KIMCHI
Beberapa saat berlalu, Maura kembali menuju Aina yang masih berada ditempat awal. Gadis itu terlihat lebih lega, tak lagi meringis usai membuang yang terdesak.
"Kalau tidak tahan pedas ... kenapa memaksa terus makan? lihat sekarang ... perutmu sakit."ucap Aina sedikit cemas.
"Tapi aku suka, Aina."
"Suka kimchi atau orangnya?." Aina menyipitkan mata.
"Orangnya." Maura nyengir kuda."Tapi suka kimchinya juga. Cuma itu tadi terlalu pedas."
"Berterus terang lebih baik. Daripada menyakitimu. Deva pasti mengerti. Kalau tau kamu mulas begini, juga pasti akan merasa bersalah."
"Aku takut menyinggungnya." aku Maura. Teringat kembali ketika tadi dirinya yang terpaksa memasang wajah datar memakan kimchi pedas itu. Meski sejujurnya telinganya sudah hampir berasap. Itu semua ia lakukan demi mendapatkan hati sang Oppa. Beruntung saat itu beberapa pelanggan datang, hingga akhirnya ia mempunyai alasan untuk pergi.
Aina menghela nafas."Ini." ia menyodorkan kotak bekal itu pada Maura."Sebagai orang yang amanah aku akan tetap memberikan ini padamu."
"Kimchi lagi." jelas Aini kembali ketika Maura melihatnya dengan sorot tanya.
Maura tersipu.
"Mau dimakan lagi?." Aina memasang wajah mengancam seperti seorang ibu kepada anaknya.
Maura tergelak."Buat kamu aja."
"Kamu serius?." tanya Aina dengan ekspresi senang.
"Sebenarnya sih, aku mau. Tapi perutku kamu tau sendiri ususku memberontak. Enggak lucu kalau aku harus mondar mandir masuk kamar mandi kayak setrikaan tanpa kabel. Yang ada nanti malah pingsan karena perut kosong."
"Tapi aku senang sekarang Deva mulai menunjukkan perhatiannya padaku." Maura kembali duduk dengan wajah tersipu-sipu.
"Terus sekarang ikhlas enggak, nih kimchinya aku makan?."
"Ikhlas." Maura menyungging senyum."Udah, buruan dimakan. Nanti oppa Deva ku lihat, dia marah lagi."
Aina langsung membuka kotak bekal itu, memasukkannya kedalam mulut. Seraya mengunyah kimchi, ia sempat memperhatikan wajah Maura yang terlihat sangat bahagia.
____________
Suasana dimeja makan tercipta tawa usai ketiganya menyantap makan malam. Yang lebih terdengar adalah gelak tawa Damar, manakala Maura menjelaskan kepada sang kakak, Naomi, tentang mulas yang terus melandanya hingga membuatnya terpaksa pulang sebelum waktu pertukaran shift.
"Aku tidak sanggup membayangkan kalau saat itu pelanggan tidak datang. Bisa-bisa asap keluar dari dalam telingamu."ucap Damar kembali dibuat tergelak di akhir kalimat.
Sementara Naomi hanya bergeleng mendengar tingkah konyol sang adik.
"Itu namanya cinta buta, Maura." celetuk Damar seraya meredakan tawa."Lagi pula, sebagai wanita enggak seharusnya kamu mengejar-ngejar laki-laki. Biarkan Deva menyukaimu apa adanya."
"Benar kata Mas Damar, Ara. Malu ih." timpal Naomi menyetujui.
"Tapi respon oppa Deva lambat, mbak. Dia lebih banyak diam alias tertutup. Jadi ya sudah ... aku lakukan itu demi mengambil hatinya."
Naomi bergeleng pelan merasa gemas mendengar celetukan adik kesayangannya itu."Lain kali mbak minta jangan begitu, ya. Untung kamu nggak pingsan. Ingat dong ... asam lambung kamu parah."
"Sekarang serius sudah lebih baikan, kan?."tanya Naomi memastikan
Maura mengangguk pelan. Kerena memang tadi siang, sebelum benar-benar kembali ke rumah, ia menyempatkan diri mampir ke apotik. Dan langsung meminum obat yang diresepkan oleh dokter.
"Lagipula udah, deh ... Deva itu orangnya kalem, Dewasa. Mana mau dia sama cewek centil, ingusan kayak kamu."
"Kata siapa, Mas? buktinya tadi dia kasih aku kimchi lagi. Khusus buat aku, katanya."aku Maura dengan sombong."Dia memang enggak tau kalau aku enggak suka pedas. Tapi dari situ aku bisa tau, kalau dia mulai tertarik denganku."
"Cowok kan begitu kalau suka sama perempuan? suka kasih sesuatu. Iya, kan, mbak?" Maura melihat pada Naomi mencari pembelaan.
"Hahaha. Kepedean, kamu."Damar mencebikkan bibir
"Mbak, lihat itu Mas Damar ngeselin banget."ucap Maura dengan nada merengek hampir menangis.
"Mas ....!." Naomi membeliakkan mata pada suaminya.
Merasa puas mendapatkan pembelaan, detik itu Maura menjulurkan lidah, mengejek Damar.
"Kamu juga dulu begitu, Mas? Kamu sering kasih aku telur gulung pas lagi kuliah. Setiap kali aku ada kelas ... Eh, waktu aku masuk, tiba-tiba diatas mejaku pasti sudah ada tiga tusuk telur gulung."
"Dan itu kamu beli di kantin kampus. Kamu masih ingat, kan, Mas?."
"AHAHAHA!!." Maura tertawa terbahak-bahak."Telur gulung, mbak? serius? beli di kantin kampus?." pertanyaan yang sengaja diulang itu berhasil membuat Damar malu.
"Sayang, aku tidak pernah melakukan itu."sangkal Damar pura-pura lupa, kemudian beranjak dari duduknya, tak ingin pembullyan berlanjut.
"Yang benar? jadi siapa, dong."suara Naomi terdengar menggoda.
"Mantan kamu kali." sahut Damar sambil berjalan, meninggalkan kakak beradik yang terlihat mirip itu. Bukan hanya wajah yang hampir mirip. Tapi keduanya juga kompak untuk menyerangnya.
"Aku enggak ada mantan, Mas ... kamu cinta pertama dan terakhirku."
Sambil terus berjalan, Damar tersenyum mendengar celotehan sang istri yang terus mencoba menggodanya.
"Mending Oppa aku, dong. Makanannya lebih berkelas, Mas. Kimchi .....!"seru Maura tak ingin berhenti."Telur dadar. Hahahaha."
"Sayang ... apapun itu, aku cinta padamu!." seru Naomi kembali ketika tubuh tegap Damar hampir menghilang didinding pembatas dapur dan ruang tamu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komentar dan vote ya 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Nabila
aku mampir
2024-02-22
0