Arya mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah pedang tertancap dihadapannya.
"Siapa yang membuang pedang sembarangan seperti ini hah? bagaimana jika menancap ditubuhku?" teriak Arya sambil menahan sakit karena tubuhnya terkena serangan pedang tunggal terbang kelangit milik Barja.
Ki Barja, Mentari dan yang lainnya masih mematung karena tekanan aura merah yang keluar dari pedang itu.
Mereka merasa pedang dihadapan Arya bukan pedang sembarangan.
"Bibi" ucap Arkadewi pelan, dia khawatir terjadi sesuatu pada Arya.
"Tenanglah, aku sedang memikirkan cara mendekati anak itu" ucap Mentari pelan.
Bukan tanpa alasan Mentari berhati hati, dia merasakan aura yang keluar dari pedang itu jauh lebih besar dari energi Naga api sekalipun. Dia takut jika salah bertindak akan membahayakan nyawa Arya.
Barja yang terus mengamati pedang itu selama beberapa saat mulai mendekat saat tidak terjadi apa apa. Dia ingin segera menyelesaikan pertarungannya dan pergi dari hutan kematian.
Barja tiba tiba melesat cepat kearah Arya sambil mengayunkan pedangnya. Mentari menggeleng pelan sebelum ikut melesat untuk menghentikan Barja namun yang terjadi berikutnya membuat mereka tersentak kaget.
Saat tubuh mereka sudah berada didekat Arya, pedang misterius itu tiba tiba melepaskan aura merah yang menekan mereka.
Mentari bahkan terdorong beberapa langkah sebelum dia mengalirkan tenaga dalamnya agar tak terlalu jauh terpental.
Situasi Barja jelas lebih buruk dari Mentari, dia yang tidak memiliki tenaga dalam setinggi Mentari terpental jauh sebelum membentur sebuah pohon besar. Darah segar keluar dari mulut dan hidung Barja.
"Pedang itu?" gumam Barja terkejut. Dia tidak pernah mendengar ada sebuah pedang yang dapat melepaskan aura sebesar itu.
Arya yang melihat Barja terluka merasa diatas angin. Dia bangkit dan berjalan mendekati pedang itu.
"Jauhi pedang itu" teriak Mentari.
"Hah?" Arya menoleh kearah Mentari bingung.
Barja mengernyitkan dahinya sebelum kembali bergerak menyerang. Dia melihat Arya bisa mendekati pedang itu, artinya tak ada lagi arua yang menyerangnya seperti tadi.
Arya menjadi panik saat Barja kembali memasang kuda kuda jurus pedang tunggal terbang kelangit. Tanpa pikir panjang dia memegang gagang pedang dan mencabutnya.
"Majulah kah! akan kucincang tubuhmu dengan pedang pusaka ini" ancam Arya congkak. Dia merasa pedang itu memiliki kekuatan besar saat melihat Mentari dan Barja tiba tiba terpental mundur.
Namun tak lama dia mengumpat dalam hati saat menyadari hanya gagang pedangnya yang tercabut. Dia menoleh kearah pedang yang masih tertancap ditanah.
"Pedang karatan" umpatnya sebelum kembali berlari menjauhi Barja sambil melempar gagang pedang itu.
Arkadewi yang melihat tingkah bodoh Arya tak tau harus tertawa atau khawatir.
"Bisa bisanya dia masih bertingkah bodoh disaat seperti ini" Arkadewi mencabut pedangnya dan siap membantu namun Mentari menahannya.
"Tunggu" ucap Mentari pelan.
"Tapi bi" ucap Arkadewi protes.
"Ku bilang tunggu atau kau akan terluka parah" ucap Mentari dingin. Matanya menatap pedang tanpa gagang yang masih tertancap ditanah itu.
Walau tulisan yang berjajar dimata pedang itu kecil namun dia bisa membacanya dengan sangat jelas.
"Sabrang Damar" ucapnya mengernyitkan dahinya. "Jangan jangan pedang ramalan itu sudah muncul?".
Mentari tak mau gegabah bertindak karena dia merasakan pedang itu sedang berusaha mengendalikan kekuatannya sendiri.
Pengalaman bertarung ribuan tahun dan menguasai Ajian Cakra manggilingan membuatnya bisa merasakan ada tarik menarik energi didalam pedang itu dan jika salah bertindak maka energi itu justru akan menyerangnya.
Arya semakin terdesak oleh serangan serangan cepat Barja. Bertarung tanpa pedang membuatnya hanya bisa terus menghindar tanpa bisa menyerang balik.
Arya bisa saja menciptakan energi pedang ditangan seperti biasanya namun dia membutuhkan waktu untuk berkonsentrasi sedangkan Barja terus menyerangnya.
Beberapa luka goresan mulai terbentuk ditubuh Arya.
"Naga api apa kau begitu lemah? lakukan sesuatu atau aku akan mati tanpa bisa menikah" teriak Arya dipikirannya.
"Tanpa perantara pedang aku hanya bisa melindungi tubuhmu. Kau pikir luka kecil ditubuhmu siapa yang melindungi? jika bukan karena kekuatanku tubuhmu sudah terbelah menjadi dua dari tadi".
"Sial" Arya terus menghindari serangan Barja yang semakin cepat.
Barja mengernyitkan dahinya heran, dia merasa serangan serangannya cukup telak mengenai Arya namun anehnya luka yang ditimbulkan hanya goresan goresan kecil.
"Aku harus menggunakan jurus Pedang tunggal tingkat 7" ucapnya pelan.
Barja memperlambat gerakannya untuk merubah kuda kudanya, dia memutar pedangnya kedepan seperti membidik Arya.
"Gawat, Jurus milik tuan Lingga tingkat tujuh. Aku harus menghentikannya" Mentari bersiap menyerang namun tanpa mereka semua sadari perlahan gagang pedang berwarna emas terbentuk dipedang misterius itu.
Saat Mentari mulai bergerak, pedang itu tiba tiba tercabut dari tanah dan melesat kearah Arya.
Mentari terpaksa melompat mundur saat kobaran api merah terbentuk dipedang itu.
"Pedang itu bergerak sendiri?" Mentari mengernyitkan dahinya.
"Mati kau". Barja memutar tubuhnya sedikit kesamping dan mengayunkan pedangnya sekuat tenaga.
Saat mata pedang Barja sudah hampir mengenai tubuh Arya, pedang misterius itu lebih dulu mencapai lengan Arya.
"Pedang karatan?" gumam Arya sebelum dia mengayunkan pedang yang tiba tiba muncul ditangannya.
"Jurus pedang pemusnah raga" Arya merubah sedikit posisi tubuhnya sebelum menangkis serangan Barja.
Saat Arya mulai bergerak, waktu disekitarnya seperti berhenti beberapa detik. Dia dapat melihat Barja bergerak mundur dengan sangat lambat.
Sesaat sebelum Arya menyerang, dia merasakan kekuatan yang sangat besar masuk ketubuhnya dengan cepat. Matanya bahkan memerah karena tekanan tenaga yang ada ditubuhnya. Naga api ikut tersentak kaget merasakan kekuatan itu, dia bagai terhisap dan dimakan hidup hidup oleh kekuatan itu.
Tubuh Mentari bergetar hebat saat melihat perubahan Arya, rambutnya yang hitam pekat perlahan namun pasti berubah menjadi putih seluruhnya.
Arkadewi yang berada disebelah Mentari terlihat mencengram pakaian Mentari tanpa sadar saat melihat pemuda dihadapannya bergerak dengan kecepatan tinggi. Ramputnya yang sudah memutih seluruhnya terlihat sangat mencolok.
Yang terjadi beberapa detik kemudian tubuh Barja roboh dan terbelah menjadi empat.
Tak jauh dari tubuh Barja, seorang pemuda berambut putih berdiri tegap dengan api yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
"Dia gagah sekali" Arkadewi kagum pada Arya, rambutnya yang memutih membuat pemudai itu semakin tampan. Wajah Arkadewi bahkan memerah saat menatap pemuda tampan berambut putih itu.
Arya terlihat mengatur nafasnya yang mulai tersenggal. Dia menoleh kearah Barja sesaat sebelum menatap Mentari yang berdiri tak jauh darinya bersama Arkadewi.
"Apa bibi melihat ilmu kanuraganku? aku yakin dia kini terpesona padaku. Selangkah lagi aku akan menikahinya" gumamnya licik.
Arkadewi buru buru membuang jauh pikirannya yang memuji Arya saat melihat wajah mesum itu menatap Mentari.
"Wajah itu merusak pemandanganku" ucap Arkadewi kesal.
"Ternyata pedang karatan ini hebat juga" Arya menatap pedang yang ada digengamannya.
Tiba tiba pedang yang ada digenggaman Arya mengeluarkan kobaran api.
"Namaku Eyang Wesi Megantara bodoh! kau boleh memanggilku Eyang" hardik Eyang Wesi dalam pikiran Arya.
"Yah siapapun namamu selama kau membantuku mendapatkan bibi Mentari tak masalah" Arya tiba tiba tertawa lantang.
"Apakah aku salah memilihnya sebagai tuan?" umpat Eyang Wesi.
Naga api yang mendengar umpatan Eyang Wesi tertawa mengejek.
Mentari terlihat tersenyum sambil menatap Arya, dia kembali teringat ramalan yang dikatakan Sabrang padanya.
"Saat pedang dengan kekuatan yang sangat besar itu muncul maka anak dalam ramalan telah lahir. Sangking kuatnya pedang itu, siapapun tuan yang dipilihnya, rambutnya akan memutih akibat efek kekuatan itu. Jika saat itu tiba maka dia akan meneruskan perjuangan kita untuk menghancurkan mahluk terkuat masa lalu".
"Yang mulia, sepertinya ramalan itu benar" ucap Mentari pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
gatot pringgodhani
tokohnya kelewat tolol menjadikan ceritanya jadi kurang menarik... Cape bacanya karna ceritanya nggak bermutu pake latar belakang sejarah kerajaan Majapahit nggak bikin menarik juga dg alur ceritanya...
2024-03-11
1
Nur Tini
viktor
2023-10-19
2
putra
ahh
2022-11-04
0