Bara hanya menggaruk kepalanya, "Jangan bilang kau belum punya nama untuk putrimu" sindir papa Suryo. Dan dijawab gelengan kepala oleh Bara. "Sudah dua bulan Bara....." papa Suryo hanya bisa menepuk jidatnya sendiri. "He...he....maaf Pah. Karena terlalu sering memanggil 'putriku' sampai lupa kalau putri cantikku belum punya nama" bela Bara.
"Akan kuberi nama 'Agni Putri Suryolaksono' yang artinya putri pemberi semangat di keluarga Suryolaksono" ulas Bara. "Agni..., nama yang cantik" sahut mama Clara.
Ponsel mama Clara berdering, ternyata Maya yang menelpon. "Halo Mah, apa kabar? Mah, benarkah keponakanku yang cantik sudah dibawa pulang?" tanya Maya. "Benar sayang...Nih, cantik kayak mamanya kan?" sahut mama Clara menunjukkan wajah Agni di layar ponselnya. " Wow...sudah besar ya putri kecil mama Maya" ucap Maya. "Yeeiii, dia putriku tau" sela Bara di tengah obrolan. "Iya..iya...semua orang juga tau kak kalau itu putrimu. Kapan pulang kalian? Nggak kangen apa sama kita-kita yang disini?" Maya berkicau. "Nggak" jawab singkat Bara. " Ih, jahat banget dech" sela Maya sambil tertawa. "Eh Kak, kalau jadi pulang ke Indo. Baiknya nggak usah nyari baby sitter lagi dech. Tuh ajak Rani aja, dia udah biasa ngerawat Raja dari masih bayi" usul Maya. "Akan kupikirkan" ulas Dewa berikutnya. "Mama sama papa mau nemenin Bara di sini May, paling nggak semingguan ini. Smoga aja setelah seminggu Agni dapat ijin terbang" ulas mama Clara. "Oke Mah, sehat-sehat ya kalian semua. Bye Mah, Pah, Kak Bara. Peluk cium dari mama Maya ya putriku yang cantik" terlihat Maya melambaikan tangannya.
Sesuai rencana, seminggu kemudian Agni kontrol ke dokter anak yang merawat nya selama inap di rumah sakit. "Putrimu sungguh luar biasa perjuangannya tuan Bara. Tumbuh kembangnya sungguh sangat signifikan. Terus untuk ijin terbang, sebenarnya saya sarankan untuk menunggu beberapa minggu lagi. Tapi melihat kondisinya saat ini, saya rasa Agni lebih kuat dari perkiraanku" jelas dokter anak itu. "Jadi????" tanya Bara. "Silahkan, kalau mau membawa Agni pulang Tuan" imbuhnya sambil menulis surat ijin terbang untuk bekal Agni naik pesawat. Bara menyalami dokter yang dengan telaten merawat putri kecilnya. Tak lupa Bara mengucapkan banyak terima kasih padanya. "Kalau ke Indo, jangan lupa mengabariku dok. Aku siap mengantar kemanapun" ujar Bara. "Kayak nggak sibuk aja dokter Bara ini" sahutnya. Mereka berdua tertawa bersamaan.
Sekembalinya ke Indo, Bara memutuskan untuk tinggal di mansion papa Suryo. Dia juga menyetujui usulan Maya untuk mempekerjakan Rani merawat Agni putrinya. Sambutan untuk kedatangan Agni sunguh luar biasa menurut Bara. Maya dan Mayong sungguh pasangan yang kompak, apalagi untuk menyiapkan hal-hal seperti ini. Semua itu harus Bara akui.
Sepeninggal Yasmin mau tak mau Bara harus bisa menata hati. Harus bisa menjadi orang tua tunggal dari putri cantiknya, menjadi ayah sekaligus menjadi ibu.
Bara memulai aktivitasnya kembali setelah sekian lama dirinya istirahat karena fokus merawat almarhum istrinya dan juga putri kecilnya selama di rumah sakit. Bara mulai mengalihkan kesedihan hatinya dengan berbagai macam aktivitas. Bahkan tawaran untuk menggantikan Mayong menjadi CEO Dirgantara pun diterimanya dengan senang hati karena Mayong mau fokus ke perusahaan yang dibangunnya sendiri 'Nayaka Grub' serta perusahaan istrinya 'Gayatri Grub'
Mayong bahkan sampai dibuat heran oleh Bara, karena langsung menerima tawarannya. Biasanya adiknya itu akan menolak mentah-mentah untuk terjun di dunia bisnis seperti dirinya. "Bar, kau nggak lagi mabuk kan?" tanya Mayong. "Nggak kak, aman" celetuk Bara tertawa. "Jangan bilang kau cari kesibukan???" akhirnya Mayong mulai paham. "Benar kak, aku harus sibuk untuk bisa melupakan kesedihanku. Bahkan sampai sekarang, dalam hati kecilku masih belum ikhlas menerima semua ini" ucap Bara sedikit melow. Mayong menepuk bahu adiknya, "Boleh sedih, tapi jangan berlarut-larut" hibur Mayong.
Semenjak saat itu, Bara benar-benar mengalihkan kesedihannya dengan agenda-agenda rapat dan juga jadwal operasi saben harinya. Iwan yang merupakan asisten barunya serta Anggun yang menjadi sekretarisnya, adalah orang setia yang mencatat setiap Agenda Dokter Bara, karena Doni dan juga Sinta ikut dibawa serta Mayong ke perusahaan Nayaka. Dirgantara yang telah maju di tangan Mayong, dipertahankan oleh Bara. Bahkan Dirgantara Grub sekarang telah banyak mengakuisisi perusahaan-perusahaan luar negeri.
"Bar, gimana kabarmu?" tanya Mayong yang lumayan lama ketemu adik kandungnya itu. Dan sekalinya ketemu juga saat sela-sela rapat dewan direksi. "Beginilah kak..." tukas Bara mengangkat kedua bahunya. "Jangan sibuk-sibuk, putrimu juga butuh perhatian" Mayong mengingatkan. "Kan ada opa dan oma kak" tukas Bara tak kalah sengit. "Aku tau kamu butuh pengalihan Bar. Aku juga tau kamu masih sering menangis di pusara istrimu. Tapi cobalah tatap masa depan Bar, purtimu juga butuh kasih sayang ayahnya" jelas Mayong. "Kak, kamu nggak merasakan apa yang telah aku rasakan. Kamu dan Maya bisa mengasuh putra-putrimu bersama. Sementara aku...." tunjuk Bara ke arah dirinya. Mayong terdiam. Ternyata hati Bara benar-benar belum bisa mengikhlaskan kepergian Yasmin, batin Mayong. "Coba kakak lihat Om Abraham, ayah mertua kakak. Bahkan sampai menua, Om masih setia dengan tante Gayatri. Akupun ingin begitu kak" sahut Bara. Mayong semakin terdiam.
Setelah rapat dewan direksi, Bara memanggil Iwan. "Wan, apa jadwalku selanjutnya??" tanya Bara. "Operasi di RS Suryo Husada tuan. Hari ini jadwal yang telah dikirimkan ada tiga operasi. Elektif semua. Untuk detailnya ini tuan" jelas Iwan sambil menunjukkan ipadnya, karena Iwan tak paham dengan bahasa medis yang terdapat di pesan yang diterimanya. Bara menerima dan membacanya. Tiga operasi besar sudah menunggunya. Pertama operasi TAH BSO dengan operator dokter Alex, SpOG. Kedua appendictomy dan ekplorasi abdomen karena appendicitis infiltrat, dengan operator dokter Bagus, SpB kakak dokter Alex. Ketiga Sectio Caesaria dengan letak lintang dengan dokter Budi, SpOG. Bara sangat menikmati kesibukannya. Bahkan tak jarang Bara pulang tengah malam saat putrinya sudah tertidur. Dan kadang berangkat saat putrinya masih tertidur pulas.
"Iwan, kau langsung pulang aja!!! Aku sendiri saja ke Suryo Husada. Ketiga operasi ini akan butuh waktu lama" tandas Bara. "Baik Tuan" sahut Iwan dan undur diri. Bara beranjak dari duduknya dan segera turun ke lobi karena mobil yang akan dibawanya sudah disiapkan di sana. Semua karyawan perempuan di Dirgantara banyak juga tebar pesona ke Bara yang notabene seorang duren itu. Tapi Bara seolah-olah sudah menutup hatinya. Aura datar dan dingin semakin terpancar di wajah Bara.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments