Halo Arvin!
Suara hak sepatu beradu dengan lantai marmer di salah satu penthouse mewah di Jakarta. Nara baru saja masuk kesana. Menenteng Iced Americano di tangan kirinya dan dokumen penting di tangan kanannya. Tersampir sling bag berwarna beige di bahu kiri, berpadu dengan setelan kantornya dengan tema earth tone.
Langkahnya menuju ke kamar si pemilik penthouse, yang sekarang sedang tidur terlentang di atas kasur. Tanpa kemeja, hanya jeans belel yang dia kenakan. Hampir keseluruhan tempat itu terlihat kacau, baju-baju bekas berserakkan dilantai, beberapa cangkir kopi bekas di meja komputer, sepatu tanpa pasangan, dan camilan yang terbuka berhamburan dilantai.
Nara sangat membenci pekerjaannya yang satu ini. Membangunkan dan menyeret anak bosnya untuk bisa mengikuti meeting penting beberapa jam lagi. Tapi dia harus tetap melakukannya. Ini adalah bagian dari pekerjaannya.
Laki-laki dihadapannya sibuk bermimpi, sementara Nara sangat tertekan dan sebal melihat tampangnya. Anak bosnya memang sangat tampan dan digilai wanita, tapi tak ada satupun kelakuannya yang bagus. Gamers akut, pengangguran, penggila wanita, durhaka pada orang tua, dan yang paling membuat Nara susah adalah dia tidak mau menggantikan posisi ayahnya untuk menjadi CEO. Sehingga Nara harus datang kesini bersusah payah.
Nara melepaskan salah sepatu hak tingginya, kemudian dengan keras mendorong tubuh laki-laki itu hingga terguling jatuh dari kasur.
BUUUGH
Suara keras terdengar saat tubuh Arvin mendarat di lantai marmer yang dingin. Dengan cepat dia terbangun dan mengerang marah. Dia kemudian melihat sosok Nara berdiri di samping tempat tidurnya.
“Ngapain sih lo? Kenapa lo bisa masuk apartemen gue? Hah?” Bentak Arvin galak, sambil mengelus kepalanya yang terbentur lantai.
“Halo Pak Arvin. Seperti yang saya sudah informasikan kemarin, Pak Candra masuk rumah sakit dan harus menjalani operasi pemasangan ring jantung hari ini. Saya disini atas permintaan beliau untuk menjemput Anda mengikuti meeting penting dengan Indo Corp satu jam lagi.” Ucap Nara dengan nada profesional dan mempertahankan senyumnya.
“Si kumis belum mati? Gue kirain udah gak selamat tuh si tua serakah.” Kata Arvin sambil berdiri, meregangkan otot-ototnya yang pegal “Ogah! Gue ga mau ke acara meeting macem gitu. Bukan urusan gue. Suruh aja si Angga yang gantiin.”
“Pak Candra sudah menunjuk Anda sebagai penggantinya.”
“Gue ga mau!”
Arvin berjalan mendekati Nara, kemudian dengan cepat mengambil Iced Americano dari tangan Nara dan meminumnya. Berjalan keluar kamar menuju ruang tengah duduk di sofa sambil menyalakan TV.
“Ck.. Semua berita nayangin si kumis. Bosen banget gue lihat wajahnya.”
Nara mengobrak-abrik walk in closet Arvin, menemukan 2 pasang blazer, celana, dan kemeja yang cocok untuk dikenakan Arvin pada meeting nanti.
“Anda lebih suka warna navy atau grey?” Tanya Nara memegang kombinasi baju untuk Arvin di kedua tangannya.
Arvin menoleh, “Gue lebih suka telanjang.” Jawabnya ketus.
“Anda harus segera mandi. Waktu kita kurang dari 1 jam lagi untuk meeting.”
Nara mencoba untuk tetap tenang. Meskipun rasanya dia ingin melempar meja pada laki-laki tak berguna didepannya. Dia harus bisa menyeret Arvin bagaimanapun caranya agar bersedia meeting dengan Indo Corp hari ini.
“Udah gue bilang gue ga mau pergi. Lu tuli apa?” Teriak Arvin emosi. “Gue ga mau mandi. Coba aja paksa gue kalau lo bisa.” Ucapnya merajuk seperti anak kecil.
Nara menyimpan kedua pakaian pada gantungan. Berjalan menuju kamar mandi dan kembali menenteng seember air dingin.
BYUUURR
Seluruh isi ember tumpah ke kepala Arvin. Kini tubuhnya sudah basah kuyup. Arvin berdiri dari sofa dengan wajah memerah marah, berdiri menantang Nara.
“Aaaaaaaargh” Teriak Arvin kesal. “Kalau bukan karena lo cewek. Gue udah hajar lu habis-habisan.” Kata Arvin memperingatkan dengan nada kasar.
Nara kemudian menendang tulang kering Arvin yang berdiri menjulang dihadapannya, membuat laki-laki itu terjatuh berlutut dan mengaduh.
“Pak Arvin, waktu kita gak banyak. Sebaiknya Anda segera bersiap.”
“Kenapa sih lo ngotot banget?! GUA BILANG GA AKAN PERGI!!”
“Soalnya ini pekerjaan saya. Memastikan Anda mengikuti meeting dan menggantikan posisi Pak Candra sebagai CEO. Asal Anda tahu, semua fasilitas yang Anda peroleh sekarang akan dicabut jika Anda tidak bersedia mengikuti permintaan Pak Candra. Di luar ada 2 bodyguard yang saya bawa. Anda ingin mereka memandikan Anda?”
“Si kumis kurang ajar!” Ucap Arvin semakin kesal.
Dia sangat tahu ayahnya suatu saat memang akan melakukan itu padanya. Setelah menolak selama setahun penuh perintah ayahnya untuk menggantikan posisi penting diperusahaan.
Arvin saat ini tidak punya pilihan selain menuruti keinginan ayahnya. Semua kehidupannya masih disokong dan dia hanya berfoya-foya saja sepanjang hari tanpa memikirkan pekerjaan atau berapa banyak uang yang telah dia habiskan.
Nara menyerahkan handuk pada Arvin yang masih kesal. Dengan kasar Arvin mengambilnya dan berjalan menuju toilet. Selama hampir 10 menit Arvin berada disana, Nara khawatir laki-laki itu malah mengunci dirinya sendiri dan membatalkan keputusannya untuk ikut meeting.
Sebelah telinga Nara ditempelkan ke pintu. Mencoba mendengar apa yang dilakukan Arvin di dalam toilet. Suara klik lembut terdengar, pintu terbuka tiba-tiba saat posisi Nara sedang menguping.
“Ngapain lo?” Suara kasar Arvin terdengar. Dia sudah berdiri di depan Nara, bertelanjang dada dengan handuk melilit di pinggangnya. Nara kelabakan menutupi perasaan malu.
“Gak apa-apa. Saya cuma memastikan kalau Anda benar-benar mandi.” Ucap Nara menguasai diri. Bersikap profesional kembali.
“Ya menurut lo gue di dalem ngapain? Co li?”
Nara benar-benar kesal dengan nada kasar dan jawaban asal jeplak dari Arvin. Ingin rasanya menjambak rambut panjangnya yang tidak beraturan itu.
“Lu penasaran banget pas gue mandi ya sampe nguping gitu?” Nada kasarnya hilang berganti dengan senyuman jahil yang tersungging dari bibir Arvin “Mendingan lihat gue aja langsung, ga usah nguping dan mengira-ngira gue lagi ngapain.” Lanjutnya sambil merentangkan tangan.
“Saya gak tertarik.”
Arvin bingung memilih baju mana yang akan dia kenakan. Meskipun dia terpaksa hadir pada meeting yang ayahnya kehendaki, tapi setidaknya dia harus berpenampilan menarik. Siapa tahu ada gadis menarik yang bisa dia goda. Pikiran nakal mulai muncul dibenaknya.
“Heh lo!” Kata Arvin memanggil Nara “Pakein gue baju!” Tangannya terlipat di dada dengan sombong. Bibirnya melengkungkan senyum nakal.
“Kalau lo mau gue pergi ke meeting hari ini, pakein gue baju!” Ucapnya lagi.
Aaaaaargh!!
Nara ingin berteriak sekarang. Dasar manusia menyebalkan! Bisa-bisanya menyuruh seorang wanita tak dikenalnya untuk memakaikannya baju.
Nara merapal kata-kata berulang-ulang. Dia harus bersikap profesional pada pekerjaannya. Dia harus bisa membuat Arvin pergi menghadiri meeting dengan Indo Corp hari ini.
Langkah berat dilakukan oleh Nara menghadapi Arvin. Dia menghampiri laki-laki yang berdiri sombong itu. Satu tangan Nara mencengkram handuk di pinggang Arvin, dengan cepat menariknya dari sana dan melemparkannya. Kini Arvin berdiri tanpa mengenakan sehelai benangpun.
“GILA LO ANJ---” Teriak Arvin panik menutupi area sensitifnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
May Keisya
kamu nantangin sih😂😂
2023-11-04
1
May Keisya
sedeng🤣🤣🤣🤣
2023-11-04
0
RR.Novia
Baca lagi kangen nara arvin
2023-07-27
0