Bara memasuki ruangan bedah sentral dengan mood yang baik. Berita kehamilan istrinya semakin memacu semangat untuk lebih giat lagi bekerja. Hatinya juga merasa tenang karena meninggalkan istrinya di mansion keluarga besar Suryolaksono.
"Pagi dokter Bara" sapa Alex yang ternyata lebih dulu sampe di ruangan itu. "Rajin amat Lex???" sahut Bara. "Katanya suruh on time, sudah banyak antrian operasi hari ini" celetuk Alex tak mau kalah. "Ha...ha....siap...siap...." tanggap Bara dan segera memasuki ruang ganti.
Bara nampak gagah dengan baju kebesaran ruang operasinya. Kali ini tema warna baju mereka adalah merah maroon, membuat wajah Bara dan juga Alex semakin bersinar. Stetoskop setia melingkar di leher Bara setiap berada di ruang operasi.
Ternyata pasien telah disiapkan oleh kru kamar bedah. Operasi pertama kali ini terjadwal Alex lah sebagai operatornya. Bara serius mempelajari kembali rekam medik pasien, dan memeriksa kondisinya saat ini. "Selamat pagi nyonya, saya dokter Bara. Saya bertugas sebagai dokter anesthesi yang akan membius anda" sapa Bara memperkenalkan diri. Pasien itu mengangguk pasrah. Rasa takut terlihat dominan di wajah pasien itu.
"Nyonya yang tenang, silahkan dibuat berdoa semoga dilancarkan" saran Bara. Pasien itu pun mengikuti apa yang disarankan Bara.
"Mas, aku pakai SAB aja ya. Tumornya nggak besar kan Lex???" Bara menoleh ke Alex. "Sekitar enam centian" tandas Alex.
"Sippppp" Bara duduk di belakang pasien. Sementara perawat anesthesi dengan sigap membantu menyiapkan obat-obat dan alat yang diperlukan dokter Bara.
Bara mengusap tulang punggung pasien dengan alkohol dan betadine. Selanjutnya dia memasukkan obat anesthesi lewat tulang belakang pasien. Setelah sukses, Bara meminta perawatnya untuk menempelkan plester di tempat bekas suntikan. Pasien diposisikan terlentang. Sekarang gantian Alex yang beraksi untuk mengambil tumornya.
"Dok, hari ini tampak bahagia banget. Abis menang undiankah?" tanya Alex tanpa menoleh dari lapangan operasi di depannya. "Heleh, sok tau" jawab Bara lugas. "Ha...ha....kali aja benar menang undian. Kita-kita kecipratan juga tuh" Alex tetap dengan mode humornya.
"Nunggu anakmu lounching ntar kukadoin" sahut Bara sambil tetap mengawasi keadaan umum pasien lewat monitor di depannya.
"Lex, waktu hamil dokter Anita ngidam apaan?" tanya Bara penasaran. Alex menghentikan sebentar proses penjahitannya. Dia merasa aneh dengan pertanyaan seniornya itu. "Kayaknya sudah ada yang sukses menyusulku nih?" tukasnya kembali menjahit tempat bekas tumor yang telah berhasil diambilnya.
"Kalau istriku ngidamnya nggak aneh-aneh kok Kak. Dia hanya ingin aku berpenampilan layaknya oppa-oppa Korea" celetuk Alex.
"Ha....ha...ha...." Bara menertawakan Alex.
"Jangan ketawa Kak, kudoakan kalau istrimu hamil akan ngidam yang lebih aneh lagi" sarkas Alex. Bara segera menutup mulutnya kali ini, nggak mau ucapan Alex menjadi kenyataan.
"Lex, kondisi pasien aman. Kau tinggal jahit kulit kan? Kutinggal ke ruangan operasi sebelah ya. Dokter Bagus kakakmu sudah setia menungguku" pamit Bara dan langsung melangkah keluar ruangan operasi Alex. Alex serius menutup lapangan operasinya.
Sementara Bara sudah ditunggu di ruangan operasi sebelah. "Debridement dok?" ulas Bara ke dokter Bagus yang sedang duduk santai menunggunya. "Iya, rencana hanya ibu jari kaki kanan sih dok" jawabnya. "Kira-kira perlu waktu lama apa nggak?" tanya Bara yang selalu memastikan perkiraan waktu operasi ke dokter penanggung jawab pasien masing-masing. Hal itu memudahkan dirinya mengatur dosis obat yang akan diberikan ke pasiennya.
"Kurang lebih tiga puluh menitan" tandas dokter Bagus.
"Siap..." tukas Bara dan tak lupa dia selalu memastikan kondisi umum pasien baik sebelum dia memberikan anesthesi.
Melihat pasiennya yang gelisah, Bara mencoba menenangkannya. "Dok, ku GA aja ya (General Anesthesi)? Biar tenang selama durante operasi" bilang Bara ke dokter Bagus. Dan dijawab anggukan oleh dokter Bagus, dan dia bersiap cuci tangan untuk melaksanakan prosedur bedah yang direncanakan.
Setelah sukses memasukkan obat biusnya, Bara kembali ke ruangan operasi Alex. Nampak di sana pasien Alex yang kedua sedang dipersiapkan.
Begitulah aktivitas Bara setiap hari di ruang operasi.
"Dok, ditunggu dokter Budi di ruang operasi tiga. Pasien yang direncanakan setelah dokter Alex selesai mengalami perdarahan hebat. Bara berlari ke ruang operasi yang dibilang asistennya. "Mas, kamu tungguin pasiennya dokter Bagus ya. Kalau ada sesuatu yang tidak baik segera beritahu aku" perintah dokter Bara ke asistennya.
Asisten Bara adalah perawat-perawat khusus anesthesi yang tak kalah cekatan dengan dokternya.
Melihat pasien yang sudah berada dalam keadaan syok. Assistennya telah memberikan restorasi cairan yang dibutuhkan. "Persiapan darah?" tanya Bara. "Sedang meluncur ke sini" jawab perawat itu lugas. "Segera masukkan kalau datang. Guyur aja" Bara menyuntikkan obat lewat infus untuk menaikkan tekanan darah yang drop.
"Ante Partum Blooding dok, Placenta previa" beritahu dokter Budi di belakang Bara. Bara menoleh dan tersenyum ke arah dokter Budi.
"Lagi-lagi kau ajak diriku senam jantung dokter" gurau Bara karena seringkali dokter Budi mengajaknya operasi dengan kondisi pasien yang tak baik-baik saja.
Bara sekali lagi melakukan anesthesi SAB (\= Sub Arachnoid Block). Dia tidak melakukan GA, pasien sudah dalam keadaan syok. "Dokter anak siap??" tanya dokter Budi memastikan kru bedahnya sudah lengkap semua, karena umur kehamilan pasien ini masih dikategorikan prematur. "Siap dokter" jawab perawat ruang perinatologi yang sudah bersiap menerima bayi yang dilahirkan.
Dokter Budi sedikit kesulitan waktu mengambil bayi karena harus menembus plasenta yang berada di bawah tepat di segmen bawah rahim itu. Setelah berusaha akhirnya bayi berhasil dilahirkan, meski tidak langsung menangis. Bayi dibawa perawat untuk segera dilakukan resusitasi oleh dokter anak. Perdarahan teratasi. Darah pun juga mulai dimasukkan oleh Bara untuk menggantikan darah yang hilang akibat perdarahan. Bara menghela nafas dalam, merasa lega karena pasien berhasil diselamatkan. Setelah memastikan kondisi stabil, Bara memasrahkan ke asistennya untuk mengawasi kondisi umum pasien selama dokter Budi menyelesaikan operasi.
Saat akan melangkah ke ruang operasi dokter Alex, seorang perawat tergopoh menghampiri dokter Bara. Perawat itu tergagap menyampaikan berita yang didapatnya dari ruang IGD. "Dokter, a...a...da...pasien...ke..ce...celakaan di IGD" beritahunya. "Hela nafas dulu, sampaikan yang tenang" saran Bara. Perawat itu pun melakukan hal yang diminta Bara. "Pasien itu nyonya Yasmin" beritahu perawat itu.
"Hah....????????" Bara terkejut. Seakan kakinya sudah tak menapak lagi di lantai.
Bara berlari keluar dari ruang operasi tetap dengan baju kebesarannya.
Dalam pengamatan Bara, IGD Suryo Husada penuh dengan korban kecelakaan. "Ada apa ini? Di mana istriku???" Bara masih mencari keberadaan istrinya. "Kecelakaan beruntun dok, di perempatan dekat mall sebelah" jelas perawat yang sibuk memetakan pasien-pasien korban kecelakaan itu. Bara masih belum menemukan Yasmin istrinya di zona hijau dan kuning IGD itu.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
ibu athan
tp benar y....dr.anastesi itu paling enak...pas AQ operasi SC petugas medis di ruang operasi q saling bercanda dan mereka bilang... PALING ENAK DOKTER ANASTESI... DATANG TINGGAL SUNTIK SELESAI TINGGAL PERGI...gak tau itu candaan apa gk....😁
2023-06-21
1
Sri Astuti
waduh
2023-03-25
1