Di tengah obrolan, mata Bara tak sengaja menangkap pergerakan seseorang berperawakan semampai yang memakai topi seolah sengaja menutup wajahnya sedang mengambil dompet seorang pengunjung di salah satu outlet yang ramai di foodcourt itu.
Bara berdiri tanpa menanggapi gurauan Mayong dan Maya.
Orang itu secepat kilat berjalan di antara pengunjung mall. Saat orang yang kehilangan menyadari bahwa dompetnya tidak ada, dia sudah jauh dari jangkauan. Sampai tempat dirasa aman, orang itu mencoba membukanya. Belum sempat mengetahui isinya dengan jelas, sebuah tangan mencekal pergerakannya. Sebuah pelototan tajam dan tangan yang menggenggam erat, membuat pergerakan orang yang mengambil dompet itu sulit bergerak.
"Kembalikan, itu bukan hakmu" tegas laki-laki yang mencekalnya. "Bukan urusanmu" jawab orang itu, kalau melihat suaranya dia seorang wanita. Laki-laki yang ternyata adalah Bara semakin mempererat cekalannya. Meski ilmu taekwondo Bara tak sehebat Mayong tapi cukup membuat pencopet itu tak berdaya dengan sekali gerakan. "Cepat kau serahkan dompetnya atau kubawa kau ke pos satpam" tandas Bara. Tidak ada respon dari wanita bermasker itu . Dengan paksa Bara merebut dompet yang dipegangnya. Tapi selepas Bara memegang dompet, wanita itu dengan gesit melarikan diri setelah cekalan Bara terlepas. "Shittttttt...cepat juga larinya" umpat Bara karena kehilangan jejak wanita itu.
Bara kembali ke tempat Mayong dan Maya setelah menyerahkan dompet yang telah berhasil direbutnya tadi kepada pemiliknya. "Kak, harusnya keamanan di sini diperketat" ucap Bara. "Bukannya itu menjadi tanggung jawabmu sekarang" timpal Mayong. "He...he...benar juga ya. Dirgantara kan sekarang aku yang pegang" sahut Bara terkekeh.
Mayong memanggil Doni yang sedang berceloteh ria dengan ketiga putri kembar Mayong dan Maya. "Don, ayo balik. Kita sudah selesai nih" perintah Mayong. Doni segera menyusul Raja dan Agni yang sedang asyik main di playground. Doni kesulitan membujuk Agni yang tidak mau diajak pulang. "Om Doni, biar uncle Bara saja yang membujuknya. Aku juga sudah capek" celetuk Raja. Ternyata Bara sudah sampai di arena play ground, dengan susah payah akhirnya berhasil juga dia membujuk putrinya itu. "Makanya Bar, cari istri biar putrimu ada yang lebih memperhatikan" usul Mayong. "Memang semudah itu kak" Bara menjulurkan lidahnya. "Kasihan tuh Agni" imbuh Mayong. "Om Abraham aja bisa, kenapa aku nggak?" Bara masih berargumen dengan menggendong putrinya.
Rombongan keluarga sultan itu berjalan beriringan. "Ya beda lah kak kondisinya. Ayah bertahan sendiri karena menganggap sudah kehilangan semuanya. Mama Gayatri dan bayinya. Meski ayah akhirnya bisa menemukanku. Aku hidup di panti juga dapat kasih sayang yang melimpah meski bukan dari orang tua kandungku. Jadi tidak timpang. Sementara Agni???" ucap Maya, membujuk Bara agar bisa membuka hatinya.
"Agni juga sudah ada Oma Clara dan papa Suryo" Bara masih bertahan dengan keyakinannya. "Sudah biarin aja sayang, biarin dia bertahan sendiri" sela Mayong yang mulai jengah juga dengan sikap adik kandungnya itu.
Saat akan memasuki mobil masing-masing, tiba-tiba Agni menangis kencang. Dengan segala bujuk rayu, Bara tak berhasil juga. "Kenapa sayang???" Maya mendekati Agni. "Agni mau ikut mama Maya" ucapnya serak dengan menyisakan isak tangisnya. "Kok gitu? Kan sudah dijemput papa" Maya mengelus kepala Agni. "Aku mau bobok sama Mama Maya, sama kakak-kakak juga" masih dengan isaknya. Bara yang kasihan melihat putrinya akhirnya mengijinkan menginap di mansion kakaknya. "Nitip ya kak" ucap Bara. "Nitip...nitip...kayak paketan saja" gurau Mayong. "Sudah kau pulang sana. Biar putrimu jadi putriku sekalian aja...ha...ha..." ledek Mayong. "Masih kurang tuh satu jagoan dengan ketiga cewek mengiringi???" ledek Bara. "Kalau Agni nya mau, pasti kau tak bisa menolak" Mayong membalas ledekan adiknya itu. Padahal memang benar apa kata Bara. Mayong sudah mempunyai empat anak yaitu satu putra dan ketiga putri yang terlahir kembar. Mereka saling meledek sampai Maya memanggil Mayong untuk bergegas. "Kak, besok jangan lupa. Aku ngacarakan operasi jam empat belas. Setelah meeting sama suamiku selesai" ucap Maya saat mobil mulai berjalan. Bara hanya bisa melambaikan tangan saat kedua mobil mulai menjauh darinya. Mobil yang dikemudikan sendiri oleh Mayong beserta keluarga serta satunya mobil Maya yang dikemudikan oleh Doni asisten Mayong.
Tinggalah Bara sendiri melangkah di mana mobilnya terparkir. Bara duduk termenung sejenak di belakang kemudi. "Mungkin benar apa yang tadi dibilang kak Mayong dan Maya. Apa seharusnya aku mulai membuka hati ya???? Tapi aku nggak ingin mengkhianati mendiang istriku" ragu Bara. Bara mulai menjalankan mobilnya.
Saat mobil masih berjalan pelan, tiba-tiba seorang wanita masuk dan duduk di samping Bara dengan tergesa. "Kau......???" toleh Bara dengan mata melotot.."Keluar!!!!!" Bara langsung menghentikan laju mobilnya. "Plissss tuan, tolong aku sebentar saja" gadis itu menangkupkan kedua tangannya memohon belas kasihan Bara. Sementara di belakang mobil Bara nampak beberapa orang yang kelihatannya mencari keberadaan gadis itu. "Hei, keluar kau. Di manapun kau pasti akan kami temukan" teriak salah satu dari mereka. Bara masih memperhatikan situasi yang ada. "Tuan, plissssss...bawa aku keluar dari area ini. Aku tidak akan selamat kalau ketemu mereka" mohon gadis itu. Entah apa yang dialami gadis itu, Bara tak peduli.
Bara akhirnya melajukan mobilnya dengan pelan. Kaca mobil yang gelap, dan tak tembus dari luar sangat menguntungkan gadis itu. Dia terhindar dari kejaran beberapa laki-laki dengan tampang sangar itu. "Terima kasih tuan. Turunkan aku di lampu merah depan" pintanya. Tak ada jawaban dari mulut Bara tapi tetap menghentikan laju mobil seperti yang diminta oleh gadis itu. "Sekali lagi terima kasih" ucapnya saat mau turun dari mobil. "Cari kerjaan yang benar" tegas Bara saat gadis itu menutup pintu mobil, tapi masih bisa terdengar jelas di telinga gadis itu. "Ada-ada saja kelakuan anak sekarang, nyopet..endingnya dikejar-kejar preman" gumam Bara.
Bara langsung pulang menuju mansion. "Agni mana?" selidik mama Clara saat Bara baru saja masuk. "Sama Kak Mayong dan Maya. Tadi Agni merengek ingin tidur dengan Maya dan kakak-kakak sepupunya" ujar Bara gabung dengan papa dan mama nya yang sedang duduk sambil nonton televisi itu. "Agni tambah pintar sekarang, maunya sama mama Maya terus. Saben hari kalau kau tinggal kerja, pasti mama Maya yang akan menjadi topik utama cerita putrimu" seloroh mama Clara. "Bagus dong Mah, Agni masih punya mama Maya" tukas Bara. "Bagus apaan??? Yang ada kamu tuh ngrepotin Mayong dan Maya" sela papa Suryo. "Papa kok protes. Kak Mayong dan Maya lho malah memaksaku tadi untuk mengajak Agni" bela Bara pada diri sendiri. "Ingat Bara, Agni juga butuh sosok ibu. Camkan itu" tegas mama Clara. Nggak di sini, nggak di sana semua ingin aku mencari pendamping. No komen ajalah. Batin Bara.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
To be continued, happy reading.
Like, vote, komen atau apalah, sangat author arepin yaaa 😊😊😊
biar tambah rajin up...he...he....pissssss
lope..lope..buat semua 💝💝💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments