Finally, keputusan Bara akhirnya memindahkan Yasmin istrinya ke rumah sakit di negara 'S' untuk perawatan lebih lanjut. Bara baru teringat ada salah satu koleganya yang merupakan ahli bedah saraf terbaik di negara itu. Sebelum memutuskan membawa istrinya Bara telah menghubungi dokter Felix terlebih dulu, dan juga mengirimkan hasil-hasil pemeriksaan Yasmin melalui email pribadi dokter Felix.
"Semoga dengan membawa istrimu ke sana, keadaan lekas membaik Bar. Jangan lupa minta doa restu ke orang tua Yasmin" papa Suryo menasehati. "Aku sudah menghubungi bapak dan ibu Pah, mereka juga sudah mengijinkan" tukas Bara.
Yasmin telah dipindahkan ke rumah sakit terbesar di negara 'S'. Alat-alat canggih terpasang di tubuhnya. Dari hasil pemeriksaan memang menunjukkan masih ada oedem cerebri, meski tak sebesar yang sebelumnya. "Selain oedema cerebri, luka pasca operasi nya kayaknya juga meninggalkan psikatrik yang lumayan luas" jelas dokter Felix. "Seharusnya ini dibuka kembali. Mengingat oedem yang bisa menyebabkan kerusakan lebih parah di otak. Tapi saya mau konsul dulu dengan kolega obgyn, mengenai kehamilan istri anda tuan Bara" lanjutnya lewat balasan email.
Akhirnya hari keberangkatan tiba, Yasmin dipindahkan dengan berbagai macam alat yang tetap terpasang di tubuhnya. Dengan pesawat pribadi keluarga Suryolaksono, Yasmin dibawa ke negara S. Bahkan papa Suryo dan juga mama Clara mendampingi mereka. Sementara Mayong dan juga Maya tetap tinggal. Mereka akan menyusul jika hasil pemeriksaan Yasmin sudah selesai semua.
Yasmin tiba di rumah sakit terbesar di sana. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Bara dihadapkan sebuah kenyataan yang berat baginya. Menurut pertimbangan medis dan hasil pemeriksaan menyeluruh kelumpuhan otak istrinya sudah meluas akibat pembengkakan yang terjadi sebelumnya. Untuk sadar dari koma, kemungkinan di bawah satu persen. "Prognosenya sungguh jelek" tandas dokter Felix menjelaskan gamblang kondisi Yasmin. Bara terduduk lesu, tidak tau apa yang harus dilakukan sekarang.
"Dok, untuk bayinya bagaimana?" ucap bijaksana papa Suryo. "Tadi dokter obgyn menyarankan bayi diambil saat berat sudah mencapai minimal seribu lima ratus gram atau lebih, mengingat kondisi ibunya. Tetapi bila kondisi ibunya memburuk setiap saat, maka bayi juga harus segera dilahirkan" jawab dokter Felix dengan gamblang. Bara masih fokus mendengar penjelasan dokter Felix koleganya itu.
Bara setia mendampingi Yasmin. Bahkan tak terasa sudah dua bulan lebih berada di negara S. Mayong dan Maya datang lengkap dengan ke empat putra putrinya. Bahkan Raja meski masih batita sekarang sudah pintar menjaga adik-adiknya, meski kadang juga usil terhadap ketiga adiknya. Ayah Abraham juga menyertai mereka, untuk menengok keadaan Yasmin. Maya dan Mayong meninggalkan keempat putranya di hotel tempat mereka menginap. Tak mungkin juga mengajak mereka ke rumah sakit.
Maya memasuki ruangan perawatan Yasmin. Nampak Bara tertidur di samping Yasmin. "Kak, Kak Bara" panggil lirih Maya membangunkan adik ipar. Adik ipar yang selalu dipanggilnya kakak, karena sudah menjadi kebiasaan semenjak mereka jaman kuliah kedokteran. Bara yang merupakan senior Maya saat menempuh pendidikan dokter umum. Senior yang juga banyak membantunya menyelesaikan kuliah. Senior yang juga membantunya menemukan jodohnya sekarang. He...he...jodohnya Maya yang tak lain tak bukan adalah Mayong Saputra Suryolaksono, kakak kandung dari dokter Bara.
Bara mencoba membuka matanya, dan didapatinya Maya sedang berdiri di sampingnya. Maya yang sedang serius melihat layar monitor pasien. "Kak, kok tekanan darah Yasmin cenderung tinggi?" tanya Maya. "Iya May, mulai kemarin berkisaran seratus empat puluhan" jawab Bara ikut memperhatikan monitor. Mayong menyusul masuk ke ruangan Yasmin bersama Om Abraham. "Dokter obgynnya sudah visite ke sini?" sergah Maya. "Untuk hari ini belum sih" ulas Bara singkat dan tak lupa memeluk kakaknya karena dua bulan an tidak ketemu. "Gendutan kamu Bar??" tanya Mayong. "Gimana nggak gendut kak, disini cuma makan tidur. Selebihnya nungguin keajaiban" tukas Bara. "Sabar, pasti ada hikmah di balik semuanya" hibur Mayong.
Maya terlihat menyibak selimut untuk melihat bagian kaki Yasmin. "Oedem tungkai kak??" celetuk Maya. "Kalian nggak curiga keracunan kehamilan?" Om Abraham menimpali. "Kayaknya sih begitu Yah" sela Maya. "Apa seperti saat kamu mau melahirkan ketiga putri kita sayang?" tukas Mayong. Maya dan Abraham mengangguk. "May, usia kehamilannya bahkan belum genap tiga puluh minggu" tandas Bara mulai cemas. Maya pun mulai membuka perut Yasmin untuk memeriksa tinggi rahim Yasmin, "Kalau lihat perut Yasmin sih aku rasa beratnya sudah melebihi satu kilogram. Dan ingat kak, kita sekarang di negara S. Berat bayi segitu kemungkinan besar masih tertangani dengan baik" imbuh Maya. "Terus untuk ibunya, prognose nya bagaimana May?" potong Bara mulai gundah. Maya menatap kosong muka Yasmin yang terlihat pucat. Sahabat sekaligus adik iparnya, yang masih setia terbaring di tempat tidur. Mayong menepuk bahu Bara. "Aku rasa sebagai dokter anesthesi kakak lebih tau, prognose seorang pasien koma yang diperparah dengan keracunan kehamilan" tegas Maya. Abraham pun mendekati Bara dan mencoba menguatkan Bara.
Saat mereka berempat tengah duduk di ruangan Yasmin terdengar pintu diketuk. Ternyata dokter Felix yang visite. "Siang dokter" sapa Bara. "Wah pada ngumpul nih?" sambutnya. "Iya dok, kenalin ini kakak saya Mayong beserta istri dan Om Abraham. Istri dan mertua kakak saya ini kebetulan juga dokter. Dokter spesialis kandungan" Bara memperkenalkan keluarganya yang ada saat itu. "Oh ya???" sahut dokter Felix antusias. "Bukannya ini prof. Abraham? Suatu kebetulan bisa bertemu dengan anda di sini. Aku salah satu pengagum anda" imbuh dokter Felix menyalami erat Om Abraham. "Dok, ada yang mau kusampaikan" ucap Bara. "Iya, silahkan" tukas Felix ramah. Bara menceritakan kalau dirinya, Maya dan juga Om Abraham curiga adanya keracunan kehamilan pada istrinya. Felix kemudian memeriksa monitor dan juga pemeriksaan menyeluruh ke Yasmin. "Oke, sebaiknya saya juga konsul dulu ke sejawat obgyn. Karena ini bukan ranah saya lagi" ujarnya dan berpamitan ke luar ruangan.
Tak berselang lama, dokter Obgyn masuk diiringi seorang bidan. "Tuan Bara, melihat tekanan darah dan oedem tungkai istri anda memang sudah menunjukkan tanda keracunan kehamilan. Jadi anda sudah tau kan, kalau misalnya penyebab keracunan ini karena kehamilan itu sendiri. Maka untuk mengatasinya, bayi yang dikandung nyonya Yasmin untuk segera dilahirkan. Hal ini untuk mencegah komplikasi yang lebih tidak diinginkan" jelas dokter obgyn itu setelah memeriksa keadaan Yasmin. Dokter itu juga minta ke bidan yang mengikutinya untuk mengambil sampling urine dari katheter yang terpasang.
Akhirnya, Bara mengambil keputusan untuk menyetujui tindakan operasi untuk melahirkan bayinya meskipun itu keputusan yang sangat sulit. Bahkan saat ini semua keluarga sudah duduk di ruang tunggu depan kamar operasi itu. Papa Suryo dan mama Clara lengkap dengan besannya yaitu ayah dan ibu Yasmin.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Tania
Syemangat Thor
2022-08-21
2