cepat".

"Memicu kemunculannya?" Rajendra mengernyitkan dahinya.

"Gadis itu" ucap Kalajaya.

"Arkadewi? bagaimana bisa dia pemicunya tuan?".

"Jika memang benar pemuda yang kau hadapi adalah keturunan Sabrang dan juga anak dalam ramalan maka dua Naga kembar akan bersatu kembali. Dulu dua Naga kembar dari Malwageni menggemparkan dunia persilatan dan kini jika benar mereka berpasangan lagi maka kita dalam masalah". Kalajaya memijat keningnya.

"Maksud anda gadis itu?".

"Itulah kenapa dia meminta kita membunuh seluruh keturunan Wardhana, Warta adalah keturunan Wardhana, orang yang dijuluki sang Naga yang tertidur dari malwageni. Menurut ramalan, selain pedang pusaka Megantara, bergabungnya kembali dua Naga kembar akan menghancurkan apa yang sedang dibangun kembali oleh pemuda misterius itu. itulah yang menjadi alasannya memerintahkan kita membunuh gadis itu".

Kalajaya membuka gulungan yang diberikan pemuda misterius itu saat berada di Swarnadwipa. Dia menatap gulungan itu sesaat sebelum membacanya.

"Pemuda itu memberikanku gulungan ini sesaat sebelum kita dikurung diruangan aneh itu. Dia memerintahkan ku membukanya saat anak dalam ramalan itu muncul, mungkin inilah saatnya aku membukanya". Kalajaya membuka gulungan itu perlahan.

"(Saat kalian membuka gulungan ini berarti kita sedang menuju pertempuran besar. Semua yang mendapatkan gulungan ini harus mulai bersiap menyambut kebangkitannya dan memulai tatanan kehidupan baru. Kalian adalah orang orang terpilih yang menempa kemampuan di ruang hampa keabadian. Seseorang akan muncul untuk memberi tanda bergerak. Hancurkan kerikil tajam Dwipa sebagai langkah awal kebangkitannya. Kami mengawasi kalian maka tebuslah keabadian yang diberikannya dengan nyawa kalian)".

Kalajaya meletakkan gulingan itu dimejanya, dia memejamkan matanya sesaat.

"Sepertinya bukan hanya kita pendekar masa lalu yang dipersiapkannya untuk pertempuran ini. Kita harus bersiap atau pemuda itu akan membunuh kita semua".

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang tuan?".

"Ada beberapa poin yang sepertinya menjadi tugas kita. Hancurkan kerikil tajam Dwipa kemungkinan adalah membunuh seluruh keturunan trah Dwipa yang selama ini selalu menjadi musuh utama mereka dan tentu saja keturunan Wardhana yang sepertinya diluar perkiraan mereka, Wardhana menjadi otak dibalik kebangkitan trah Dwipa. Hanya itu tugas sementara kita sampai pemuda itu muncul membawa tanda untuk bergerak". Kalajaya memijat kembali keningnya yang terasa sakit.

"Namun menghancurkan keturunan Wardhana tak semudah mengejar trah Dwipa. Warta memiliki koneksi dan hubungan baik dengan Majapahit, mereka juga pendukung utama Yang mulia raja Kertarajasa Jayawardhana. Menyerang mereka sama saja mengibarkan bendera perang pada Majapahit". Kalajaya melanjutkan.

Kalajaya terlihat berfikir sejenak, dia merasa masalah kali ini lebih rumit dari yang dia perkirakan.

"Aku pernah mendengar jika ada kelompok Bintang langit di bukit Cetho yang pernah memiliki hubungan baik dengan Wardhana, bawalah beberapa pendekar tinggi dan cari Bintang langit. Aku yakin kita akan menemukan sesuatu disana namun kalian harus bergerak senyap karena Cetho biasa digunakan Raja Majapajit untuk tirakat".

"Baik tuan". ucap Rajendra pelan.

***

"Cetho?". Arkadewi mengernyitkan dahinya. Arkadewi memang berencana kesana untuk menyembuhkan luka dalam Arya namun saat ini Arya telah pulih sepenuhnya.

Mentari mengangguk pelan "Pertemuan kalian adalah takdir yang sepertinya dipersiapkan Sang pemilik hidup untuk menghancurkan mahluk terkuat masa lalu. Melihat kalian aku seperti melihat lahirnya kembali Naga kembar Malwageni dalam sosok yang jauh lebih kuat dari senior kalian. Kenalanku di Cetho akan menjelaskan semua takdir kalian dan juga kenyataan masa lalu. Kau juga akan mengetahui hubungan leluhurmu dengan trah Dwipa. Pergilah, saat ini aku yakin kalian telah siap untuk mengemban tugas".

Arya terlihat mengangguk paham, dia memegang pundak Arkadewi dan menepuknya beberapa kali.

"Pergilah, jangan lupa kirim kirim kabar padaku. Aku dan bibi pasti akan merindukanmu".

Sebuah pukulan keras diwajahnya kembali merobohkan Arya.

"Kau tau arti kata Kalian yang bibi ucapkan? kau dan aku bodoh!".

Arya kembali merengek pada Mentari "Bibi, ini kan masalah leluhurnya kenapa aku harus ikut?".

Mentari tersenyum sesaat sambil menatap lembut Arya.

"Megantara adalah pusaka yang selama ini kami tunggu dan dia telah memilihmu. Dewasalah sedikit nak, kau kini memiliki tanggung jawab besar dipundakmu. Kenalanku di Bintang langit pasti sudah lama menunggu kedatanganmu".

"Tapi bagaimana jika aku merindukan bibi?".

"Aku akan selalu berada disini sampai Yang mulia menepati janjinya menemuiku, kau bisa datang kesini kapanpun kau mau".

"Dia menunggu pendekar terkuat dunia persilatan, jika dibandingkan dengan wajah bodohmu, kau seperti katak yang mencintai dewi khayangan" ucap Arkadewi sinis.

"Kau lupa orang yang kau sebut katak ini adalah orang yang telah menyelamatkanmu beberapa kali" balas Arya.

"Kau mau kubunuh?" ancam Arkadewi.

"Kau mau merasakan kehebatan pedang karatanku?"

"Namaku Eyang Wesi" bentak suara dalam pikiran Arya.

Mentari menggeleng pelan melihat tingkah dua orang dihadapannya.

"Sepertinya menyatukan dua Naga kembar ini akan sedikit lebih sulit Yang mulia".

***

Setelah berpamitan dan aksi penuh drama Arya pada Mentari akhirnya sepasang pendekar ini meninggalkan hutan kematian menuju bukit Cetho. Tanpa mereka sadari inilah langkah awal mereka menuju puncak dunia persilatan. Sabrang damar dan Wardhana yang mendapat julukan Naga kembar dari Malwageni terlahir kembali dalam dua sosok yang saling melengkapi itu.

Terpopuler

Comments

Alfatih Ramadhan

Alfatih Ramadhan

next

2022-11-03

1

Kaab Nurull

Kaab Nurull

mungkinkah perjalanan Sabdo Loji akan menyambung perjalanan ABM???

2022-10-23

0

Mas Bos

Mas Bos

bolak balik ngakak thor
baca tingkahnya si arya
bakat culunnya menghibur

2021-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Arya Wijaya
3 Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4 Kemampuan Arya Wijaya
5 Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6 Kitab Naga Api Abadi
7 Aura aneh Arya Wijaya
8 Sisi Lain Arya Wijaya
9 Sisi Lain Arya Wijaya II
10 Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11 Serat Malwageni
12 Dewi Racun
13 Masa Lalu Dewi Racun
14 Kemunculan Pria Misterius
15 Pendekar Terkuat Masa Lalu
16 Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17 Perkembangan Arya Wijaya
18 Kebangkitan Pusaka Terkuat
19 Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20 Menuju Bukit Cetho
21 Jurus Badai Api Neraka
22 Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23 Kenyataan Masa Lalu
24 Lembah Tanpa Cahaya
25 Hibata
26 Energi Naga Api
27 Air Terjun Lembah Pelangi
28 Arya Kembali
29 Keputusan Arya Wijaya
30 Rubah Putih
31 Jurus Pedang Jiwa
32 Misi mustahil Arkadewi
33 Awal Pengembaraan Arya
34 Rencana Arya Wijaya
35 Tinju Kilat Hitam
36 Pertemuan kembali
37 Rencana yang dibuat Wardhana
38 Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39 Membunuh tanpa Ampun
40 Prajurit rambut putih
41 Arkadewi dalam Bahaya
42 Kemarahan Arya Wijaya
43 Kelompok Latimojong
44 Undangan Rubah Putih
45 Iblis Dalam Tubuh
46 Kekuatan Misterius
47 Keberadaan Sabrang Damar
48 Memasuki Gua Srunggo
49 Memasuki Gua Srunggo II
50 Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51 Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52 Misteri Kematian Wardhana
53 Ruang Dimensi Api
54 Keturunan Wardhana
55 Bangkitnya Mata Terkuat I
56 Bangkitnya Mata Terkuat II
57 Arya vs Tengkorak Merah
58 Pernyataan Cinta Arya
59 Terjebak di Dasar Jurang
60 Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61 Dewi Kematian
62 Pusaka Pisau Naga Emas
63 Perangkap Besar Wardhana
64 Perangkap Besar Wardhana II
65 Tebing Kelam Dieng
66 Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67 Masa Lalu Arya
68 Pengumuman
69 Keberadaan Wardhana
70 Pertemuan Kembali
71 Pertemuan Kembali II
72 Pusaka Terakhir
73 Pengkhianat Malwageni
74 Tawaran Kerjasama
75 Sebuah Rencana Besar
76 Dunia Tak Bertuan
77 Lembah Merah Dieng
78 Pendekar Sayap Iblis
79 Wardhana Mulai Bergerak
80 Sabrang vs Li You Fei I
81 Sabrang vs Li You Fei II
82 Masa Lalu Emmy
83 Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84 Kekuatan Lingga
85 Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86 Jalan Hidup Arkadewi
87 Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88 Jebakan Arkadewi
89 Pesan Yasha Wirya
90 Wisanggeni
91 Tengkorak Merah Menyerang
92 Sabrang vs Tara Jingga
93 Kitab Sabdo Loji I
94 Kitab Sabdo Loji II
95 Mata Bulan Moris
96 Rahasia Gerbang Kedelapan
97 Moris vs Lakeswara I
98 Moris vs Lakeswara II
99 Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100 Ruh Suci Penjaga Nusantara
101 Pendekar Misterius di Masa Lalu
102 Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103 Sabrang vs Lakeswara I
104 Sabrang vs Lakeswara II
105 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107 Latihan Aneh Arya Wijaya
108 Kekuatan Alami Arya
109 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113 Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114 Rencana Besar Jaka Buana
115 Rencana Besar Dimulai
116 Arkadewi Dalam Bahaya
117 Bunga Cahaya Perak
118 Lingga vs Pendekar Sula Geni
119 Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120 Ketua Bunga Cahaya Perak
121 Ketua Bunga Cahaya Perak II
122 Arkadewi vs Jaka Buana I
123 Arkadewi vs Jaka Buana II
124 Arkadewi vs Jaka Buana III
125 Arkadewi vs Jaka Buana IV
126 Arkadewi vs Jaka Buana V
127 Serangan Balik Arkadewi
128 Bangkitnya Cakra Loji
129 Sabrang Terdesak
130 Kekuatan Jaka Buana
131 Ingatan Naga Api
132 Api Suci Sula
133 Api Suci Sula II
134 Dimensi Pusat Waktu
135 Pesan Misterius dari Masa Lalu
136 Sang Penjaga Alur Waktu
137 Jebakan Jaka Buana
138 Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139 Bulan Darah I
140 Bulan Darah II
141 Bulan Darah III
142 Bulan Darah IV
143 Bulan Darah V
144 Bulan Darah VI
145 Bulan Darah VII
146 Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147 Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Prolog
2
Arya Wijaya
3
Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4
Kemampuan Arya Wijaya
5
Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6
Kitab Naga Api Abadi
7
Aura aneh Arya Wijaya
8
Sisi Lain Arya Wijaya
9
Sisi Lain Arya Wijaya II
10
Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11
Serat Malwageni
12
Dewi Racun
13
Masa Lalu Dewi Racun
14
Kemunculan Pria Misterius
15
Pendekar Terkuat Masa Lalu
16
Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17
Perkembangan Arya Wijaya
18
Kebangkitan Pusaka Terkuat
19
Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20
Menuju Bukit Cetho
21
Jurus Badai Api Neraka
22
Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23
Kenyataan Masa Lalu
24
Lembah Tanpa Cahaya
25
Hibata
26
Energi Naga Api
27
Air Terjun Lembah Pelangi
28
Arya Kembali
29
Keputusan Arya Wijaya
30
Rubah Putih
31
Jurus Pedang Jiwa
32
Misi mustahil Arkadewi
33
Awal Pengembaraan Arya
34
Rencana Arya Wijaya
35
Tinju Kilat Hitam
36
Pertemuan kembali
37
Rencana yang dibuat Wardhana
38
Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39
Membunuh tanpa Ampun
40
Prajurit rambut putih
41
Arkadewi dalam Bahaya
42
Kemarahan Arya Wijaya
43
Kelompok Latimojong
44
Undangan Rubah Putih
45
Iblis Dalam Tubuh
46
Kekuatan Misterius
47
Keberadaan Sabrang Damar
48
Memasuki Gua Srunggo
49
Memasuki Gua Srunggo II
50
Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51
Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52
Misteri Kematian Wardhana
53
Ruang Dimensi Api
54
Keturunan Wardhana
55
Bangkitnya Mata Terkuat I
56
Bangkitnya Mata Terkuat II
57
Arya vs Tengkorak Merah
58
Pernyataan Cinta Arya
59
Terjebak di Dasar Jurang
60
Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61
Dewi Kematian
62
Pusaka Pisau Naga Emas
63
Perangkap Besar Wardhana
64
Perangkap Besar Wardhana II
65
Tebing Kelam Dieng
66
Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67
Masa Lalu Arya
68
Pengumuman
69
Keberadaan Wardhana
70
Pertemuan Kembali
71
Pertemuan Kembali II
72
Pusaka Terakhir
73
Pengkhianat Malwageni
74
Tawaran Kerjasama
75
Sebuah Rencana Besar
76
Dunia Tak Bertuan
77
Lembah Merah Dieng
78
Pendekar Sayap Iblis
79
Wardhana Mulai Bergerak
80
Sabrang vs Li You Fei I
81
Sabrang vs Li You Fei II
82
Masa Lalu Emmy
83
Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84
Kekuatan Lingga
85
Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86
Jalan Hidup Arkadewi
87
Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88
Jebakan Arkadewi
89
Pesan Yasha Wirya
90
Wisanggeni
91
Tengkorak Merah Menyerang
92
Sabrang vs Tara Jingga
93
Kitab Sabdo Loji I
94
Kitab Sabdo Loji II
95
Mata Bulan Moris
96
Rahasia Gerbang Kedelapan
97
Moris vs Lakeswara I
98
Moris vs Lakeswara II
99
Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100
Ruh Suci Penjaga Nusantara
101
Pendekar Misterius di Masa Lalu
102
Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103
Sabrang vs Lakeswara I
104
Sabrang vs Lakeswara II
105
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107
Latihan Aneh Arya Wijaya
108
Kekuatan Alami Arya
109
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113
Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114
Rencana Besar Jaka Buana
115
Rencana Besar Dimulai
116
Arkadewi Dalam Bahaya
117
Bunga Cahaya Perak
118
Lingga vs Pendekar Sula Geni
119
Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120
Ketua Bunga Cahaya Perak
121
Ketua Bunga Cahaya Perak II
122
Arkadewi vs Jaka Buana I
123
Arkadewi vs Jaka Buana II
124
Arkadewi vs Jaka Buana III
125
Arkadewi vs Jaka Buana IV
126
Arkadewi vs Jaka Buana V
127
Serangan Balik Arkadewi
128
Bangkitnya Cakra Loji
129
Sabrang Terdesak
130
Kekuatan Jaka Buana
131
Ingatan Naga Api
132
Api Suci Sula
133
Api Suci Sula II
134
Dimensi Pusat Waktu
135
Pesan Misterius dari Masa Lalu
136
Sang Penjaga Alur Waktu
137
Jebakan Jaka Buana
138
Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139
Bulan Darah I
140
Bulan Darah II
141
Bulan Darah III
142
Bulan Darah IV
143
Bulan Darah V
144
Bulan Darah VI
145
Bulan Darah VII
146
Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147
Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!