..."Perempuan umpama cuaca yang berubah-ubah. Sedangkan lelaki adalah umpama penghuni, yang selalu berusaha tahan dengan perubahannya."...
"Oh, Zayn ... aku kan sudah memberimu susu. Kenapa kamu masih saja menangis?." Maura menghela nafas panjang, menghempaskan tubuhnya di atas sofa."Apa kamu ingin melihat Mamida menari?."tanya dengan menyebut dirinya sendiri Mamida (Mami muda.) "Baiklah Mamida mu ini akan menari." sambungnya kembali berdiri dan mulai menari meniru dance dari group band Korea terkenal favoritnya, Blackpink.
Meski sudah lelah, namun dirinya berusaha bersabar agar bayi yang saat ini sedang berada didalam ayunan itu segera diam. Padahal baru saja setengah jam ia menjaga Zayn. Dan mulai malam ini bayi kecil itu akan tidur dikamar utama. Sebenarnya ini keinginan Maura sendiri. Ia pikir, dengan begini, selama setahun ini ia bisa melakukan tugasnya sebagai ibu pengganti untuk Zayn.
A yeah, a yeah ...
Blackpink.
A yeah, a yeah ...
"Apa kamu suka Zayn?." tanya gadis yang memakai celana pendek dengan kaos merah muda oversize itu disela-sela tariannya. Mungkin menurut Maura tariannya sudah sangat bagus.
Tapi tidak bagi seseorang yang saat ini berdiri didepan pintu memperhatikannya. Baginya itu sangat kaku dan menggelikan.
Chak kan nol gu re
Go rot chi mo tan de ....
Maura terus menyanyi dan menari, tapi tangis Zayn justru semakin kuat.
"Oh, astaga Zayn ... Mamida harus bagaimana lagi?." Maura berhenti sambil menyeka keringat diwajahnya."Apa aku kurang lincah."
"Baiklah kalau begitu akan Mamida ulangi." Maura baru saja memulai kembali menari, mengangkat satu tangannya ke atas dan menarik pinggulnya kesamping, tapi seketika berhenti saat mendengar suara tebal dari belakang.
"Melihat tarianmu, dia bukannya diam tapi justru akan semakin takut."Damar masuk meletakkan jam tangannya diatas nakas."Gerakan apa itu?." ucapannya memperagakan tarian Maura tadi dengan gaya mengejek.
Maura langsung menghela nafas jengah, menekuk bibirnya kesamping melihat pria itu.
"Dan apa tadi Mamida?." Damar berjalan ke arah Maura.
"Iya, mulai sekarang dia akan memanggilku Mamida."
"Apa itu?." Damar mengernyit dahi.
"Mami muda. Keren kan, Mas?." Maura tersenyum lebar.
Damar langsung berdesis pelan, merasa geli mendengarnya."Keren apanya. Jangan aneh-aneh, deh. Aku rasa dia menangis karena tidak suka itu."
"Dan satu lagi, jangan menari-nari didepan anakku. Kamu mau membuat dia jadi laki-laki melambai.? ada-ada saja, kamu. Dia harus gagah sepertiku!." pungkas Damar membungkuk hendak mengambil Zayn yang masih menangis didalam ayunan.
"Berhenti."Maura membentang kedua tangan menghalangi."Kamu baru pulang bekerja, Mas. Virus-virus udara dari luar pasti menempel di pakaianmu. Sebelum menyentuh Zayn, sebaiknya bersihkan dulu dirimu."
Damar berdiri terlong-long mendengar cerocosan gadis itu. Meski terkadang kekanak-kanakan dan menyebalkan, tapi kali ini gadis itu ada benarnya. Persis seperti tindakan Naomi. Damar tiba-tiba merindukan almarhumah istrinya itu.
"Aku akan meninabobokan Zayn, jangan khawatir." kata Maura kembali. Damar akhirnya melangkah berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Maura menepuk jidatnya merasa bodoh. Sepertinya gadis itu terlalu panik tadi ketika Zayn terus saja menangis. Sampai-sampai dirinya tidak bisa berfikir dengan jernih.
"Ya ampun, Zayn kenapa aku lupa. Seharusnya dari tadi aku menyanyikan lagu kesukaan mu itu."
Damar masih mendengar gadis itu berbicara sebelum masuk kedalam kamar mandi. Didalam, ia langsung menyalakan shower. Berdiri dibawahnya, membiarkan air mengguyur tubuhnya hingga basah. Ketika itu, sayup suara nyanyian dari luar menyapa telinganya. Ia langsung mematikan shower, mencoba menyimak syiar lagu dengan jelas.
Ambilkan bulan, Bu
Ambilkan bulan, Bu
Yang slalu bersinar di langit
Di langit bulan benderang
Cahayanya sampai ke bintang
"Naomi." gumam Damar tanpa sadar. Jantungnya seketika berdesir. Suara itu seolah membuatnya merasakan keberadaan Naomi disini. Itu lagu yang kerap Naomi nyanyikan ketika meninabobokan Zayn. Tanpa sengaja air matanya menitik. Ia merindukan Naomi. Sangat-sangat merindukannya.
Ambilkan bulan, Bu
Untuk menerangi tidurku yang lelap
Dimalam gelap
Ambilkan bulan, Bu
Ambilkan bulan, Bu
Yang slalu bersinar di langit ....
Hampir setengah jam lamanya Damar berada didalam kamar mandi. Ia baru keluar ketika suara nyanyian itu berhenti. Usai memakai pakaiannya, ia berniat ingin melihat Zayn. Saat itu di sofa, ia melihat Maura tengah tertidur sambil duduk dilantai menumpukan wajah dengan tangan kiri dibibir sofa. Sementara tangan kanan gadis itu masih bergantung di ayunan, di mana Zayn sudah tertidur di dalamnya.
Damar mengangkat Zayn, dan membawanya ke atas boks bayi. Ia lalu mengambil bantal dan selimut untuk Maura. Saat dirinya berbalik, tubuh gadis itu perlahan meminggir dan,
"Bruuk!."
Damar hendak menjangkaunya, tapi belum sempat menahan, tubuh gadis itu sudah terjatuh dilantai. Anehnya, gadis itu tak terbangun, malah terus tidur dengan lelap.
"Astaga." gumam Damar bergeleng."Ini manusia bukan, sih?."
Damar kemudian menghela nafas kasar. Meletakkan sembarang bantal dan selimut dilantai, kemudian berjongkok mengangkat pelan-pelan tubuh Maura."Badannya kecil, tapi kenapa berat sekali?." keluh Damar dengan wajah kesusahan menaikkan tubuh Maura ke atas sofa. Kemudian perlahan membaringkannya.
Tapi tanpa disangka, detik itu Maura terbangun, melihat Wajah Damar yang sangat dekat dengannya, membuatnya terkejut.
"Aaaaa!!." teriak Maura mendorong kuat-kuat tubuh besar Damar hingga pria itu terhuyung kebelakang. Ia lalu berdiri."Mas, kamu mau ngapain? huh? pasti kamu mau macam-macam, kan?."
"Kamu mau curi-curi kesempatan saat aku lagi tidur. Iya, kan?." todong Maura kembali.
"Hei, jangan mulutmu! jangan sembarangan ya, kalau ngomong. Aku tadi cuma mau menaikkanmu ke atas sofa, karena kamu tadi tertidur dilantai."
"Seharusnya kamu berterima kasih. Bukannya malah menuduhku yang tidak-tidak!." pungkas Damar kesal.
Benarkah? batin Maura tak percaya, ketika itu tangis Zayn terdengar.
"Tuh, kan. Zayn bangun. Ini semua gara-gara kamu!."ucap Damar langsung berjalan menghampiri putranya.
Maura juga berjalan mengikuti.
Damar berusaha menidurkan Zayn kembali, tapi bayi itu tak kunjung diam. dan terus menangis. Tapi tunggu, Damar mencium sesuatu yang menusuk."Bau apa ini?." ia menggerak-gerakkan hidung.
"Sepertinya Zayn, pup."Damar melihat Maura.
"Sebentar." Maura berjalan menuju lemari milik Zayn untuk mengambil celana bayi itu."Ini celananya, Mas."Ucapnya memberikan celana Zayn pada Damar.
"Bagaimana cara membersihkannya?."
"Sini, biar aku saja." Maura mendudukkan diri, menyingkirkan Damar dari bibir tempat tidur."Tolong buatin susu, Mas." ucapnya kembali karena Zayn terus menangis.
Damar gegas berjalan menuruti Maura untuk membuatkan susu.
"Tisu basah, Mas. Tolong cepat, Zayn sepertinya risih." ucap Maura sambil membuka pampers Zayn. Tapi karena panik mendengar tangis Zayn yang tak kunjung berhenti, alhasil ketika dirinya menarik celana sekali pakai itu, kotoran milik Zayn menyiprat ke wajahnya. Refleks Maura menutup mata.
"Aaa ... ya ampun, wajahku kena!"Maura terkejut."Mas, tisunya tolong, cepat!."
"Iya, iya."Belum selesai membuat susu, Damar harus dibuat mondar-mandir."Apa perlu kita panggil sus Ana."ucapnya sambil melemparkan tisu ke atas ranjang, tepat disamping Maura.
"Ini sudah malam. Sus Ana pasti sudah tidur, Mas." Maura buru-buru mengambil tisu mengusap wajahnya. Lalu, beralih membersihkan Zayn. Tapi bayi itu masih terus menangis.
"Tolong, susunya, Mas!."
"Iya, iya ... sebentar!."
Huru-hara terjadi dikamar itu. Keduanya yang memang belum terbiasa mengasuh bayi, alhasil dibuat kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments