Ladang uang kita ditangkap nih bang? Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya ke orang yang sama-sama berada di parkiran itu. "Kau culik saja adik si Elis. Kalau perlu kita jual saja adiknya" ucap enteng orang yang dipanggil Abang itu.
"Ternyata dia tidak melakukannya sendiri" batin Bara. Bara akan menyelidikinya sendiri kali ini. Mereka salah pilih tempat kalau mau melakukan di wilayahku, gumam Bara. Bara tak langsung kembali ke mobilnya, tapi terus mendengarkan ocehan kedua laki-laki yang berada di balik pilar bangunan mall itu.
"Bang, kayaknya yang menangkap Elis tadi orang yang berpengaruh ya?" masih terdengar obrolan mereka di telinga Bara. "Pastinya" sahut satunya. "Tapi kasihan juga si Elis, padahal dia melakukan semuanya karena hanya ingin menebus hutang-hutang ayah tirinya yang tukang judi itu" ceritanya. "Kan Elis sendiri yang memilih jadi tukang copet daripada dijual ke juragan Darto oleh ayahnya" tukas yang lainnya. "Ya sudahlah, ayo kita lapor aja ke juragan Darto. Biar juragan sendiri saja yang memutuskan adiknya Elis mau diapain" mereka meninggalkan tempat itu tanpa menyadari kalau ada yang menguping pembicaraan mereka.
Berarti mereka berdua berada dalam mall saat aku menyeret wanita tadi. Bara mengambil ponselnya dan mengambil gambar kedua orang tadi. Bara yang awalnya ingin langsung pulang, kembali ke pos keamanan. "Pak, tolong kau telusuri sosok ini di rekaman cctv. Ketemu langsung laporkan padaku" perintah Bara sambil menunjukkan potret kedua orang tadi. Security itu mengiyakan dan tak berani membantah tuan besarnya. Seumur-umur baru kali ini dia didatangi langsung oleh pemilik mall tersebut, batin security itu.
Dalam perjalanan menuju mansion, baru terlintas dalam pikiran Bara. "Kenapa tidak kuikuti saja mereka tadi" sesal Bara. "Bisa saja mereka adalah sindikat yang menjadikan mall Dirgantara sebagai ladang untuk melakukan kejahatannya" Bara terus memikirkannya, sampai terdengar klakson mobil di belakang yang menandakan lampu telah berganti hijau di perempatan itu.
Saat mau membelokkan mobilnya di gerbang utama mansion, ponsel Bara berdering. "Selamat malam dokter, memberitahukan dok kalau ada cito operasi dengan dokter Alex" suara di ujung telpon dan yang pasti berasal dadi instalasi bedah central. "Pasien apa mas?" tanya Bara. "Persalinan macet dokter, pasien juga baru otewe dari ruang bersalin ke sini" jelas mas perawat. "Oke, aku berangkat" jawab Bara. Ternyata ekspektasi kadang tak sesuai realitas. Ekspektasinya ingin langsung memeluk Agni saat sampai mansion, realitanya malah balik rumah sakit ada cito operasi.
Mobil Bara telah putar balik ke arah Suryo Husada. Di tengah perjalanan tak lupa Bara menghubungi Rani baby sitter anaknya. "Ran, tolong kau jaga Agni untuk malam ini. Aku mau ada operasi. Takutnya ntar pulang sudah malem" jelas Bara saat Rani sudah mengangkat panggilannya. "Siap Tuan" tukas Ani. Tak sampai tiga puluh menit, Bara telah sampai di basement Suryo Husada. Tap...tap...tap...terdengar langkah-langkah Bara menuju ruang instalasi bedah central. Anung yang memang kejadwal oncall malam ini datang di belakang dokter Bara. "Malam dok" sapa Anung sedikit memicingkan mata karena silau. "Malam Nung, lekaslah. Kau siapkan dulu pasiennya" perintah Bara ke Anung yang merupakan asistennya di kamar operasi. "Siap dok" jawab Anung selepas ganti baju khusus kamar operasi itu.
Selama menunggu pasien dipersiapkan dan kru lengkap, Bara memainkan ponselnya. Tak sengaja Bara melihat berita yang mengupas dirinya karena berhasil menangkap pencopet. Meski wajah Bara tak terlihat jelas di berita itu, tapi membuat sosok Bara menjadi terkenal. Ponselnya berdering, terlihat Mayong calling.
"Bar, sensasi apa yang kau buat?" tanya Mayong. Pasti kakaknya sudah melihat berita ini, batin Bara. "Nggak ada apa-apa kak, netizen sekarang itu pandai mengolah kata sehingga beritaku menjadi trending" jawab Bara beralasan. "Kak, Alex sudah datang nih. Aku mau operasi. Kalau mau tanya, dilanjut besok saja interogasinya" tukas Bara mengakhiri panggilan Mayong. Sejatinya Bara tersenyum puas dan menebak kalau Mayong sekarang sedang mengumpatinya.
Alex yang memang barusan masuk kamar operasi dengan muka bantalnya hanya membego karena namanya disebut tanpa tau arah pembicaraan Bara. "Bangun Lex, jangan-jangan kau ngigau kali ini" goda Bara. "Ngantuk kak...semalam aku sudah dapat cito operasi tiga. Belum puas tidur siangku tadi, eh ini ada cito lagi" jelas Alex. "Kerja harus ikhlas, ambil spesialis obgyn kan sudah pilihanmu" sahut Bara. "Siapa bilang, aku ambil obgyn karena dipaksa papa ku dan juga dokter Bagus itu. Iya, dokter Bagus adalah kakak kandung dokter Alex. "Sudah kepalang basah, lagian kau juga udah lulus obgyn" tandas Bara.
Anung masuk ruangan dokter, memberi info kalau pasien sudah disiapkan. "Dok, sudah siap semua" lapornya. Bara mengangguk dan mengikuti langkah Anung menuju kamar operasi tiga, di mana pasien sudah dibaringkan di meja operasi. "Ibu...Ibu yang tenang ya. Banyak berdoa. Hanya Allah lah maha penolong. Saya dokter Bara, dokter anesthesi yang akan membius ibu" Bara memperkenalkan diri dan selanjutnya menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan olehnya. "Ibu mengerti??" tanya Bara dan ibu itu mengangguk lemas karena sudah kehilangan banyak tenaga untuk mengejan, tapi bayinya tak mau lahir juga. Bara mengambil jarum spinal dan mulai menyedot obat-obatan yang akan disuntikkan di tulang belakang pasiennya. Pasien telah dimiringlan oleh Anung, dengan sekali tusukan jarum telah berposisi di tempatnya. Tanpa ragu Bara menyuntikkan obat bius sesuai kebutuhan pasien.
Tepat Bara selesai, Alex yang telah mencuci tangan masuk ke kamar operasi. "Bagaimana kak?" tanyanya. "Aman, mulai saja" tukas Bara. Alex memimpin doa saat operasi akan di mulai. Hampir satu jam operasi berjalan. Saat akan menutup kulit terjadilah perdarahan hebat dari jalan lahir. "Mba, periksa kontraksinya" perintah Alex. Perawat yang merupakan asistennya di kamar operasi melakukan apa yang diperintah Alex. "Kontraksi rahim lemah sekali dokter" jawab perawat asisten Alex. "Bagaimana Lex????? Jangan kau biarkan pasien ini mati. Mereka juga manusia" tanya Bara. "Ku akan berusaha. Tapi aku butuh dukunganmu kak. Tolong kau jaga kondisi pasien, aku akan melakulan re open untuk menghentikan perdarahan" sergah Alex. Ya begitulah, operasi yang dipikir operasi biasa ternyata baru selesai selepas tengah malam.
Bara pamitan saat Alex menyelesaikan berkas rekam mediknya. "Lex, duluan" pamit Bara. "Makasih kak, hati-hati di jalan" tukas Alex tulus. "Sama-sama" balas Bara saat keluar dari instalasi bedah sentral rumah sakit Suryo Husada.
Sementara itu di lapas sementara kepolisian, nampak Elis Melati sedang dikunjungi oleh ayah tirinya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
***To be continued, happy reading
Ikan peda ikan patin, hari ini up dua ganti yang kemarin 😊
Vote, like, komen n' jangan lupa kasih bintang lima nya
Lope lope dear 💝***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments