Akhirnya, Bara mengambil keputusan untuk menyetujui tindakan operasi untuk melahirkan bayinya meskipun itu keputusan yang sangat sulit. Bahkan saat ini semua keluarga sudah duduk di ruang tunggu depan kamar operasi itu. Papa Suryo dan mama Clara lengkap dengan besannya yaitu ayah dan ibu Yasmin.
"Nak Bara, shalatlah. Mohon ke Yang Kuasa Sang Pemberi nikmat semoga diberikan yang terbaik" ujar ayah Yasmin yang juga ayah mertua Bara. "Baik Yah, maafkan aku yang tak bisa menjaga putrimu" tukas Bara. Ayah Yasmin mengelus pundak menantunya itu untuk menguatkan. Seperti yang dikatakan ayahnya, Bara berjalan menuju mushola rumah sakit yang berada di samping ruang kamar operasi. Bara menumpahkan semuanya ke Sang Khalik. Memohon ampunan dan juga mendoakan sang istri. Saat mau mengakhiri doanya, sekelebat bayangan istrinya tersenyum ke arahnya. Wajah Yasmin bahkan sangat cantik. Yasmin melambaikan tangan ke arah Bara, sedetik kemudian Yasmin berbalik dan melangkah pergi menjauh. Bara mengusap wajahnya. Firasat apa ini, batin Bara.
Bara kembali ke ruang tunggu kamar operasi. Sesaat setelah itu Bara dipanggil untuk ikut serta masuk ke ruang operasi. Di sana Bara dihadapkan sebuah pemandangan yaitu keriwehan ruang operasi, di mana semua yang ada di sana sedang memberikan pertolongan untuk istrinya. "Tuan Bara, silahkan mendekat ke sini!!" pinta dokter Obgyn yang ternyata bernama Kayla itu. Bara mendekat, saat ini Bara ditunjukkan kondisi di mana Yasmin mengalami syok karena perdarahan setelah bayi dilahirkan. Dokter Kayla dan tim berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan ke keadaan Yasmin.
Tak lama Bara berada di dalam kamar operasi, layar monitor pasien telah menunjukkan sebuah garis lurus. Bara meneteskan air mata. Bara menciumi istrinya yang telah meninggalkannya itu, "Bee, kenapa kau tega meninggalkanku sendiri???" suara Bara mulai serak. Bara terus memeluk tubuh istrinya. "Maafkan kami tuan Bara, kami sudah berusaha" seloroh dokter anesthesi sejawat Bara. Belum ada sahutan jawaban dari mulut Bara. Yang ada hanya isak tangis dari dokter anesthesi tampan itu.
Sementara anggota keluarga yang lain, yang menunggu di depan kamar operasi baru mendapatkan kabar kalau Yasmin tidak tertolong. Suara tangis diantara mereka terdengar. Bahkan Maya yang merupakan sahabat Yasmin dari masa kecil, ikut pingsan di pelukan Mayong suaminya. Ibunda Yasmin histeris menghadapi kenyataan bahwa putrinya telah meninggalkannya. "Mungkin ini sudah jalan terbaik yang Allah kasih bu, anak kita sudah berjuang lama. Ikhlaskan ya bu. Sekarang putri kita sudah tidak kesakitan lagi" ucap ayah Yasmin menguatkan istrinya, meski dirinya sendiri sebenarnya rapuh. Mayong minta ijin, untuk masuk ke ruang operasi menyusul Bara. Dimintanya papa Suryo untuk menjaga Maya dan juga mama Clara. Saat sudah sampai dalam ruangan, dilihatnya Bara menolak para perawat yang berusaha memindahkan Yasmin. "Istriku tidak mati, istriku tidak boleh mati" teriak Bara. "Mau kalian bawa ke mana istriku????" Bara bersuara dalam tangisnya.
Mayong memeluk sang adik yang masih dalam fase denial, karena kehilangan orang yang sangat dicintainya. "Ikhlaskan Bara, biar Yasmin tenang di sana" bisik lirih Mayong mencoba menguatkan sang adik yang baru berduka. "Kak, kenapa Yasmin tega sekali?" Bara masih menangis. Mayong tak menjawab hanya menepuk pelan bahu adiknya itu. Pasti sangat berat beban yang dirasakan adiknya saat ini. "Bara, sedih boleh tapi ingatlah putri cantikmu yang sekarang juga butuh perhatianmu" ucap Mayong. Bara pun mengangguk menerima ucapan kakaknya. Dukungan keluarga lah yang sangat dibutuhkan oleh Bara saat ini.
Jenazah Yasmin telah dipindahkan ke ruang jenazah. Sebelum menyusulnya, Bara menghampiri ruang PICU di mana putri mungilnya berada di sana. Seperti keadaan sang ibu sebelum dinyatakan meninggal, sang putri juga terpasang berbagai macam selang yang menempel di tubuhnya. Bara menitikkan air mata kembali, mencoba ikhlas menerima ketentuan Yang Kuasa.
Jenazah Yasmin telah dibawa kembali ke mansion. Banyak kolega bisnis dan juga sejawat dokter yang menyampaikan duka mendalam untuk istri Bara. Dengan mata sembab, Bara menghantarkan sang istri ke tempat peristirahatan terakhir. Bara bersimpuh di samping pusara sang istri. "Terima kasih bee, atas segala kebahagiaan yang telah kau berikan padaku. Namamu akan tetap tersimpan di relung hati ku yang terdalam" ucap Bara lirih. Air mata yang coba dibendungnya akhirnya bobol juga. Mencoba ikhlas, tapi ternyata itu sangat sulit untuk dilakukan. Tapi mengingat putri kecilnya yang sekarang didampingi papa Suryo dan mama Clara di negara S, Bara mencoba bangkit dari sisi pusara dan mencium nisan sang istri. "Akan kujaga putri kita Bee. Kamu yang tenang di sana. I love you" ucap Bara sebelum meninggalkan makam istrinya itu.
Setelah tujuh hari istrinya, Bara kembali ke negara S untuk menjumpai putri kecilnya. Putrinya yang masih terbaring di ruang PICU. Berat yang bahkan nggak ada satu setengah kilo. "Kita berjuang bersama ya sayang" Bara menggenggam lengan yang sangat kecil dan masih kemerahan itu. Bara menitikkan air matanya kembali. Benar adanya, kalau Sang Khalik memang benar-benar Maha membolak balikkan hati.
Papa Suryo dan mama Clara sangat setia menunggu Bara dan cucu nya. "Bar, aku yakin kamu kuat. Allah sudah memberikan yang terbaik untuk Yasmin. Akan kasihan bila Yasmin tetap hidup tapi dengan berbagai macam alat yang menopang kehidupannya. Sekarang fokus lah ke putrimu. Hanya kamu yang bisa mendampinginya" papa Suryo kembali menguatkan putra keduanya itu. "Cobaanku sungguh berat Pah" akhirnya Bara menumpahkan kesedihannya kembali. "Hanya manusia bertaqwa yang percaya takdir Bara. Sang Pencipta tak kan memberikan cobaan yang melebihi batas kemampuan makhluknya. Ingatlah itu" nasehat papa Suryo. "Tapi ini sungguh berat" Bara sudah berurai air mata. "Kemana Bara yang selalu sigap dan kuat. Yang selalu mampu menguatkan pasien-pasiennya. Saatnya sekarang kau membuktikan ke papa Bar, bahwa kau orang yang kuat" papa Suryo menepuk-nepuk bahu Bar.
Tak terasa hampir dua bulan putri kecil itu terbaring di inkubator ruang PICU. Berat badannya sudah naik signifikan. Meski masih di bawah berat normal. Sudah bisa minum tanpa memakai selang sonde. Saat dokter anak visite, "Tuan Bara, beberapa hari ini putri anda sudah sangat pinter minum susu dengan pipet. Kondisi umumnya sangat jauh lebih baik. Jadi hari ini sudah bisa dicoba rawat jalan" jelasnya. "Jadi, boleh KRS (\=Keluar Rumah Sakit) ya dok??" tanya Bara. Dokter anak itu mengangguk. Bara terlihat lega.
Sekarang tinggal mengkondisikan bagaimana perawatan di apartemen tempat tinggalnya di negara S. Tak mungkin juga Bara meminta tolong terus mama Clara untuk menemaninya.
"Bar, mama akan terus mendampingi cucu mama" seloroh Mama Clara. "Jangan Mah, kasihan papa. Papa juga butuh perhatian mama" tolak halus Bara. "Papa dan mama sementara akan di sini Bar, sampai putrimu benar-benar dinyatakan sehat" imbuh papa Suryo tidak mau dibantah. "Oh ya, siapa nama cucu oma yang mungil ini?" tanya mama Clara sambil menoel hidung cucu yang berada dalam gendongannya itu sekarang. Nampak bayi itu menggeliat dan menyunggingkan senyum. "Wah oma jadi gemas" cium mama Clara. Bara hanya menggaruk kepalanya, "Jangan bilang kau belum punya nama untuk putrimu" sindir papa Suryo. Dan dijawab gelengan kepala oleh Bara. "Sudah dua bulan Bara....." papa Suryo hanya bisa menepuk jidatnya sendiri.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Isabela Devi
sedih bgt
2023-11-17
1
Maria Lay
aku nangis thor, mengingat perjuangan Bara tuk mendapatkan Yasmin lalu perjuangan mereka tuk memdapat keturunan
2023-04-01
2