Kepalanya berat, sangat berat dan sakit. Tubuhnya menggigil karena suhu AC yang dingin. Orang gila mana yang menyalakan AC sedingin ini. Ditambah lagi dia tidak mengenakan sehelai benangpun dibalik selimut yang membungkusnya.
Tunggu!
Dia tidak mengenakan apapun. Nara terlonjak kaget dari tidurnya. Bagaimana bisa dia tidak mengenakan apapun sekarang? Kenapa bisa? Sekarang dia dimana?
Panik kemudian beralih pada nyeri diantara kedua kakinya. Di area sensitifnya. Nara menyingkap selimut yang membelitnya, melihat seberkas darah menempel di seprai berwarna putih. Nara bukan orang bodoh, dia sudah dewasa. Sudah tahu apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.
Nara mengedarkan pandangan pada ruangan setengah gelap itu. Hanya kerlap-kerlip cahaya lampu dan pemandangan Kota Jakarta dari jendela lebar full kaca. Nara seperti mengenal tempat ini, ruangan ini. Ketakutan kemudian menyergapnya saat melihat sosok yang tidur di sampingnya, telungkup, bertelanjang dada, wajahnya nyaris tak terlihat diantara gelap. Tapi Nara mengenalnya. Sangat mengenalnya.
ARVIN?!
Kenapa dia tidur dengan bosnya? Apa yang sudah mereka lakukan semalam? Benarkah dia melakukannya dengan Arvin? Nara mencoba mengingat setiap detail kejadian kemarin sekuat tenaga. Namun nihil. Dia hanya mengingat kedatangannya di Groove Bar, melihat Arvin duduk di hadapannya, melihat Arvin bernyanyi dipanggung, dan rasa manis-pahit-menyengat dari minuman pink yang diberikan bartender untuknya.
Sial!!
Dia mabuk. Semua kejadian setelahnya tak terekam diotaknya. Meskipun sekilas dia mengingat sentuhan-sentuhan lembut yang membuatnya terbang, aroma pafum yang menyenangkan, dan suara-suara manis ditelinganya. Semuanya nyaris seperti mimpi dan dimimpi itu hanya Reza yang muncul dipikirannya.
Bukan Arvin! Jelas bukan dia! Tapi kenapa saat ini Nara terbangun di ranjang Arvin dalam keadaan paling membingungkan? Kenapa harus bersama Arvin? Orang paling terakhir dibumi yang dia inginkan untuk menghabiskan malam penuh gairah bersama. Si anak durhaka, si bos menyebalkan, si atasan bermulut tajam!
Nara melawan kebingungannya, beranjak secepatnya dari atas kasur. Mengambil kaos dan jaket Arvin dengan sembarang dilemarinya. Kemudian menemukan celana jeans-nya yang kotor bernoda karena muntahan di ruang tengah dekat sofa. Dia tidak peduli dan memakainya. Dia harus pergi dari tempat ini segera.
Nara turun dari taksi di depan rumahnya. Takut, bingung, sakit, lelah, dan kepala yang rasanya nyaris pecah. Bagaimana dia menghadapi orang tuanya setelah ini? Bagaimana dia menghadapi Reza setelah kejadian ini?
Ah Reza! Orang yang memutuskan hubungan dan membatalkan pernikahannya kemarin. Orang yang mendorongnya berbuat nekat menemui Arvin karena sangat putus asa. Kalau saja semua kejadian itu tidak terjadi.
Nara gemetar ketika masuk ke dalam rumah, dia tak melihat siapapun di dalam. Secepatnya melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
“Kamu dari mana aja sih? Bapak sama Ibu dari semalam nyariin. Reza juga dateng kesini nyariin kamu.” Bentak Amelia—kakak iparnya, yang saat ini sedang mengandung 8 bulan. Menonton TV sambil mengelus perutnya.
“Bapak sama Ibu mana, kak?”
“Bapak nganterin Ibu ke pasar. Kamu darimana sih? Kalau nginep tuh ngasih tau dulu! Mana HP kamu gak aktif lagi!”
“Aku nginep di rumah Nia.. dan HP-nya hilang pas di KRL.” Kata Nara berbohong.
“Kok bisa HP kamu hilang gitu? Lagian kenapa kamu mainnya jauh banget sih ke rumah si Nia yang orang Bogor itu?”
“Kecopetan, kak. Maaf aku jadi ga bisa ngasih tau.”
“Bapak tuh panik banget kemarin sama Reza sampe teleponin temen-temen kantor kamu. Dikira kamu kena begal atau diculik.”
“Reza kemarin kesini? Ngomongin apa?”
“Ya nyari kamu lah.”
“Gak ngomong apa-apa lagi?”
“Nggak.”
Setelah menyelesaikan interogasi dari Amelia, barulah Nara bisa membersihkan dirinya. Membasuh semua sisa-sisa sentuhan Arvin yang menjijikan ditubuhnya. Dia melihat tubuhnya sendiri, bekas kemerahan di beberapa titik di dekat lehernya, di dadanya, di perutnya. Entah apa yang Arvin lakukan padanya malam itu. Setelah menahannya cukup lama, Nara menangis. Merasa malu, kotor, dan hina.
Bagaimana semua ini bisa terjadi? Harusnya semua ini tidak terjadi!
Seumur hidupnya, Nara selalu menjaga kehormatannya. Bahkan dia tak membiarkan Reza yang telah berpacaran selama 5 tahun mencium bibirnya. Mereka hanya berpelukan sekadarnya. Nara menyimpan hadiah berharga ini untuk suaminya nanti. Tapi dengan jahat Arvin merebutnya. Nara membenci Arvin! 1000 kali membenci dia lebih dari biasanya.
Nara punya segalanya dulu, keluarga harmonis yang sangat menyayanginya, pacar yang menurutnya sempurna, pekerjaan yang bergengsi, pernikahan di depan mata. Tapi semua rangkaian kejadian kemarin membuat dunianya menghilang, hancur tak bersisa. Nara masih tersedu di toilet, dengan kasar menggosaok seluruh tubuhnya, berharap Arvin tidak meninggalkan jejak lain pada dirinya.
...****************...
Arvin membuka matanya, menggeliat malas di kasur. Alarm di handphone-nya sejak tadi berbunyi dengan berisik, mengganggunya. Setelah mematikan dan melempar seenaknya handphone ke sisi lain tempat tidur, Arvin mengedarkan pandangan sambil mengumpulkan kesadaran.
Nara sudah tidak ada dikamarnya!
Satu detik kemudian dia baru menyadari gadis itu sudah menghilang dari tempatnya. Kelebatan ingatan terkumpul tiba-tiba, apa saja yang telah dia lakukan pada Nara yang mabuk tadi malam.
GIla! Gue baru aja ngelakuin perbuatan bejad!
Oh My God!!
Iya, iya. Semalam sangat menyenangkan. Malam panas menggelora. Nara benar-benar cantik dan Arvin sangat menyukainya. Tapi seharusnya dia tidak melakukannya. Memanfaatkan wanita yang setengah sadar karena mabuk dan melampiaskan hasratnya. Arvin benar-benar makhluk paling hina. Dia mengutuki dirinya sendiri sambil menghubungi nomor telepon Nara. Ingin menjelaskan dan meminta maaf atas perbuatannya tadi malam.
Sialan!
Kenapa lo bodoh banget sih, Vin?!
Tak ada jawaban dari telepon Arvin. Kemudian dia baru mengingat kalau gadis itu membuang handphone-nya karena tidak mau dihubungi pacar yang telah memutuskan hubungan dan membuatnya gagal menikah.
****!
Sekarang dia malah merasa makin buruk saja setelah mengingat apa yang membuat Nara kemarin datang padanya. Putus cinta, gagal menikah, dalam keadaan mabuk Arvin memanfaatkannya. Arvin merasa orang paling tolol sejagat raya.
Arvin sampai dikantor pukul 08.00, lebih pagi dari biasanya. Berharap Nara sudah ada disana. Namun ternyata nihil. Malah yang datang untuk menemuinya adalah Adam, sekretasis yang Nara latih untuk menggantikan tugasnya saat dia tidak masuk. Tak ada pemberitahuan apapun tentang ketiakhadiran Nara di kantor, bahkan Arvin sudah berulang kali bertanya pada HR tentang itu.
Selama satu minggu Nara tidak bekerja. Arvin semakin hari semakin panik dibuatnya. Aji mengatakan bahwa Nara sakit, dan telah mengirimkan SKD ke perusahaan. Perasaannya jadi kian khawatir, sebenarnya Nara sakit apa hingga seminggu tidak masuk? Apakah ini karena dia?
“Ji, gue mau minta alamat rumah Nara. Kata lo ada kan di database kantor? Gue butuh sekarang.” Kata Arvin menelepon Aji.
“Buat apa, Bang?”
“Mau jenguk. Dia udah seminggu gak masuk.”
“Wadaw, perhatian banget sih, Bang! Love banget deh atasan kayak lo! Gue cari dulu, ntar gue kirimin email.”
Alamat rumah Nara sekarang sudah Arvin ketahui. Tapi hatinya bimbang. Haruskah dia datang kerumahnya? Bagaimana reaksi Nara saat melihat orang yang telah menodainya datang ke rumahnya? Sebenarnya sudah jelas bahwa alasan sakitnya hanya bualan saja, agar dia tidak bertemu dengan Arvin. Pasti gadis itu membencinya setengah mati. Arvin sudah merenggut kesuciannya yang dia simpan untuk pacar yang sangat digilainya itu.
Tapi Arvin harus meminta maaf, menjelaskan. Dia juga berulang kali berpikir selama seminggu ini bahwa akan bertanggungjawab pada perbuatannya. Meskipun Arvin tidak siap untuk menikah. Tapi jika itu diharuskan, Arvin akan melakukannya. Dia akan betanggung jawab untuk kesalahan fatal yang telah dilakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
anggit
tanggungjawab vin
2022-12-29
0
Diah Ani Pratiwi
ah arvinn...,🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺
2022-09-06
0
Sulis Santoso
Arvin, pertanggungjawabanmu di butuhkan, ayo maju
2022-08-21
1