Dalam pengamatan Bara, IGD Suryo Husada penuh dengan korban kecelakaan. "Ada apa ini? Di mana istriku???" Bara masih mencari keberadaan istrinya. "Kecelakaan beruntun dok, di perempatan dekat mall sebelah" jelas perawat yang sibuk memetakan pasien-pasien korban kecelakaan itu. Bara masih belum menemukan Yasmin istrinya di zona hijau dan kuning IGD itu.
Bara masih berharap istrinya tidak termasuk dalam korban kecelakaan beruntun yang bahkan berdasarkan info yang diterimanya ada lima korban meninggal dan tujuh luka berat.
Bara melangkah ke zona merah ruang IGD, para dokter jaga dan juga perawat sibuk memberikan pertolongan pertama pada para korban.
Di ujung ruangan, Bara melihat sosok yang sangat dikenalnya. Masih dengan pakaian yang sama waktu Bara berangkat tadi.
Bara menghampiri sosok itu. Tetes air mata mulai menganak sungai di pipi dokter Bara. "Bee, apa yang terjadi???" gumam Bara. Sementara seorang dokter wanita memberikan tindakan RJP di dada Yasmin. Peluh keringat di dahi dokter itu. Bara yang menoleh ke arahnya, "Biar saya gantikan dokter" sela Bara mengambil posisi. Bara melanjutkan apa yang dilakukan dokter tadi. "Ayolah Bee, bangun" ucap Bara sambil tetap melakukan tindakan. Setelah beberapa kali periode, tidak ada respon dari Yasmin. Dokter Eka yang juga dokter anesthesi di Suryo Husada meminta Bara menjauh dari Yasmin. Dokter Eka membawa defibrilator, untuk mengembalikan denyut jantung Yasmin. Bara mengikuti apa kata dokter Eka.
Bara duduk lunglai di pojok ruangan zona merah IGD itu. Saat ini Bara tidak bisa berpikir jernih. Mengapa semua ini terjadi ya Tuhan??? gumam dalam isak tangisnya. Bahkan baru tadi pagi Kau terbangkan aku setinggi langit, saat ini Kau jatuhkan aku di jurang terdalam. Batin Bara.
Muka Yasmin terlihat pucat, bahkan dalam pengamatan Bara tidak ada luka yang serius di tubuh istrinya itu. Tapi memang ada trauma kepala yang belum diketahui sejauh mana parahnya.
Setelah diberikan kejut listrik oleh dokter Eka, denyut Yasmin telah kembali. "Sebaiknya kita lakukan pindai CT dok, melihat kondisi trauma kepalanya. Aku yakin ada perdarahan di sana. Atau bisa juga ada fraktur di tulang tengkoraknya" kata dokter Eka. Bara hanya mengangguk saja.
Yasmin dibawa ke ruang radiologi yang terletak tepat di belakang IGD. Dokter Lissy sudah stanby di sana. Yasmin dipindahkan pelan dari brankarnya supaya tidak terjadi trauma yang lebih lagi. Bara pun ikut mengawasi proses pemeriksaan istrinya itu. Semua yang dijelaskan dokter Lissy tidak ada yang terlewat di telinga Bara. "Melihat tempat luka, dan berdasarkan hasil pindai CT ini dokter Bara. Ada perdarahan kurang lebih dua puluh cc di otak besar istri anda. Tepatnya di lobus temporal kanan. Dan sesuai prediksi dokter Eka, ada fraktur dekat lokasi perdarahan. Bisa jadi itu yang menyebabkan perdarahannya" jelas dokter Lissy. Bara bahkan sudah tau langkah selanjutnya. Istrinya perlu tindakan trepanasi untuk mengambil darah yang ada di otak besar istrinya itu dan juga memperbaiki patah tulang tengkorak.
Tapi melihat kondisi Yasmin yang berada dalam fase awal kehamilan, semakin membuat gamang Bara. Tindakan operasi besar yang akan dilakukan pasti akan sangat mempengaruhi kondisi janin istrinya. Sebagai seorang dokter, tentu Bara lebih tau apa yang harus diprioritaskan sekarang. Tentu, keselamatan istrinya lah yang menjadi prioritasnya.
Tindakan operasi Yasmin ternyata telah begitu disiapkan sedemikian rupa oleh tim yang terbiasa bekerja dengan dokter Bara. Dari ruang radiologi, Yasmin langsung dipindahkan ke ruang bedah sentral. Ponsel Bara berdering. Papa Calling. "Halo Pah" jawab Bara. "Bar, Yasmin apa salah satu dari korban itu? Papa mengharap sih tidak. Tapi melihat kondisi mobilmu yang berada di lokasi dan terlihat rusak parah di siaran berita, apa Yasmin...?????? papa Suryo menghentikan perkataannya. "Ya Pah, Yasmin salah satunya" ucap Bara lirih tapi masih bisa didengar oleh papa Suryo.
"Bagaimana keadaannya????" tanya mama Clara ikutan nimbrung di panggilan papa Suryo.
"Yasmin denganku Pah, ini saya bawa ke ruang operasi" jelas Bara. "Apa maksudmu Bara?" Papa Suryo menekankan kata yang diucapkannya. "Trauma kepala" jawab Bara singkat tapi sudah bisa membuat syok semua yang berada di mansion papa Suryo, tak terkecuali Maya.
Yasmin telah berada di meja operasi. Alex yang masih berada di ruang operasi, karena baru menyelesaikan operasi keduanya menghampiri Bara. "Berapa minggu kak?" tanya Alex. Bara mendongak. Baru saja bercanda dengan Alex tentang ngidam ibu hamil, sekarang istrinya malah terbaring di meja operasi. Alex menepuk pundak Bara mencoba menguatkan seniornya itu. "Om Abraham bilang masih enam week Lex" jawab Bara. Alex mengangguk. Secara teori akan sangat sulit mempertahankan janin yang dikandung istri dokter Bara itu. "Berdoa ya Kak, semoga diberikan yang terbaik oleh pemberi kehidupan" tukas Alex. "Makasih Lex" ucap Bara lirih.
Bara tetap mendampingi proses operasi istri tercintanya. Hampir tiga jam operasi berlangsung, belum ada tanda-tanda operasi selesai. Fraktur yang dialami Yasmin, ternyata cukup sulit untuk dibenahi. Dokter bedah dan juga bedah saraf saling bergantian menangani Yasmin di meja operasi. Bara yang duduk di pojok ruangan kamar operasi ikut gelisah menunggu selesainya operasi.
"Finis" ucap dokter Bagus yang juga kakaknya Alex itu. Bara menghela nafas dalam, lega mendengar ucapan dokter Bagus koleganya. "Terima kasih semuanya" ucap Bara meneteskan air mata. Bara salut akan teman-teman sejawatnya yang ikut membantu dalam penanganan istrinya kali ini. Dokter Aji sang spesialis bedah saraf mendekati Bara, "Istri anda orang yang kuat dok. Kita lihat tiga hari ke depan progressnya seperti apa" ujarnya. "Semoga janinnya juga baik-baik saja" sela dokter Bagus. "Amin" Bara mengaminkan saja ucapan dokter Bagus. Darimana dokter Bagus tahu kalau istrinya hamil, Bara tidak ingin tau saat ini.
Saat Yasmin didorong dari kamar operasi dan hendak dipindahkan ke ICU, ternyata keluarga besar Suryolaksono sudah menunggu di depan pintu ruang bedah sentral itu. "Bara" panggil papa Suryo menghampiri putra keduanya itu. Bara yakin, tingkat kecemasan papa nya sama seperti yang dialaminya saat ini. "Lancar Pah operasinya. Doakan saja Yasmin lekas pulih seperti sebelumnya" tandas Bara. "Janinnya?" sela mama Clara. "Belum tau Mah, semoga baik-baik saja" tukas Bara.
Mama Clara yang masih berada dalam fase penyembuhan luka operasi karena luka tembak yang dialaminya, memeluk hangat putra keduanya. "Maafkan mama Nak, mama lah yang mengijinkan istrimu pergi menyusulmu" cairan hangat membasahi bahu Bara. "Mah, semua sudah takdir. Tidak ada yang perlu disesali" tandas Bara. "Andaikan mama melarang istrimu mengantar makanan ke sini. Semua ini pasti tak akan terjadi" lanjut mama Clara. Bara melepas pelukan mama nya pelan dan ditatap wajah mamanya itu. "Mah, doakan saja Yasmin lekas pulih ya" mohon Bara. Mama Clara mengangguk dan semakin deras tangisannya. Mayong menghampiri Bara dan memeluk saudara kandung satu-satunya itu. Demikian juga Maya.
Yasmin telah dipindahkan di ruang ICU sekarang.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sri Astuti
tdk ada yg tahu apa yg akan terjadi
2023-03-25
1