Nggak di sini, nggak di sana semua ingin aku mencari pendamping. No komen ajalah. Batin Bara.
Bara merebahkan tubuhnya setelah membersihkan diri. Tanpa putri di sampingnya, kamar luas itu terasa sepi. "Baiknya ku video call kak Mayong aja" gumam Bara.
"Halo pria kesepian???" goda Mayong dengan tawanya. "Jangan-jangan bener nih yang kubilang?" todong Mayong. "Ya nggak lah, enak aja" sanggah Bara. "Ha...ha....terus ngapain loe telpon malem-malem kalau nggak kesepian namanya" tawa Mayong semakin pecah.
"Ada apa Pah...???" terlihat Maya mengantar kopi ke ruang kerja Mayong. Semuanya terlihat di layar ponsel Bara. "Tuh lihat, ada pria kesepian yang lagi menelponku" seru Mayong. Melihat Bara yang ada di ponsel Mayong, Maya bahkan ikut menertawakan Bara. "Sindir...sindir terus...Puas kalian!!!!" ucap Bara menampakkan wajah cool nya. "Ha...ha...ha...." Mayong dan Maya tertawa berbarengan.
"Kalau kak Bara kangen ma Agni, putrimu sudah tidur nyenyak sedari tadi" jelas Maya. "Sepi May, nggak ada dia di sini" bilang Bara. "Ya kan Mah, akhirnya Bara mengakui juga kalau kesepian" tandas Mayong. Maya mengangguk menyetujui ucapan suaminya. "Percuma nelpon kalian, yang ada aku malah ter-bulli" ucap Bara. Bara menutup panggilan. Karena belum bisa tidur juga, Bara beralih ke ruang kerja untuk melihat laporan-laporan Iwan asistennya. Iwan tak pernah lupa mengirimkan agenda Bara untuk keesokan hari. Karena Bara harus sering diingatkan akan jadwal-jadwalnya. Meski sudah dikirim by email, pagi ketika datang ke kantor Iwan pasti mengingatkan kembali.
Pagi menjelang siang rapat dengan Nayaka, perusahaan kakaknya. Siang di Surya Husada ada acara operasi dengan Maya. Operasi dengan Maya pasti membutuhkan energi ekstra, karena sang kakak ipar yang merupakan konsultan onkologi pasti membawakan pasien-pasien yang cukup sulit prosedur tindakannya. Itu sebagian jadwal tertulis yang telah disampaikan Iwan.
Agenda rapat pagi ini untuk membicarakan kerjasama antara Dirgantara dan Nayaka. Nayaka yang bergerak dalam perakitan kendaraan beroda empat, kali ini ingin Dirgantara yang menyuplai onderdilnya. Meski mereka bersaudara bisnis real bisnis. Nayaka memberi kesempatan kepada Dirgantara karena memang Dirgantara lah yang paling layak dan menang dalam tender yang ditawarkan Nayaka sebelumnya. "Bar, jangan kau lupakan masalah kemarin di mall Dirgantara. Harus secepatnya kau atasi itu" urai Mayong saat agenda kerjasama sudah tertandatangani. "Jangan sampai kejadian kemarin membuat citra buruk buat Dirgantara" lanjut Mayong. "Oke Kak...aku akan minta Iwan untuk memanggil manajemen di sana" kata Bara.
Selepas rapat itu Bara memisahkan diri dengan Iwan sang asisten. Bara kembali menjalani rutinitasnya sebagai dokter anesthesi. Meski cuma satu jadwal operasi kali ini. Tapi Bara yakin, waktunya akan banyak tersita untuk mendampingi operasi kakak iparnya itu. Tepat satu jam sebelum operasi Bara telah sampai di Instalasi Bedah Sentral. Bara menyelonjorkan kakinya setelah berganti pakaian kebesaran di ruang operasi sambil menunggu pasien disiapkan.
"Santai benar bossss???" sapa Alex yang memasuki ruang istirahat dokter itu. "He..he...biasa aja Lex" tukas Bara. "Eh, tumben kamu masuk ke sini. Emang ada jadwal operasi??" tanya Bara. Alex yang seorang dokter kandungan, sekali mengunjungi kamar operasi pasti untuk tindakan. Tapi kali ini Bara menanyakan karena tidak ada dalam agendanya operasi bersama Alex. "Loh, emang dokter Bara belum diberitahu sama kru kamar operasi?" Alex malah balik bertanya. Bara hanya menggeleng. "Berhubung ketemu langsung skalian aja aku yang kasih tau..he..he..." tukas Alex santai. "Pasien apaan?" tanya Bara kembali. "Pasien dengan kehamilan mola kak, tadi perdarahan hebat. Sebenarnya mau kujadwalkan besok pagi, tapi keburu perdarahan duluan" jelas Alex. "Oke, kamu duluan aja. Ntar Maya biar nyusul setelahmu" tukas Bara. "Lagian tindakan ku juga gak lama-lama kak" sergah Alex. "Jangan sombong dulu. Mendiang istriku juga pernah mengalami itu, bahkan waktu itu tindakannya sampai satu jam lebih" jelas Bara. "Maaf...maaf kak" ucap Alex menangkupkan kedua tangannya. Alex berasa mengingatkan Bara akan mendiang istrinya saat seniornya itu lebih banyak terdiam sekarang.
Untung saja Maya telah hadir juga di ruang operasi, "Kalian ini lagi makan es batu kah? Kok pada diem-dieman" celetuk Maya sekenanya saja sambil masuk ruang ganti baju.
"Kak, ayo lekas. Pasienku sudah disiapkan kan?" tanya Maya. "Disiapkan apanya? Tuh tanya Alex" ucap Bara sambil baring santai di sofa ruang dokter itu. "Ijin seniorku yang cantik, maaf yuniormu ini menyela acara operasi senior" gurau Alex. "Halah lagu lama. Bilang aja loe mau segera pulang karena operasiku lama" tandas Maya. "Beneran ini. Pasienku memang perdarahan. Harusnya besok jadwal tindakannya" jelas Alex kembali. "Iya..iya..aku percaya" ulas Maya dan duduk di samping Bara.
Bara masuk ruang operasi setelah pasien Alex disiapkan oleh kru kamar bedah. "Pasienmu syok Lex???" tanya Bara saat melihat monitor pasien. "Tadi di ruang kebidanan keadaan umumnya masih baik lho dokter. Tanda vital juga masih bagus semua" jelas Alex. "Oke siapkan dirimu, aku atasi dulu syoknya. Secepatnya kamu harus menghentikan sumber perdarahannya" tukas Bara. Alex segera mencuci tangan dan memakai alat pelindung diri. Terdengar bunyi alat berdentingan saat Alex melakukan tindakan. Setelah lebih setengah jam, terlihat Alex menarik nafas lega. "Selesai dok" ucap Alex. "Oke, kondisi stabil. Tinggal nunggu pasien sadar aja" timpal Bara. Pasien pun dipindahkan ke ruang pulih sadar.
Saatnya ke operasi pokok hari ini, pasien dengan kanker cerviks stadium IA2. Bara sudah membayangkan betapa sulitnya operasi yang akan dilakukan oleh kakak iparnya itu. Pasien telah dipindah ke meja operasi. Bara melakukan tugasnya, sementara Maya telah mencuci tangan dengan prosedur bedah. (Untuk reader, bayangkan aja situasi kamar operasi kali ini seperti yang ada di drakor-drakor. Pintu kamar operasi terbuka sendiri saat ada ada dokter yang mau lewat. Karena setelah melakukan cuci tangan bedah, tangan kita tidak boleh menyentuh apapun selain pasien yang akan kita tangani).
Maya telah lengkap menggunakan alat pelindung diri dan mulai memimpin doa tanda dimulainya operasi besar kali ini. "Kak, kumulai ya???" Maya meminta persetujuan Bara. "Siap" tukas Bara menyetujui. Kali ini Maya sedang melakukan tindakan radikal histerektomi dengan dibantu Bara sebagai dokter Anethesinya. Sungguh mereka sangat serasi untuk berduet di kamar operasi.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
***to be continued
Sakit gigi karena makan coklat, kalau tidak suka jangan dihujat.
Ke Korea beli ramen, silahkan komen 😊
Kalau berteman jangan tebang pilih, bagi yang sudah kasih like dan komen terima kasih
banyak cinta untuk para readers semua nya
💝💝💝💝💝***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Isabela Devi
semoga berhasil
2023-11-17
1