Agenda Dokter Bara
Menjadi seorang dokter spesialis anesthesi sudah menjadi anganku sejak diterima di fakultas kedokteran. Aku yang sedari kecil memang tidak mau menjadi bayang-bayang kakakku, Mayong Saputra Suryolaksono. Selain itu aku juga sama sekali belum ada minat terjun ke dunia bisnis seperti papa Suryo dan juga kak Mayong.
Sebagai bagian dari keluarga Suryolaksono pemilik Dirgantara Group, sebenarnya aku juga dituntut oleh papa Suryo untuk membantu kak Mayong yang sekarang telah meneruskan Dirgantara.
Tapi hidup adalah pilihan, itu pedomanku. Ada enaknya menjadi seorang anesthesiolog. Tak perlu tenaga yang besar untuk ikut mengoperasi dan ***** bengeknya. Simple-nya, tugasku adalah memastikan agar pasien tidak merasakan nyeri, tidak merasakan kecemasan dan takut selama operasi jika memang hanya bius lokal, dan tentu saja meminimalkan efek obat bius pasca operasi. Bagian paling pentingnya adalah memastikan pasien bangun pada perkiraan waktu yang sudah ditentukan kalau menggunakan bius total.
Kedengarannya mudah, tapi proses itu harus melalui hitungan yang tepat. Berapa dosis yang harus keberikan harus sesuai dengan kebutuhan agar pasien tertidur.
Kedekatannya dengan dokter Maya, spesialis kebidanan dan kandungan. Yang sekarang juga menjadi kakak iparnya membawanya menemukan seorang wanita yang sekarang menjadi pendampingnya. Yasmin Melati Sukma, istri tercintanya.
Bahkan Yasmin telah mengandung buah cintaku kembali. Betapa bahagianya kami berdua saat melihat hasil pemeriksaan tes pack dengan dua garis merah muncul di alat itu, setelah kami menunggu beberapa lama kehadirannya. Tangis bahagia mewarnai suasana pagi itu. Yasmin yang pernah trauma dengan kehamilan sebelumnya. Bahkan tindakan curretage beberapa kali yang dijalaninya masih sangat membekas di benak istrinya.
Dengan semangat aku ajak Yasmin istriku ke klinik Om Abraham yang juga seorang pembimbingku waktu kuliah kedokteran, yang juga teman dekat papa ku. Beliau yang seorang konsultan fetomaternal menguntungkan bagiku, karena bisa konsul dengan bebas tentunya..he..he...
Om Abraham juga merupakan ayah mertua dari kak Mayong, dan ayah kandung dari dokter Maya.
"Pagi Om" sapaku memasuki ruang prakteknya. Ruang praktek yang tersedia sebuah alat USG model terbaru yang sama persis di rumah sakit Suryo Husada milik Dirgantara Group juga. "Tumben Bar, ke sini pagi-pagi. Untung Om belum berangkat ke kampus" ujar Om Abraham tersenyum ramah. Bara memberitahu kabar bahagianya dengan menunjukkan hasil tes pack istrinya. "Wah selamat. Akhirnya ekormu bisa menghasilkan ekor juga" gurau Om Abraham.
"Ha...ha....doakan Om semoga lancar ya untuk kehamilan ini" tukas Bara. "Pasti..." tegas Om Abraham.
"Oh ya Yasmin, naiklah" saran Om Abraham meminta Yasmin untuk naik ke meja pemeriksaan. Yasmin mengikuti apa yang diminta om Abraham. Tranducer USG mulai digerakkan oleh Om Abraham di perut bagian bawah Yasmin. Di monitor mulai terlihat gambar kantong kehamilan berisi sebuah titik sebesar kacang kedelai. "Itu Bar, sudah lihatkan? Sebuah titik di dalam lingkaran hitam itu?" tunjuk Om Abraham ke monitor. "Yasmin, lihatkan gambar yang kutunjukin anak panah di monitor itu?" tanya Om Abraham. "Itu calon anak kalian" tegas Om Abraham. Kulihat Yasmin menangis haru.
Setelah periksa, kami meluncur ke mansion papa Suryo. Niat kami memang ingin memberi kejutan terutama mama Clara yang baru pulang dari rumah sakit karena kejadian penembakan yang dialaminya karena berusaha menolong kak Mayong dari serangan tuan James yang juga merupakan kakak kandung dari mama ku.
Aku menghampiri mama yang sedang duduk di ruang keluarga ditemani papa. "Tumben Bar, pagi-pagi sudah nyampai sini. Biasanya abis subuh sudah di rumah sakit" celetuk papa Suryo. "Menantumu tuh Pa yang sering ngajak main operasi subuh. Untungnya sekarang dia sudah tidak diijinin suaminya kerja lagi" tanggap Bara. Niatnya memang menyindir Maya yang barusan datang dengan Mayong lengkap dengan keempat buah hatinya.
Yasmin memberikan sebuah amplop ke mama Clara. "Apaan ini sayang?" tanya mama Clara. "Buka aja Mah!!!" sahut Bara menimpali. "Jangan-jangan cek Bar? Mau dong" Mayong menepuk bahu adiknya. "Nggak tau malu, CEO masih ngarep dapat amplop. Kebalik kali" Bara menimpali ucapan kakaknya itu. Semuanya tertawa. Mama Clara memeluk menantu keduanya setelah membuka amplop itu. "Alhamdulillah, anggota keluarga Suryolaksono akan bertambah lagi" ucap mama Clara. Terlihat bulir bening di pelupuk matanya. Mama Clara sangat bahagia saat ini.
"Wah Bar, selamat ya akhirnya ekormu sukses juga" celetuk Mayong. "Nggak lucu, tadi Om Abraham juga bilang seperti itu" tukas Bara.
Maya menghambur memeluk Yasmin sahabat sekaligus adik iparnya itu. "Selamat ya Cin, jangan banyak aktivitas dulu. Semua yang ada di butik sebaiknya serahin aja ke asistenmu" usul Maya. "Akan kupikirkan" timpal Yasmin. "Selamat juga buat kamu yang udah ketrima kuliah lagi. Smoga lancar pendidikannya. Otak kamu memang encer May" puji Yasmin.
"Apa kamu juga mau kuliah lagi bee?? Biar bisa bareng tuh sama sahabatmu" tanya Bara dan menoleh ke arah Maya.
"Ogah, otak cetek gini suruh mikir pelajaran lagi, mendingan buat desain baju aja. Sat...set...sat...set...baju jadi, cuan datang" ujar Yasmin sambil seolah-olah mempraktekan menggambar dan menjahit sebuah desain. Dua menantu yang beda karakter. Satunya pintar, satunya santai kayak di pantai. Begitulah pemikiran mama Clara.
Setelah Mayong pamitan hendak berangkat ke Dirgantara, Bara pun ikutan pergi. Kemana lagi kalau nggak ke rumah sakit Suryo Husada yang merupakan rumah keduanya. Jadwal beberapa operasi elektif sudah menunggu hari ini.
Ada dokter Alex yang sangat setia menunggu dengan dua pasien mioma uterinya. Dokter Budi dengan operasi elektif sectio cesaria. Dan juga beberapa operasi ortopedi. Begitu info yang diterima Bara tadi malam dari share grup di ponselnya.
"Bee, aku pergi ke rumah sakit dulu. Kamu di sini aja temani mama. Kan di sini ramai karena ada Maya dan para followernya" pamit Bara. Follower Maya yang dimaksud Bara adalah Raja, baby triplet 3G (Ghania, Ghalya, dan Ghina) dan juga pasukan dayang yang selalu diajak Maya kemanapun mereka pergi. Yasmin tersenyum menanggapi ucapan Bara yang kadang tak ada saringannya itu. Sementara Maya melotot ke arah Bara seakan tak terima dengan ucapan adik iparnya itu. Yasmin pun mengantar kepergian suaminya sampai pintu depan, sama persis yang dilakukan Maya saat mengantarkan suaminya pergi.
Smoga kehamilan kedua ini dilancarkan sampai nanti waktu kelahiran. Lindungilah istri dan calon anakku ya Allah, doa Bara sambil melajukan mobilnya ke arah Suryo Husada.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
#***Novel ini adalah sekuel dari novel sebelumnya. Sebelum memulai sebaiknya mampir dulu di "Obgyn kesayangan CEO" . Novel ini author buat dari sudut pandang Bara.
Selamat menikmati.
Kalau suka, lanjutkan. Kalau tidak suka, skip aja.
Author nggak bisa maksain 😊😊🤗***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-12-12
2
Tania
keren Thor, semangat
2022-10-10
2
Tania
tulis...tulis...
2022-10-09
2