"Hei ... cucu nenek yang tampan. Mau bobok, ya?." suara Amelia begitu jelas mengajak sang cucu bercengkerama melalui panggilan Video."Aduh ... lahap banget minum susunya. Pelan-pelan sayang ... nenek enggak minta, kok."
Naomi tersenyum mendengarkan. Sementara bayi tampan itu terus mengenyot dot susu tanpa jeda, diiringi bulir tipis keringat di dahinya yang halus.
"Besok pagi inshaallah Mama dengan Papa kesana."ujar Desi selanjutnya."Sudah dua minggu enggak lihat Zayn ... Mama sudah rindu. Papa kamu apa lagi." ucapnya dengan kikikan pelan di akhir kalimat.
"Yee ... Nenek dan Kakek besok datang, Zayn." ucap Naomi dengan nada suara girang pada Zayn.
Bocah kecil itu melepas kenyotannya kedua bola matanya yang sedikit sipit melihat ekspresi senang sang Mama.
Beberapa saat berbincang melalui panggilan video, panggilan akhirnya diakhiri oleh Amelia ketika Zayn sudah tertidur. Sementara saat ini Naomi hendak bersiap-siap untuk pergi, ia melihat pada pintu kamarnya yang dibuka dari luar. Ada Maura yang masuk bersama sus Ana.
"Aden sudah tidur, non?." tanya sus Ana kepada Naomi.
"Sudah, sus. Sebentar lagi titip Zayn, ya ... aku sama Maura mau pergi belanja sebentar."
"Iya, non." Sus Ana mengambil bekas botol susu Zayn dari atas nakas. Kemudian mengambil termos air yang kosong dari atas meja besar disudut kamar.
"Aku sudah siap, mbak. Ayo berangkat sekarang." ujar Maura mendekati ke bibir ranjang, dan melayang kecupan gemas pada Zayn yang tengah pulas tertidur. Gadis berpenampilan fashionable ala-ala Korean style, dengan outfit oversized T-Shirt hitam dipadu overall model celana berbahan jeans itu terlihat sangat cantik. Rambutnya yang ikal diikat ekor kuda, setiap ia berjalan selalu menari mengikuti gerak langkahnya. Terlihat imut dan lucu.
"Iya, sebentar mbak siap-siap dulu." Naomi berjalan kearah lemari."Kamu sudah sarapan?."
"Sudah." ucap Maura sambil duduk dipinggir bibir tempat tidur seraya memainkan kedua kakinya yang menjuntai dilantai. Ia melihat pada Naomi yang sepertinya bingung memilih pakaian yang akan dikenakan."Pakai bajuku saja, mbak. Bajuku banyak yang ukuran oversize." ia terkikik diakhir kalimat.
"Kamu ngejek mbak?." Naomi menoleh sesaat kebelakang, lalu kembali memilih pakaian."Mbak itu nggak gendut Ara ... cuma lebih berisi. Nanti kamu juga begini kalau sudah menikah dan melahirkan."
"Ih, apaan sih mbak?." Maura malu.
Naomi membuka laci. Lalu berjalan ke arah Maura. Ditangan kirinya sudah ada pakaian yang akan ia kenakan. Berbeda dengan Maura yang lebih suka berpenampilan style Korea yang imut, Naomi lebih suka dengan mini dress yang membuatnya terlihat anggun dan elegan. Sementara di tangan kanannya, sebuah amplop coklat segera ia berikan pada Maura."Dari Mas Damar."
"Ini apa, mbak?." Maura mengambilnya.
"Mbak juga belum tau. Coba kamu buka."kata Naomi yang juga penasaran, merapatkan diri pada sang adik.
Maura langsung membuka amplop tersebut. Selembar kertas putih ia tarik dari dalam. Ekspresi bahagia tidak bisa ia tutupi manakala membaca isi yang tertulis.
"YEEEE ...!!." teriak Maura langsung membungkam mulut dengan satu tangannya saat menoleh kesamping, menyadari keponakannya yang sedang tidur.
"Kamu dipindahkan jadi asisten chef?." Naomi yang ikut membaca bertanya dengan nada tak percaya.
Maura mengangguk sambil tersenyum.
"Ah, itu bagus. Dengan begitu pengalaman memasak mu akan lebih banyak. Nanti kalau jadi diterima sekolah memasak di Korea ... maka kamu tidak akan merasa asing lagi."
"Tapi ingat ... pergunakan jabatan mu ini untuk belajar. Bukan pacaran!." Naomi memasang tatapan tajam.
"Iya, mbak." ujar Maura masih dengan wajah bahagia sambil menggulung-gulung kertas putih itu didepan dada.
"Ya sudah ... tunggu mbak, ya. Mbak mau siap-siap dulu."
Dua wanita dengan wajah yang hampir mirip dan dengan gaya pakaian berbeda itu turun ke lantai bawah.
Maura sudah lebih dulu berjalan ke halaman. Sementara Naomi masih menemui sus Ana yang sedang berada di dapur. Lagi, gadis pecinta Drakor itu dibuat senang melihat mobil merah muda yang masuk melewati gerbang.
"Chubby?! ya ampun ... akhirnya kamu sembuh juga." Maura menghampiri dan mengusap-usap mobil kesayangannya itu ketika sudah berhenti." Makasih ya, Mas ... aku pikir bakalan lama nginap di bengkelnya." ucapnya seraya berdiri tegak pada kang bengkel langganannya.
"Enggak mbak ... soalnya kerusakannya enggak terlalu parah. Cuma ada masalah di bagian karburatornya sama Aki saja. Aki-nya Soak, mbak. Sekarang aman sudah saya ganti." kang bengkel itu tersenyum diakhir kalimat.
"Oh gitu. Kena berapa, mas?."
"Ini mbak, bon-nya." Pria bertubuh kurus itu mengambil kertas berwarna kuning muda dari saku kemejanya dan memberikannya pada Maura.
Maura menerimanya. Kedua bola matanya melebar ketika membaca jumlah nominal yang tertulis. Waduuh! banyak banget. Mana duitku tinggal satu juta lagi. batinnya bingung sambil menggaruk tengkuknya.
"Hutang dulu bisa enggak, Mas?." ucapnya akhirnya dengan nada ragu."Dua hari lagi saya gajian. Percaya deh ... nanti langsung saya bayar."
"Ada apa, Ra? apa yang dibayar gajian?." Naomi keluar. Melihat pria kurus yang yang menurutnya tak asing, juga mobil merah muda kesayangan sang adik. Ia kini mengerti apa yang sedang dibicarakan."Mana, coba mbak lihat?."ia mengambil kertas yang dipegang Maura lalu kemudian membuka tas miliknya mengambil dompet berukuran sedang dari dalam sana.
"Enggak usah, mbak." Maura menahan."Tagihannya biar besok aku saja yang bayar. Lusa kan aku gajian."
"Udah enggak apa-apa. Gaji kamu itu, nanti biar kamu tabung saja." kata Naomi seraya memberikan nominal uang yang tercatat kepada pria kurus itu.
"Makasih, ya, mbak."kata pria itu kemudian pergi.
"Lain kali mbak nggak mau dengar kamu ngutang-ngutang. Kalau butuh apa-apa bilang sama, mbak."Naomi menutup dompet dan memasukkannya kedalam tas kembali."Kamu itu adik mbak. Dan kamu juga masih tanggung jawab mbak."
"Makasih ya, mbak." gadis cantik itu tersenyum. Meski Naomi kerap memanjakannya, namun gadis itu tak lupa asalnya berada. Sama seperti dulu, segala apa yang dimiliki saat ini, ia nikmati dari hasil kerja kerasnya sendiri.
"Ya sudah ... ayo."ajak Naomi kemudian.
"Oke." Maura langsung berjalan menuju mobil kesayangannya.
"Naik mobil kamu?." Naomi yang hendak melangkah menuju garasi langsung tertahan ketika melihat Maura sudah membuka mobil merah muda itu.
"Iya, dong, mbak. Sekalian ngetes si chubby. Pasti sekarang dia lebih enak dipakai."
"Ya udah deh. Mbak juga sudah lama enggak naik mobil kamu. Kangen juga. Hihihi." Naomi terkikik pelan diakhir kalimat seraya berjalan memutar menuju pintu sebelah kiri.
"Kamu ingat nggak, dulu kamu pernah nangis gara-gara tidak bisa pergi ke sekolah karena mobil ini mogok?." ujar Naomi terkekeh bernostalgia.
"Ingat lah, mbak. Dan besoknya aku dihukum karena tidak mengerjakan tugas."
"Hahahaha." Naomi tergelak mengingat kisah sang adik.
Cukup lama keduanya bernostalgia tentang pengalaman masa dulu ketika mengendarai mobil peninggalan sang Ayah. Sampai-sampai ia tak berniat memasang lagu-lagu Korea kesukaannya. Menit waktu terus berjalan. Maura hampir memasuki taman kota. Namun sebuah pohon besar yang tumbang di badan jalan membuat dirinya harus memilih jalan alternatif lain.
Jalan Anggrek adalah jalan satu-satunya yang menurut Maura lebih cepat menghantarkan mereka menuju pusat kota. Meski sepi, tapi keduanya seolah tak kehabisan cerita. Sesekali tertawa ketika Naomi kembali mengingatkan keduanya pada cerita lucu dimasa silam. Namun ketika itu, dari arah berlawanan, sebuah mobil sedan berwarna putih melaju dengan sangat cepat dan sedikit oleng. Membuat Maura yang sedang asik bercerita terkejut.
"Ara, awas!!." teriak Naomi histeris ketika mobil sedan itu menyerempet. Maura yang hilang kendali, tanpa sengaja membuang arah dan menghantam salah satu pohon besar yang berjajar di pinggir jalan.
BRAAAAKK!!!!
Maura meringis seraya memegangi pelipis. Detik itu, tangannya bergetar melihat darah segar yang menempel. Ia langsung menoleh kesamping, disisinya Naomi tengah bersandar tak berdaya, dengan darah segar yang hampir membasahi seluruh wajah.
"Mbak Naomi!." Maura menjerit histeris. Ia sempat melihat kebelakang. Namun pandangannya sedikit kabur hingga tak bisa melihat dengan jelas mobil putih itu, yang kini telah melaju kencang.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak readers sayang ☺️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments