Yasmin telah dipindahkan di ruang ICU sekarang. Bahkan setelah beberapa hari pun Yasmin belum sadar dari komanya. Bara masih dengan setia menunggui istri tercintanya itu. Bara kelihatan lebih kucel dari biasanya. Mata panda sangat nampak melingkar mengelilingi bola mata kebiruannya.
"Bar, bersihkan dirimu sana!!" perintah tuan Suryo yang barusan datang. "Yasmin pun akan senang kalau suaminya wangi dan segar" hibur tuan Suryo. "Mana ada begitu pah? Malah aku ingin saat Yasmin terbangun aku ada di sampingnya" celetuk Bara.
"Ada aku atau yang lain kan sama saja" tukas papa Suryo.
"Ya nggak sama dong Pah. Aku suaminya loh" tegas Bara.
"Yang bilang kamu bosnya Yasmin siapa???" papa Suryo terkekeh. Papa Suryo mencoba menghibur Bara yang beberapa hari terakhir ini kurang makan dan juga istirahat.
Papa Suryo duduk di samping putra keduanya itu. Mereka duduk di ruang tunggu depan ruang ICU. Papa Suryo menghela nafas panjang saat akan menjelaskan sesuatu ke Bara.
"Bar, ada yang ingin aku ceritakan perihal kecelakaan istrimu" papa Suryo memulai bicaranya. Bara terdiam tanpa menyahut. "Mayong dan Doni sudah menyelidikinya" lanjut papa Suryo. Dalam kondisi begini, Bara sangat mengandalkan kakaknya itu. "Apa hasilnya Pah?" akhirnya Bara bertanya.
"Begini, kecelakaan itu memang murni insiden yang tak disengaja. Tidak ada sabotase sama sekali. Waktu lampu merah menyala, sesuai rambu-rambu istrimu menghentikan laju mobilnya. Tapi tak disangka dari arah kanan, ada mobil tangki bahan bakar yang diduga remnya bermasalah. Bahkan motor-motor yang ada di depannya juga dilibas oleh truk tangki itu. Sialnya truk itu belok dan mengarah ke mobil istrimu yang berhenti. Dan untungnya tidak ada kebakaran dalam insiden itu" jelas papa Suryo.
"Stop Pah, jangan dilanjutin" sahut Bara. Bara tak kuat mendengarnya. Meski seorang dokter, tapi kejadian ini mengakibatkan istrinya menjadi salah satu korban.
Telah dua minggu Yasmin tetap dengan tidur panjangnya. Luka bekas operasinya pun telah kering sempurna. "Bee, bangunlah!!! Apa kau tidak capek tiduran terus???" kata Bara menggenggam erat telapak tangan sang istri. Bulir air mata pun menetes di pipinya. Melihat keadaan istrinya yang terbaring lemah di pembaringan ICU. Bahkan berbagai alat yang biasa Bara pergunakan untuk pasiennya sekarang masih setia menempel di tubuh Yasmin.
Dokter Aji dan dokter Bagus datang bersamaan untuk visite. "Bagaimana kondisi nyonya Yasmin dok?" tanyanya ke Bara. "Lumayan stabil" ungkap Bara.
"Ini tadi aku sudah bincang dengan dokter Bagus , bahkan aku juga telah konsul ke guru besarku. Dokter Bara, sebaiknya nyonya Yasmin kita lakukan pemeriksaan MRI. Untuk mengevaluasi keadaan luka pasca operasinya" ucap dokter Aji, dokter spesialis bedah syaraf itu.
"Sebaiknya begitu. Selanjutnya pemeriksaan USG juga perlu dilakukan" Alex menyusul masuk ruangan.
"Terima kasih karena kalian sudah membantu istriku" tandas Bara.
Yasmin dibawa ke ruang MRI untuk memeriksa keadaan otaknya pasca trauma. Dokter Lissy kembali yang melakukan pemeriksaan. Bara mengamati dengan serius jalannya pemeriksaan pada istrinya.
Dokter Lissy menjelaskan memang ada pembengkakan di sekitar luka operasi. "Mungkin ini dokter Bara yang menyebabkan istri anda masih belum tersadar. Hasil ini akan saya sampaikan dokter Aji dan juga dokter Bagus" kata dokter Lissy. Bara mengiyakan saja. Edema cerebral, batin Bara. Kalau dibawa keluar negeri sekarang, juga belum menjamin kesembuhan istrinya. Bara mengacak-ngacak rambutnya. Dokter Bara yang biasanya selalu tenang menghadapi berbagai macam kondisi pasiennya, sekarang nampak frustasi dengan keadaan sang istri.
Yasmin dipindahkan ke ruang USG, di sana dokter Anita sudah stanby. Bara yang nampak kalut, masih setia mendampingi sang istri diperiksa kehamilannya. Dokter Anita menggerakkan probe USG di perut bagian bawah Yasmin setelah diolesi jell oleh asistennya. Seperti sebelumnya, Bara tak melewatkan sedetikpun proses pemeriksaan itu. "Silahkan lihat dok, kantong kehamilannya sudah lumayan besar. Bagian putih di tengah itu adalah janinnya. Coba kuperiksa apakah sudah terdengar bunyi jantungnya" dokter Anita menghentikan pergerakan probe saat sudah menemukan posisi jantung janin. Dokter Anita mulai memperdengarkannya. Dan terdengarlah dug..dug..dug..ritmik dan teratur. "Alhamdulillah dokter, janinnya sehat" ungkap dokter Anita. Bara sampai menitikkan air matanya kembali melihat keajaiban di depannya.
"Oh ya dok, tadi aku juga berpesan ke dokter Aji dan juga kakak iparku dokter Bagus untuk tidak memberikan obat-obat yang membahayakan bagi janin" seloroh dokter Anita mengakhiri pemeriksaannya dan juga melengkapi berkas di rekam medik Yasmin. "Berapa usia kehamilan istriku dok?" tanya Bara. "Kalau melihat hasil USG, umur kehamilan nyonya Yasmin sesuai kok dengan hari pertama haid terakhirnya yaitu delapan week four day" jelas dokter Anita. Bara pun tak lupa mengucapkan terima kasih kembali untuk para sejawatnya yang telah ikhlas membantu istrinya.
Setelah menjalani perawatan selama tiga bulan, kondisi Yasmin tak kunjung membaik. Segala macam usaha telah dilakukan maksimal.
Saat itu papa Suryo dan mama Clara datang. Mama Clara yang telah sembuh dari luka operasinya. "Bar, apa nggak sebaiknya kau bawa istrimu ke Jerman? Papa yakin di sana perawatannya akan lebih bagus tanpa mengesampingkan usaha yang telah dilakukan para sejawatmu di sini. Di Suryo Husada" imbau papa Suryo.
"Akan kupikirkan Pah, sekiranya aman tidaknya membawa Yasmin dalam penerbangan yang relatif lama dengan umur kehamilannya yang sekarang" tukas Bara. Papa Suryo menepuk bahu belakang Bara untuk menguatkan sang putra kesayangan.
Bahkan semenjak kejadian kecelakaan itu, Bara tidak melakukan aktivitasnya baik sebagai dokter ataupun direksi di perusahaan Dirgantara. Siang itu Mayong datang lengkap dengan Maya dan juga Doni.
"Tuan, aku minta tanda tangan anda. Karena kalau tidak ditandatangi proyek di Nayaka tidak bisa jalan" jelas Doni. Bara pun membubuhkan tanda tangan yang diminta Doni.
"Bar, mengingat kondisi Yasmin sekarang. Nayaka ind. akan aku ambil alih dulu" ujar Mayong. "Kamu fokus dulu dengan kesembuhan istrimu" ucap Mayong. "Sebaiknya kamu juga pertimbangkan apa yang diusulkan papa" sahut Mayong. Bara mengangguk.
"Kak, bukannya kehamilan Yasmin sudah mau lima bulan kan?" sela Maya di tengah obrolan serius. "Aku rasa sudah aman untuk melakukan penerbangan. Tapi untuk ke Jerman sebaiknya ditunda dulu. Waktu yang dibutuhkan lumayan lama kalau ke sana. Apa nggak sebaiknya di negara tetangga saja, Singapura?" Maya ikut mengusulkan. "Aku rasa jarak tempuhnya relatif aman" imbuh Maya.
Bara, Mayong dan papa Suryo terlibat obrolan serius setelahnya. Membicarakan Yasmin mau dibawa kemana. Semantara itu Maya menyusul mama Clara yang telah berada di ruang rawat Yasmin terlebih dahulu. "Cin, apa kabar. Kau nggak kangen denganku kah?" ucap Maya setelah memberi salam ke mama Clara. Tak lupa Maya juga mencium pipi Yasmin sahabat sekaligus adik iparnya itu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Isabela Devi
semoga Yasmin cepat sadar dr komanya
2023-11-17
0