Bab 17

Pak Beni mengajak kami pindah ke sebuah kontrakan kecil. Awalnya aku menolak, tapi Mama selalu mengajariku untuk ikhlas menerima keadaan.

Aku mulai terbiasa hidup dengan keterbatasan. Mama yang terbiasa hidup hanya sebagai ibu rumah tangga sewaktu menjadi istri almarhum papa cukup kaget dengan suami barunya. Meski pak Beni adalah sosok yang bertanggung jawab, tapi gajinya sebagai karyawan biasa di perusahaan papa yang telah berganti nama itu hanya cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari kami.

Mama yang meski lulusan sarjana, dengan usianya saat itu tentu sulit mencari pekerjaan. Malam itu aku tak sengaja mendengar obrolan pak Beni dan mama. Mama yang meminta persetujuan untuk bekerja supaya bisa membantu perekonomian keluarga. Akhirnya kudengar pak Beni menyetujuinya meski dengan helaan nafas panjang.

Mulai saat itu mama bekerja serabutan. Apapun yang penting halal, itu prinsip mama.

Tak berselang lama dari waktu itu pak Beni dipecat sepihak oleh perusahaan tempatnya bekerja. Tentu saja pak Beni sangat kecewa dengan hal itu. Pak Beni mulai sering uring-uringan dan mudah marah. Mama yang sering menjadi tumpuan kemarahannya. Di tengah kegalauan mereka, ada sekelumit berita bahagia bahwa mama hamil. Entah aku harus menanggapi bahagia atau sebaliknya. Aku kasihan dengan mama saat itu. Mama yang terbiasa hidup enak dengan almarhum papa harus mengalami semua itu. Bahkan suaminya yang sekarang jarang pulang semenjak mengetahui mama hamil. Pulang-pulang pasti dalam keadaan mabuk. Sering kulihat mama menangis sendirian di tengah malam.

Dan endingnya adalah sekarang aku berada di sini, di bui. Menunggu proses peradilan, yang entah keputusannya akan diketuk kapan. Aku hanya bisa meratapinya. Sesal pun tak akan ada gunanya.

Aku yang berusaha tabah menjalani hukuman, tapi pertahananku jebol juga saat mama dan adik ku menengok ke penjara tempatku berada. Kami menangis bersama, merutuki nasib yang kita alami. Jangan tanya ayah tiriku ke mana. Pasti lah sedang berada di meja judi. Mama bahkan minta maaf padaku, membuat hatiku semakin tak tega mendengarnya. "Mah, hanya mama dan Chyntia yang aku miliki sekarang. Smoga kita bisa melewatinya bersama" ucapku mencoba menguatkan mereka. Mama pulang setelah petugas memberitahu bahwa waktu kunjung telah habis. Tinggallah aku sendiri.

Beberapa hari berikutnya, petugas membuka kunci pintu sel ku. "Keluarlah, kau telah bebas. Semoga beberapa hari ini telah memberikan efek jera kepadamu" ujar petugas itu menasehatiku. Aku masih tertegun, menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Ada beberapa tanya dalam benakku. "Hei, keluarlah. Apa kau nggak mau dibebaskan" ujarnya lagi. Aku melangkah dengan baju yang telah beberapa hari kupakai. Karena mama dan adikku belum sempat membesukku setelah berkunjung beberapa hari yang lalu.

"Pak, bukannya aku masih nunggu persidangan? Kok bisa aku bebas?" aku menghampiri petugas itu karena penasaran. "Issshhhhh...kau ini. Bukannya senang, malah banyak nanya. Jelas saja kau dibebaskan, itu karena tuntutanmu telah dicabut" jawabnya mulai kesal. Aku melangkah gontai keluar kantor polisi. Antara senang dan sedih, perasaanku bercampur jadi satu. Sedih karena harus menghadapi kenyataan miris keluargaku.

Aku terus berjalan sambil melamun, hingga tak sadar sebuah mobil hampir menyerempetku. Aku jatuh terduduk di samping mobil. Lihat dari jenis dan type mobilnya, pasti lah yang membawa adalah horang kaya..he..he...atau masuk golongan sultan malah (sebutan untuk orang-orang super kaya). Elis malah terbengong, sampai lupa berdiri. Orang itu tergopoh menghampiri keberadaan Elis.

"Maaf...maaf...apa kau tidak apa-apa? Apa ada yang luka? Kebetulan aku dokter. Boleh aku lihat lukamu" tanyanya tanpa jeda.

Elis mendongak melihat orang itu. "Kau..." dia terperangah kaget. Elis lebih terperanjat lagi, kenapa bisa ketemu lagi dengannya. Meski sebelumnya dia pakai masker, Elis belum lupa bentuk mata dan alisnya. Ternyata dia sangatlah tampan, batin Elis terpesona.

Orang itu menjitak keningku, "Sungguh berhadapan dengan mu dan juga keluargamu malah jadi sial begini" gerutunya. "Kau ada yang luka atau nggak?" tanyanya lagi dan mulai tak sabar. "Tidak ada tuan, maaf" ucap Elis. "Dan makasih telah mencabut tuntutanmu" lanjut Elis.

"Bukan aku yang mencabut, tapi asistenku. Ingat jangan kau ulangi ulahmu itu. Cukup sekali kau membuat ulah yang membuat repot mama mu" tukasnya. Eh kok mamaku disebut, pikirku.

Elis hendak berdiri, tapi kesulitan. Betisnya ternyata terkilir. "Kau bilang nggak ada luka, tapi tuh lihat...betismu terkilir" ucapnya lagi. "Ayo masuk mobil!!!" tukasnya. "Nggak usah tuan, aku masih bisa jalan" tolakku. "Ternyata selain membuat ulah kau juga merepotkan" kilahnya sambil memaksaku masuk mobilnya.

"Kita mau ke mana tuan??" tanyaku yang penasaran semenjak tadi. "Diamlah, jangan berisik" suaranya masih terdengar ketus.

Ternyata dia membawaku di sebuah rumah sakit terbesar dan mewah di kota ini. "Turunlah" perintahnya saat mobil berhenti di drop zone IGD. Seorang petugas menyambut kedatangannya kami dengan ramah, "Loh dok, siapa nona ini?" tanya perawat itu penasaran kepadanya. "Orang yang selalu bikin ulah dan bikin repot" jawabnya dengan muka datar. "Cepat kau obati luka dan berikan obat-obatan sesuai kondisinya. Jangan lupa bill semua masukkan tagihanku" lanjutnya. "Baik dok" perawat itu selanjutnya membawaku ke ruang tindakan di dalam IGD. Sementara dirinya telah meninggalkanku selepas dia bicara tadi.

"Mba, kok bisa kenal dengan dokter Bara?" tanya perawat itu. Dokter Bara, ternyata namanya itu. Dan dia seorang dokter. Dokter kok ketus sekali, batinku mengumpatinya. "Mba, ditanya kok malah diam" ucap perawat itu lagi sambil membersihkan betisku yang terkilir. "Aku nggak mengenalnya kok mba, cuma tadi nggak sengaja aku keserempet mobilnya" jawabku dengan jujur. "Oooo...begitu ceritanya" jawab ramah perawat itu.

"Dokter Bara itu orang baik mba, meski kadang kata-katanya terdengar ketus" jelas perawat itu. Eh mbak nya kok tau aja isi hatiku, batinku saat itu. "Dokter Bara adalah dokter spesialis anesthesi di rumah sakit ini. Mungkin tadi dia juga buru-buru di jalan karena ada panggilan operasi" jelasnya lagi. "Oooooooo...." aku hanya ber o ria.

Kaki ku yang terkilir telah dibersihkan dan ditutup perban. Obat-obat yang harus kuminum pun telah kuterima. Aku mencoba berdiri dan hendak melangkah pulang. Tapi perawat yang menanganiku tadi menghampiriku lagi. "Mba Elis, tadi dokter Bara berpesan kalau anda disuruh menunggunya sampai selesai operasi" ucapnya. Ada apa lagi dengannya, batinku. Aku pun akhirnya menunggunya sampai selesai tindakan operasinya selesai. "Nggak papa lah nunggu, aku juga belum sempat mengucapkan terima kasih dengan benar padanya" batinku menghibur diri.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

***To be continued, happy reading

Sarapan pecel di pagi hari, tetap stay tuned in the story 😊😊😊

Maksa banget pantunnya 😆😆😆***

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

moga bisa berjodoh

2023-11-17

1

Isabela Devi

Isabela Devi

moga ini jodoh bara

2023-11-17

1

Sri Astuti

Sri Astuti

semoga ini jln Elis buat tobat dan bs slametin ibu serta adiknya

2023-03-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Promote
109 Promote Langit dan Jingga
110 Nikah Untuk Bahagia
111 Promote 'My Aluna'
112 Promote 'Bukan Benih Suami'
113 Promo 'Lost Memory'
114 Promo 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
115 Mampir 'FAITHFULNESS'
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Promote
109
Promote Langit dan Jingga
110
Nikah Untuk Bahagia
111
Promote 'My Aluna'
112
Promote 'Bukan Benih Suami'
113
Promo 'Lost Memory'
114
Promo 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
115
Mampir 'FAITHFULNESS'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!