Luka ditubuh Arya menutup dengan cepat, bola matanya sesaat berubah menjadi biru sebelum kembali normal.
Arya terus menyerang dengan pedang yang terbentuk dari energi ditubuhnya. Rajendra hanya bisa bertahan tanpa bisa menyerang balik. Beberapa pendekar lainnya yang mencoba membantu berakhir dengan lubang ditubuhnya.
Arya mampu menciptakan energi energi pedang di udara dan mengendalikannya sesuka hatinya.
Semua terkejut melihat pemuda yang bahkan belum pernah belajar ilmu kanuragan itu menekan habis salah satu pendekar terbaik Tengkorak merah, Perguruan terbesar di tanah Majapahit.
Arkadewi bahkan sampai tak mampu mengedipkan matanya melihat gerakan gerakan cepat Arya yang sangat mematikan.
Bola mata Arya selalu berubah warna saat dia menambah kecepatannya.
"Siapa dia sebenarnya? apakah selama ini dia menyembunyikan kemampuannya". Rajendra berusaha menjaga jarak untuk menghindari kobaran api yang perlahan muncul ditubuh Arya namun raut wajahnya menjadi buruk saat sebuah energi pedang menusuk tubuhnya dari belakang.
"Gaya bertarungnya mirip dengan Pendekar legenda pengguna pusaka Naga api, apa mereka memiliki hubungan?". Rajendra roboh di tanah dengan luka yang cukup dalam.
Arya kembali menciptakan energi pedang di udara untuk menghabisi Rajendra yang sudah tidak berdaya namun tiba tiba dia berteriak kencang seolah menahan sesuatu keluar dari tubuhnya.
Teriakan yang mengandung tenaga dalam yang cukup besar itu mampu membuat Arkadewi bergidik. Dia tidak pernah menyangka orang bodoh yang tidak pernah bisa bersikap dewasa yang menyelamatkan nyawanya beberapa kali itu memiliki tenaga dalam sebesar itu.
"Siapa dia sebenarnya?". Gumam Arkadewi sambil menelan ludahnya.
"Cukup! Kau tak perlu membunuhnya". Teriak Arya dalam pikirannya.
"Kau terlalu naif bocah! kau tak akan pernah bisa menjadi seorang pendekar kuat jika kau tak merubah sikapmu". Bentak suara misterius itu.
"Aku yang memutuskan apa yang harus kulakukan, kau tak berhak sedikitpun ikut campur!". Arya menarik kembali aura yang meluap ditubuhnya dan menekan suara misterius itu.
"Kau? bagaimana kau menguasai ajian Cakra manggilingan?". Suara misterius itu tersentak kaget sebelum menghilang akibat tekanan aura yang diserap Cakra manggilingan.
Sesaat setelah kedua bola matanya kembali normal, Arya terjatuh dan tak sadarkan diri.
"Arya". Teriak Arkadewi sambil mendekati dan memeriksanya. Raut wajah Arkadewi menjadi lega setelah memeriksa tubuh Arya yang masih bernafas.
"Kenapa kau bodoh sekali". Arkadewi menangis sambil menundukkan kepalanya. Ini pertama kalinya ada yang perduli padanya tanpa melihat statusnya sebagai anak dari ketua perguruan Angin biru.
Tak lama prajurit Tuban yang dipimpin oleh Abimanyu muncul setelah mendengar suara pertarungan.
Abimanyu langsung berlari kearah seorang gadis yang dikenalnya.
"Nona Dewi anda baik baik saja?". Tanya Abimanyu khawatir.
"Paman tolong obati temanku, dia terluka karena menyelamatkanku dari para pendekar Tengkorak merah". Arkadewi menunjuk Rajendra yang tak jauh darinya.
Wajah Abimanyu berubah seketika saat mengenali pendekar yang terluka parah.
"Rajendra?". Abimanyu mengernyitkan dahinya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Rajendra adalah salah satu pendekar muda paling berbakat di dunia persilatan milik Tengkorak merah. Abimanyu bukan merendahkan kemampuan Arkadewi namun dia yakin gadis itu bukan tandingan Rajendra.
Abimanyu pun yakin dia mungkin tak mampu melawan pendekar tengkorak merah itu.
"Siapa yang mengalahkannya?". Tanya Abimanyu pelan.
Arkadewi menunjuk Arya yang terbaring di pangkuannya.
Mendengar jawaban Arkadewi, Abimanyu langsung memeriksa tubuh Arya.
"Tidak mungkin, dia bahkan tidak memiliki tenaga dalam sama sekali. Bagaimana dia bisa mengalahkan pendekar tinggi seperti Rajendra". Abimanyu bergumam dalam hati.
"Aliran darahnya kacau dan beberapa urat nadinya terputus, sepertinya pemuda ini berusaha menekan sesuatu dari tubuhnya". Ucap Abimanyu pelan.
"Apa dia akan siuman paman?". Tanya Arkadewi khawatir.
"Tenang saja nona, dia akan siuman setelah diobati namun seumur hidupnya dia tak akan bisa belajar ilmu kanuragan karena beberapa nadinya terputus". Setelah selesai bicara, Abimanyu memerintahkan prajuritnya untuk mengangkat tubuh Arya dan membawanya ke Kadipaten.
"Ayo nona ikut denganku, anda juga harus diobati". Ajak Abimanyu sambil memapah tubuh Arkadewi.
***
Mpu Supo berjalan cepat menuju gua tempat dia biasa bertapa dan tirakat selama ini. Raut wajahnya kali ini sedikit gelisah karena merasakan aura besar yang sangat dikenalinya.
"Walaupun hanya sesaat aku yakin aura itu milik Iblis api, bagaimana dia bisa muncul kembali? bukankah iblis api itu menghilang bersama dengan penggunanya ribuan tahun lalu?". Mpu Supo kemudian duduk disebuah batu besar yang biasa dia gunakan untuk bertapa.
"Apa yang sebenarnya akan terjadi didunia persilatan ini?". Gumamnya sebelum memejamkan matanya dan memulai tirakatnya.
***
Abimanyu mengetuk pintu kamar Arkadewi beberapa kali sebelum mendapat jawaban dari dalam. Abimanyu masuk perlahan dan menyapa Arkadewi yang menundukkan kepalanya memberi hormat.
"Apakah ada masalah paman?". Tanya Arkadewi cemas, dia takut Abimanyu memberi kabar buruk mengenai kondisi Arya.
Abimanyu menggeleng pelan. "Tidak nona, hanya ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan".
"Pertanyaan?". Arkadewi mengernyitkan dahinya.
"Aku ingin bertanya mengenai pemuda yang menyelamatkan nona tempo hari".
"Arya maksud paman?". Tanya Arkadewi heran.
"Benar nona, sebenarnya saat aku mencari nona di hutan itu aku mengikuti aura besar yang kurasakan. Aku tidak tau aura apa itu namun aku yakin aura itu sangat berbahaya. Aku minta maaf jika sedikit menyinggung anda nona namun aku yakin anda tidak memiliki aura sebesar itu".
Arkadewi sedikit ragu menjawab pertanyaan Abimanyu namun akhirnya dia berkata jujur karena percaya pada Sahabat ayahnya itu.
"Saat Arya menyelamatkanku, dia terluka parah karena serangan Rajendra namun tiba tiba matanya berubah berwarna biru dan setelah itu dia mengamuk. Bahkan Rajendra dibuatnya tak berdaya saat itu namun yang paling kuingat dan membuatku takut bukan mata itu tapi aura aneh yang menyelimuti tubuh Arya".
"Jadi benar jika aura aneh yang kurasakan berasal dari tubuh pemuda itu?".
Arkadewi mengangguk pelan.
"Apa nona pernah mendengar pusaka Naga api?".
"Pusaka milik Raja Sabrang?". Tanya Arkadewi. Dia memang pernah mendengar sebuah kerajaan kuno yang memiliki Raja yang sangat sakti dan memiliki pusaka pedang naga api.
Abimanyu mengangguk pelan "Walau samar aku yakin aura itu milik Naga api tapi bagaimana bisa pusaka itu muncul kembali karena konon pusaka itu menghilang bersama penggunanya setelah pertempuran besar".
"Naga api? apa benar itu energi pusaka legendaris itu? jika benar mengapa bisa ada ditubuh Arya?". Gumam Arkadewi dalam hati.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Api Di Bumi Majapahit akhirnya update setelah lama vakum karena saya revisi. Saya berniat mengikutsertakan di lomba menulis yang ada diadakan Mangatoon.
Yang gak sabar nunggu update apalagi sampai menghina Author tanpa memberi vote like atau tips silahkan minggat BAMBANG.
Saya bukan tidak ingin update tiap hari di ABM tapi sekali lagi saya sampaikan jika ABM akan saya ikutsertakan lomba.
Terima kasih buat temen temen yang tetap sabar.
Ingat ABM adalah novel baru yang membutuhkan review lebih lama oleh pihak Mangatoon berbeda dengan Pedang Naga Api yang sudah ratusan episode..
terima kasih.. Kalian yang terbaik
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Budi Halimah
ceritanya sangat bagus
2024-01-19
2
Lailatus S
baru mulai baca tapi aku ketagihan..
seru bngt novelnya👍
2023-07-23
1
nur kholifah
josssss
2023-01-20
1