Kebangkitan Pusaka Terkuat

"Sudah kuperingatkan untuk tidak menyentuh calon istriku" Arya menatap tajam mereka namun lagi lagi sebuah pukulan menghantam wajahnya.

"Dia memang tidak pernah bisa serius bi" Arkadewi mengumpat kesal.

Mentari tersenyum kecil sesaat sebelum berjalan mendekat sambil melepaskan aura ditubuhnya. "Selama ini tak ada yang berani mendekati tempatku, lancang sekali kalian datang kesini".

Barja tersentak kaget ketika merasakan aura besar menekannya, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Dia tidak menyangka wanita cantik dihadapannya bisa melepaskan aura sebesar itu. Barja memperkirakan aura yang dilepaskan Mentari puluhan kali lipat dari miliknya.

"Sepertinya ada sedikit salah paham nona, muridku memberikan laporan yang tidak akurat. Aku mohon diri, maaf jika membuat anda tersinggung" ucap Barja sopan sambil menundukan kepalanya sebelum melangkah pergi.

Bukan tanpa alasan Barja ingin segera pergi, dia merasa bukan pilihan bijak jika memaksakan mencari masalah dengan Mentari.

Ketika Barja dan para muridnya melangkah pergi tiba tiba bongkahan es besar menghadang dihadapan mereka.

"Kalian pikir bisa pergi begitu saja setelah seenaknya memasuki tempatku?" ucap Mentari sinis.

Barja mengumpat dalam hati menyesali keputusannya datang ketempat itu, namun yang membuatnya heran adalah bagaimana pendekar dengan kekuatan sebesar itu tidak pernah terdengar namamya didunia persialatan.

Barja merasa hanya Warta yang merupakan ketua perguruang Angin Biru dan ketua Tengkorak Merah yang memiliki aura sebesar Mentari. Dia menoleh sambil tetap tersenyum manis "Mohon maaf nona, bukankah aku sudah menjelaskan dan meminta maaf pada anda".

Mentari tersenyum sinis sesaat sebelum menoleh kearah Arya yang masih memegang pipinya.

"Sebenarnya aku berniat membunuh kalian semua disini karena telah lancang memasuki tempatku namun aku akan membiarkan kalian hidup jika bisa mengalahkannya" Mentari menunjuk Arya.

Arkadewi dan Arya tersentak kaget mendengar ucapan Mentari.

Mentari merasa inilah saat yang tepat menguji kemajuan ilmu kamuragan Arya. Pertarungan ini akan memberi banyak pengalaman berharga untuk Arya.

"Bibi" Arkadewi berusaha mencegah rencana gila Mentari yang bisa membahayakan Arya. Walaupun Arya sudah berkembang sangat pesat namun pertarungan sesungguhnya sangat berbeda dengan latihan.

Arya terlihat mengumpat dalam hati, dia merasa tatapan licik Mentari tadi memang mengandung maksud tersembunyi namun dia tidak menyangka Mentari akan menyuruhnya bertarung.

"Sebaiknya kita terima tantangannya tetua, anda lihat betapa bodoh tampang pemuda itu. Ini kesempatan satu satunya kita untuk pergi dari tempat ini" salah satu murid Kalajengking Hitam berbisik pada Barja.

Barja menoleh kearah Arya yang terlihat merengek pada Mentari, dia setuju dengan apa yang dikatakan muridnya. Walau tadi dia sempat terkejut saat Arya tiba tiba mengeluarkan energi pedang diudara namun dia yakin itu hanya kebetulan.

Menghadapi Arya adalah pilihan paling baik daripada harus berhadapan dengan Mentari.

"Apa aku bisa memegang ucapan Anda?" tanya Barja sopan.

Mentari mengangguk pelan "Aku akan menepati janjiku, sejengkal pun aku tak akan bergerak untuk membantunya".

"Bibi, bagaimana kau bisa membahayakan keturunanmu sendiri. Dia akan marah padamu jika aku terluka" rengek Arya.

Arkadewi kali ini mengangguk setuju, bagaimanapun Arya belum siap bertarung dengan para pendekar Kalajengking hitam.

Mentari menatap Arya lembut sebelum berkata sedikit manja.

"Maukah kau memenangkan pertarungan ini untuk bibi?".

Wajah Arya berubah seketika setelah mendengar ucaapn Mentari, dia langsung mengambil sikap siap menyerang.

"Bibi istirahat saja, biar aku yang menghadapi cecunguk cecunguk ini".

"Kalau begitu aku akan mundur sedikit" Mentari memberi tanda Arkadewi untuk mengikutinya.

"Si bodoh itu gampang sekali dimanfaatkan, dasar mata keranjang" Arkadewi menggeleng pelan.

Barja tersenyum congkak sambil menatap tajam Arya. "Lihat sibodoh ini, berani sekali dia menantangku". Barja menarik pedangnya dan bersiap menyerang.

"Akan kutunjukan ilmu kanuraganku dihadapan bibi, saat dia mulai terpesona maka semua dalam genggamanku". Arya tersenyum licik sesaat sebelum sebuah pedang mengenai lengannya.

"Apa kau tidak bisa menunggu sebentar? aku sedang berusaha mengingat jurusku" ucap Arya kesal.

Arkadewi mendengus kesal melihat kebodohan yang ditunjukan Arya.

"Bibi apa dia akan baik baik saja?" Arjadewi terlihat khawatir saat melihat lengan Arya sudah terluka.

"Mungkin dia sangat berbeda dengan Yang mulia yang cenderung pendiam namun aku yakin bakat yang dimilikinya jauh melampaui seniornya. Kau lihat saja nona sebentar lagi kau akan mengetahui seberapa mengerikannya anak itu" jawab Mentari pelan.

Arya melompat mundur untuk menciptakan pedang energi ditangannya namun Barja tak memberinya kesempatan sedikitpun. Dia terus menyerang Arya yang tak memegang pedang.

Arya kembali melompat mundur sambil menyambar sebuah kayu kecil, dia benar benar terdesak dan hanya bisa menghindar tanpa bisa menyerang balik.

Mentari yang tadi terlihat tenang mulai sedikit gelisah karena Arya tak mampu keluar dari tekanan serangan Barja. Dia menggeleng pelan sambil sesekali memutar batu kerikil yang ada ditangannya namun dia kembali memasukannya dalam sakunya.

"Janji seorang pendekar harus ditepati" gumamnya pelan.

Arya mulai mengalirkan tenaga dalamnya ke ranting yang ada digenggamannya. Dia menggunakan ranting itu untuk mencoba menangkis serangan Barja.

"Bagus, gunakan tenaga dalammu, itu jauh lebih mudah daripada kau membentuk energi pedang" Mentari mulai sedikit bisa tersenyum namun tidak bertahan lama saat Barja mengeluarkan jurus yang sangat dikenalnya.

Barja memutar pedangnya sedikit sebelum melesat dengan kecepatan tinggi, gerakannya yang selalu berubah membuat Arya kewalahan. Saat jarak antara mereka semakin dekat, Barja merendahkan sedikit tubuhnya sebelum memutar pedang dengan kecepatan tinggi.

"Jurus pedang tunggal terbang kelangit" Mentari menahan nafas sambil melepaskan kerikil ditangannya untuk membantu Arya namun sudah tidak sempat.

Saat Barja merasa sudah memenangkan pertarungan tiba tiba dalam sekejap ada aura aneh yang menekan seluruh hutan itu sesaat sebelum sebuah pedang muncul dan menangkis jurus pedang tunggal terbang kelangit dengan begitu mudah.

Pedang itu menancap tepat dihadapan Arya yang terjatuh dengan luka diperutnya.

Semua mata kini terfokus pada sebuah pedang yang mengeluarkan aura merah darah. Mereka semua bingung dari mana pedang itu berasal dan siapa yang melempar pedang itu.

***

Ditempat lain tepatnya di Telaga khayangan api, Mpu supo terlihat berlari kearah ruang penyimpanan pusakanya ketika mendengar suara ledakan yang sangat besar.

Wajahnya semakin terkejut saat melihat ruangan tempatnya menyimpan pusaka buatannya sudah rata dengan tanah.

"Megantara?" Mpu supo terlihat panik dan mencari pusaka terakhir ciptaannya itu diantara puing puing bangunan namun tidak ditemukan.

Dia terlihat menghitung sesuatu ditangannya sebelum wajahnya semakin panik.

"Harusnya malam ini Eyang Wesi Mengantara menemui tuannya, karena puncak purnama adalah waktu yang tepat untuk mengendalikan kekuatannya yang selama ini terpendam di lahar gunung merapi.

Jika dia memaksakan menemui tuannya sekarang maka siapa saja yang menyentuh pedang itu akan terbakar habis karena Eyang wesi pun belum mampu mengendalikan kekuatannya sendiri".

Mpu supo menggeleng pelan, dia sedikit menyesali keputusannya mengikuti wangsit yang dia dapat dimimpinya untuk membuat pusaka Megantara dan melepaskan ruh terkuat yang selama ini tersegel di kawah gunung merapi.

"Sepertinya bencana didunia persilatan tak bisa terelakkan lagi, kini tak ada yang bisa menghentikan Eyang wesi dengan kekuatannya dan aku adalah penyebab semua kekacauan ini". Mpu Supo terduduk ditanah dan menatap kosong kedepan.

***

Suasana hutan kematian semakin mencekam saat pedang yang ada dihadapan mereka seperti menyerap sesuatu.

Tak lama ledakan ledakan besar terdengar memekakkan telinga yang berasal dari salah satu gunung yang paling menakutkan ditanah Majapahit, Gunung merapi.

Gunung yang dianggap suci itu seperti ingin memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Mentari bingung sambil menarik Arkadewi kebelakang tubuhnya, dia kemudian melepaskan aura dari tubuhnya untuk melindungi Arkadewi.

Terpopuler

Comments

Dunia Sbw

Dunia Sbw

hsh

2023-05-03

1

Alfian Ian

Alfian Ian

arkadewi cemburu ouh cemburu

2022-03-05

0

Bocah Tua Tampan

Bocah Tua Tampan

welcome Megantara......

ajib MantuLLL nya 🔥🔥🔥🔥🔥🤣

2022-02-04

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Arya Wijaya
3 Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4 Kemampuan Arya Wijaya
5 Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6 Kitab Naga Api Abadi
7 Aura aneh Arya Wijaya
8 Sisi Lain Arya Wijaya
9 Sisi Lain Arya Wijaya II
10 Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11 Serat Malwageni
12 Dewi Racun
13 Masa Lalu Dewi Racun
14 Kemunculan Pria Misterius
15 Pendekar Terkuat Masa Lalu
16 Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17 Perkembangan Arya Wijaya
18 Kebangkitan Pusaka Terkuat
19 Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20 Menuju Bukit Cetho
21 Jurus Badai Api Neraka
22 Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23 Kenyataan Masa Lalu
24 Lembah Tanpa Cahaya
25 Hibata
26 Energi Naga Api
27 Air Terjun Lembah Pelangi
28 Arya Kembali
29 Keputusan Arya Wijaya
30 Rubah Putih
31 Jurus Pedang Jiwa
32 Misi mustahil Arkadewi
33 Awal Pengembaraan Arya
34 Rencana Arya Wijaya
35 Tinju Kilat Hitam
36 Pertemuan kembali
37 Rencana yang dibuat Wardhana
38 Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39 Membunuh tanpa Ampun
40 Prajurit rambut putih
41 Arkadewi dalam Bahaya
42 Kemarahan Arya Wijaya
43 Kelompok Latimojong
44 Undangan Rubah Putih
45 Iblis Dalam Tubuh
46 Kekuatan Misterius
47 Keberadaan Sabrang Damar
48 Memasuki Gua Srunggo
49 Memasuki Gua Srunggo II
50 Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51 Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52 Misteri Kematian Wardhana
53 Ruang Dimensi Api
54 Keturunan Wardhana
55 Bangkitnya Mata Terkuat I
56 Bangkitnya Mata Terkuat II
57 Arya vs Tengkorak Merah
58 Pernyataan Cinta Arya
59 Terjebak di Dasar Jurang
60 Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61 Dewi Kematian
62 Pusaka Pisau Naga Emas
63 Perangkap Besar Wardhana
64 Perangkap Besar Wardhana II
65 Tebing Kelam Dieng
66 Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67 Masa Lalu Arya
68 Pengumuman
69 Keberadaan Wardhana
70 Pertemuan Kembali
71 Pertemuan Kembali II
72 Pusaka Terakhir
73 Pengkhianat Malwageni
74 Tawaran Kerjasama
75 Sebuah Rencana Besar
76 Dunia Tak Bertuan
77 Lembah Merah Dieng
78 Pendekar Sayap Iblis
79 Wardhana Mulai Bergerak
80 Sabrang vs Li You Fei I
81 Sabrang vs Li You Fei II
82 Masa Lalu Emmy
83 Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84 Kekuatan Lingga
85 Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86 Jalan Hidup Arkadewi
87 Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88 Jebakan Arkadewi
89 Pesan Yasha Wirya
90 Wisanggeni
91 Tengkorak Merah Menyerang
92 Sabrang vs Tara Jingga
93 Kitab Sabdo Loji I
94 Kitab Sabdo Loji II
95 Mata Bulan Moris
96 Rahasia Gerbang Kedelapan
97 Moris vs Lakeswara I
98 Moris vs Lakeswara II
99 Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100 Ruh Suci Penjaga Nusantara
101 Pendekar Misterius di Masa Lalu
102 Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103 Sabrang vs Lakeswara I
104 Sabrang vs Lakeswara II
105 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106 Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107 Latihan Aneh Arya Wijaya
108 Kekuatan Alami Arya
109 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110 Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112 Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113 Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114 Rencana Besar Jaka Buana
115 Rencana Besar Dimulai
116 Arkadewi Dalam Bahaya
117 Bunga Cahaya Perak
118 Lingga vs Pendekar Sula Geni
119 Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120 Ketua Bunga Cahaya Perak
121 Ketua Bunga Cahaya Perak II
122 Arkadewi vs Jaka Buana I
123 Arkadewi vs Jaka Buana II
124 Arkadewi vs Jaka Buana III
125 Arkadewi vs Jaka Buana IV
126 Arkadewi vs Jaka Buana V
127 Serangan Balik Arkadewi
128 Bangkitnya Cakra Loji
129 Sabrang Terdesak
130 Kekuatan Jaka Buana
131 Ingatan Naga Api
132 Api Suci Sula
133 Api Suci Sula II
134 Dimensi Pusat Waktu
135 Pesan Misterius dari Masa Lalu
136 Sang Penjaga Alur Waktu
137 Jebakan Jaka Buana
138 Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139 Bulan Darah I
140 Bulan Darah II
141 Bulan Darah III
142 Bulan Darah IV
143 Bulan Darah V
144 Bulan Darah VI
145 Bulan Darah VII
146 Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147 Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Prolog
2
Arya Wijaya
3
Pengejaran Perguruan Tengkorak Merah
4
Kemampuan Arya Wijaya
5
Ramalan Kehancuran Dunia Persilatan
6
Kitab Naga Api Abadi
7
Aura aneh Arya Wijaya
8
Sisi Lain Arya Wijaya
9
Sisi Lain Arya Wijaya II
10
Kemunculan Pusaka Pedang Megantara
11
Serat Malwageni
12
Dewi Racun
13
Masa Lalu Dewi Racun
14
Kemunculan Pria Misterius
15
Pendekar Terkuat Masa Lalu
16
Pendekar Terkuat Masa Lalu II
17
Perkembangan Arya Wijaya
18
Kebangkitan Pusaka Terkuat
19
Kebangkitan Pusaka Terkuat II
20
Menuju Bukit Cetho
21
Jurus Badai Api Neraka
22
Rencana menyusup ke Keraton Majapahit
23
Kenyataan Masa Lalu
24
Lembah Tanpa Cahaya
25
Hibata
26
Energi Naga Api
27
Air Terjun Lembah Pelangi
28
Arya Kembali
29
Keputusan Arya Wijaya
30
Rubah Putih
31
Jurus Pedang Jiwa
32
Misi mustahil Arkadewi
33
Awal Pengembaraan Arya
34
Rencana Arya Wijaya
35
Tinju Kilat Hitam
36
Pertemuan kembali
37
Rencana yang dibuat Wardhana
38
Organisasi Dunia Baru Mulai Bergerak
39
Membunuh tanpa Ampun
40
Prajurit rambut putih
41
Arkadewi dalam Bahaya
42
Kemarahan Arya Wijaya
43
Kelompok Latimojong
44
Undangan Rubah Putih
45
Iblis Dalam Tubuh
46
Kekuatan Misterius
47
Keberadaan Sabrang Damar
48
Memasuki Gua Srunggo
49
Memasuki Gua Srunggo II
50
Efek Jurus Mengendalikan Waktu
51
Efek Jurus Mengendalikan Waktu II
52
Misteri Kematian Wardhana
53
Ruang Dimensi Api
54
Keturunan Wardhana
55
Bangkitnya Mata Terkuat I
56
Bangkitnya Mata Terkuat II
57
Arya vs Tengkorak Merah
58
Pernyataan Cinta Arya
59
Terjebak di Dasar Jurang
60
Rencana Tersembunyi Sang Patih Malwageni
61
Dewi Kematian
62
Pusaka Pisau Naga Emas
63
Perangkap Besar Wardhana
64
Perangkap Besar Wardhana II
65
Tebing Kelam Dieng
66
Rahasia Kitab Lembah Terlarang Api Merah
67
Masa Lalu Arya
68
Pengumuman
69
Keberadaan Wardhana
70
Pertemuan Kembali
71
Pertemuan Kembali II
72
Pusaka Terakhir
73
Pengkhianat Malwageni
74
Tawaran Kerjasama
75
Sebuah Rencana Besar
76
Dunia Tak Bertuan
77
Lembah Merah Dieng
78
Pendekar Sayap Iblis
79
Wardhana Mulai Bergerak
80
Sabrang vs Li You Fei I
81
Sabrang vs Li You Fei II
82
Masa Lalu Emmy
83
Pertarungan di dasar Jurang Bintang Langit
84
Kekuatan Lingga
85
Pusaka Terakhir Dunia Tak Bertuan
86
Jalan Hidup Arkadewi
87
Kepingan Terakhir itu Bernama Arkadewi
88
Jebakan Arkadewi
89
Pesan Yasha Wirya
90
Wisanggeni
91
Tengkorak Merah Menyerang
92
Sabrang vs Tara Jingga
93
Kitab Sabdo Loji I
94
Kitab Sabdo Loji II
95
Mata Bulan Moris
96
Rahasia Gerbang Kedelapan
97
Moris vs Lakeswara I
98
Moris vs Lakeswara II
99
Minak Jinggo dan Moris Terdesak
100
Ruh Suci Penjaga Nusantara
101
Pendekar Misterius di Masa Lalu
102
Bangkitnya Ruh Suci Penjaga Nusantara
103
Sabrang vs Lakeswara I
104
Sabrang vs Lakeswara II
105
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa
106
Kekuatan Pendekar Kembar Trah Dwipa II
107
Latihan Aneh Arya Wijaya
108
Kekuatan Alami Arya
109
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga I
110
Prinsip Ilmu Kanuragan Lingga II
111
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan
112
Rahasia Dimensi Gerbang Kedelapan II
113
Awal Mula Kehancuran Dimensi Tak Bertuan
114
Rencana Besar Jaka Buana
115
Rencana Besar Dimulai
116
Arkadewi Dalam Bahaya
117
Bunga Cahaya Perak
118
Lingga vs Pendekar Sula Geni
119
Lingga vs Pendekar Sula Geni II
120
Ketua Bunga Cahaya Perak
121
Ketua Bunga Cahaya Perak II
122
Arkadewi vs Jaka Buana I
123
Arkadewi vs Jaka Buana II
124
Arkadewi vs Jaka Buana III
125
Arkadewi vs Jaka Buana IV
126
Arkadewi vs Jaka Buana V
127
Serangan Balik Arkadewi
128
Bangkitnya Cakra Loji
129
Sabrang Terdesak
130
Kekuatan Jaka Buana
131
Ingatan Naga Api
132
Api Suci Sula
133
Api Suci Sula II
134
Dimensi Pusat Waktu
135
Pesan Misterius dari Masa Lalu
136
Sang Penjaga Alur Waktu
137
Jebakan Jaka Buana
138
Ruh Wisanggeni Sang Penjaga Dimensi Sula
139
Bulan Darah I
140
Bulan Darah II
141
Bulan Darah III
142
Bulan Darah IV
143
Bulan Darah V
144
Bulan Darah VI
145
Bulan Darah VII
146
Ekstra Bab I : Pengorbanan Arya
147
Pengumuman Novel Baru Sabdo Loji

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!