Maya telah lengkap menggunakan alat pelindung diri dan mulai memimpin doa tanda dimulainya operasi besar kali ini. "Kak, kumulai ya???" Maya meminta persetujuan Bara. "Siap" tukas Bara menyetujui. Kali ini Maya sedang melakukan tindakan radikal histerektomi dengan dibantu Bara sebagai dokter Anesthesinya. Sungguh mereka sangat serasi untuk berduet di kamar operasi.
Semenjak lulus kuliah sub spesialisasi onkologi, Maya kembali mengabdi di rumah sakit milik Dirgantara Grub itu. Oleh suaminya tidak diijinkan bekerja di tempat lain, karena kuatir tidak bisa membagi waktunya dengan keluarga.
Operasi berlangsung lebih dari tiga jam dengan tingkat kesulitan yang lumayan. "Aku tuh masih penasaran sama kamu May, kenapa malah ambil onko...padahal tindakan operasinya mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi?" tanya Bara kadang sambil mengawasi monitor di sampingnya. "Panggilan jiwa kak...he...he..." jawab Maya dengan tangan tetap memegang naldfoeder untuk menjahit. "Ditambah kasus-kasus onko itu penuh tantangan, selain itu tidak ada operasi onko yang harus cito operasi. Jadi aku bisa mengatur waktu dengan maksimal" imbuh Maya di balik masker bedah. "Mas, benang untuk kulit" pinta Maya ke perawat instrumen. Mendengar itu Bara beranjak dan berdiri di belakang Maya. "Wah, sudah mau selesai ya???" ucap Bara. "Tinggal kulit aja" tukas Maya.
Maya melepas apron dan sarung tangan yang penuh dengan darah pasien, dan cuci tangan. Saat melengkapi laporan operasi Bara menghampirinya. "May, abis ini aku mampir ke mansion mu. Mau jemput Agni" ucap Bara sambil menuliskan resep pasca operasi untuk pasien. "Agni senang lho kak berada di rumahku. Di sana dia bisa main sama Raja dan juga ketiga kakak kembarnya" cerita Maya. "Tapi aku kesepian May, di mansion hanya ada papa dan mama" tukas Bara. "Makanya cari pendamping dong, biar Agni punya teman main di rumah" ejek Maya. "Dari kemarin itu terus, nggak bosan apa?" tandas Bara. "Enggaaaakkkk" Maya menimpali.
Bara dan Maya masing-masing telah keluar dari ruang ganti. "Barengan aja" ajak Bara.
"Siapa yang kamu ajak bareng???" suara seseorang mengagetkan Bara. Bara menepuk jidat saking kagetnya. "Aduh kak, kayak punya pintu doraemon saja. Tau-tau ada suara belum lihat wujudnya" ucap Bara. Maya hanya mengulum senyum melihatnya. "Maya itu lho mau kuajak bareng, kan aku mau jemput putriku di mansionmu" lanjut Bara. "Nggak kuijinkan. Percuma dong aku jemput ke sini" kata Mayong. "Iya...iya...Mana aku tau kalau Maya ternyata sudah ada yang jemput" seloroh Bara hendak keluar dari ruang Instalasi Bedah Sentral. Mayong dan Maya mengikuti langkah Bara menuju parkiran rumah sakit.
"Bara, kamu duluan aja. Aku mau mampir dulu ada keperluan" ucap Mayong memasuki mobilnya. "Yank, kadang aku tuh kasian sama kak Bara. Dia terlalu sibuk dengan kerjaan sampai lupa mengurus diri dan putrinya" ucap Maya saat Mayong mulai menjalankan mesin mobil mewah buatan Jerman itu. "Benar juga. Tapi mau gimana lagi. Bara sendiri belum bisa melupakan Yasmin dan membuka hatinya untuk yang lain" tukas Mayong.
Bara telah sampai duluan di mansion Mayong, karena Mayong dan Maya masih mampir di tempat lain. "Uncle kok malah sudah sampai? Mana mama?" Raja putra pertama Mayong dan Maya menyambut dengan pertanyaannya. "Mama tadi sebelum berangkat bilang kalau mau operasi dengan uncle Bara" lanjut Raja. "Iya, tadi uncle memang operasi bersama mama Maya. Tapi mama tadi dijemput papa dan mereka sekarang masih ke tempat lain dulu. Ada perlu penting, tadi papa mu bilang begitu" jelas Bara. "Oooooo..." Raja mengerti.
"Agni di mana sekarang?" tanya Bara. "Tuh, lagi main boneka sama kembar" tukas Raja tanpa mau susah payah menyebut nama ketiga adik perempuannya. Bara pun menghampiri di mana Agni berada. Saat berada di belakang putrinya, Bara pelan-pelan menutup mata putrinya itu. Ketiga kakak sepupu kembar Agni bahkan menertawakannya. Agni meronta, "Pasti ini papa Bara" tebak Agni. "He...he...Agni kok tau???" Bara penasaran. "Bau parfum sama keringat papa itu khas" jelas Agni. "Hah...?" Bara menciumi baju bahkan ketiaknya pun ikut dibaui. Hidungnya cuma bisa menghirup bau parfum, kenapa putrinya bilang ada bau keringat.
Bara mengajak pulang Agni yang sedang asyik bermain. "Uncle nggak asyik..." celetuk Ghina. "Iya nih, bonekanya ntar nangis lho ditinggalin Agni" imbuh Ghalya. "Aku nggak mau pulang. Aku mau di papa Mayong" tolak Agni. Bara menepuk jidatnya lagi. Sungguh susah merayu anaknya itu. "Di rumah oma nggak ada mama nya" ucap polos Agni. Bara terdiam. "Pa...mama nya beli aja yukkkkk" rengek Agni lagi. "Aku mau pulang kalau dibeliin mama" lanjutnya.
Mayong yang baru masuk dari pintu utama sampai tertawa mendengarnya. "Iya Agni, beli saja di mall. Ajak papa Bara sekarang ya" goda Mayong. Bara melotot ke arah kakaknya itu. "Ih, sayang. Jangan begitu dong. Kasihan Agni tuh" sela Maya menepuk pundak suaminya itu.
"Ayo sini semua. Mama bawa sesuatu nih" panggil Maya ke semua putra putrinya. Maya membelikan buku untuk Raja yang memang fotocopian Mayong. Sangat rajin baca buku. Sementara untuk ketiga putri kembarnya dan juga Agni Maya membelikan boneka barbie, masing-masing sepaket.
Maya mendekati Agni. Dengan bahasanya Maya, akhirnya mau juga putri kecil Bara itu diajak pulang ke mansion papa Suryo. Meski dengan sedikit drama untuk merayu Agni. "Makasih May, kita pulang dulu. Bye semua...." pamit Bara.
"Iwan, hari ini jadwalkan manajemen mall Dirgantara menghadap ke sini" ujar Bara saat akan duduk di kursi kebesarannya sebelum Iwan membacakan agendanya. "Hari ini tuan????" Iwan menegaskan kembali perintah tuannya yang mendadak itu. "Benar, hari ini" tandas Bara. "Baik tuan" Iwan meninggalkan tempat tanpa banyak bertanya kembali.
Jadwal Bara hari itu cuma menandatangani berkas-berkas yang ada di mejanya. Anggun sang sekretaris masuk membawakan secangkir kopi panas dan menaruh ke meja kerja Bara. "Silahkan tuan" ucapnya. "Makasih" ucap Bara tanpa beralih dari berkas di atas meja. Mungkin dalam benak Anggun saat ini ada pemikiran kalau CEO nya itu anti wanita, karena semenjak di tinggal mendiang istrinya tuannya itu tidak pernah membawa sekalipun seorang wanita. Sungguh tuan Bara adalah lelaki setia. "Anggun nggak ada kerjaan lain selain memandangiku??" tanya Bara mendongak. "Eh maaf tuan...aku permisi dulu" Anggun meninggalkan tempatnya berdiri dengan gugup, karena ketahuan tuannya. Bara hanya geleng-geleng kepala. Anggun sang sekretaris adalah pacar dari Iwan asisten Bara.
Tepat jam sepuluh, tim manajemen mall Dirgantara sampai di ruang rapat perusahaan Dirgantara Grub. Manajer utama sampai berkeringat dingin karena tidak tau apa yang terjadi sehingga dipanggil oleh CEO nya langsung.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
***To be continued
Happy reading
Mohon dukungannya ya, biar othor semangat up tiap hari 😊😊😊😊😊***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Novita Sari
kudukung dengan like thor✌️✌️😁
2022-09-30
2
Tania
makin ke sini makin bagus ceritanya
2022-09-03
3