Pertengkarannya dengan Reza kemarin menjadi awal bunga api kecil dihubungan mereka. Semakin hari ada saja yang membuat mereka salah paham dan beradu pendapat. Nara benar-benar tidak tahan dengan semua tingkah rendah diri Reza, serta komentar-komentarnya tentang pekerjaannya dan gajinya.
Padahal pernikahan mereka kurang dari 1,5 bulan lagi tapi perasaan Nara makin tidak karuan. Dia benar-benar takut jika sampai nanti Reza tetap bersikap seperti itu. Setiap hari Nara selalu berdoa agar hubungannya dengan Reza membaik. Perasaannya tidak berubah, Nara tetap mencintai laki-laki itu dan ingin menghabiskan seluruh hidup dengannya. Kadang dia berpikir Reza hanya sedang mengalami masa sulit setelah kehilangan pekerjaan.
Hari ini Reza mengajaknya bertemu di sebuah café. Beberapa hari lalu mereka sempat bersitegang karena biaya MUA untuk acara pernikahan mereka nanti. Reza mengatakan harganya terlalu mahal dan meminta Nara untuk mencari MUA lain. Namun Nara terlanjur jatuh cinta dengan hasil dari MUA yang dipilihnya. Pacarnya itu malah menyalahkan seleranya yang terlalu tinggi, mengatakan padanya bahwa acaranya juga hanya berlan benerapa jam saja, tak perlu make up yang terlalu mewah. Padahal Nara ingin tampil cantik dihari paling spesial seumur hidupnya. Hal itu membuat Nara marah sekaligus sedih.
Sudah 15 menit berlalu dari jam pertemuan yang mereka disepakati. Tapi Reza masih belum muncul juga di café. Biasanya Nara akan dijemput dan mereka pergi bersama jika janjian disuatu tempat. Namun kali ini tidak. Reza sudah jarang menjemput atau mengantarnya. Bahkan saat pulang dan berangkat bekerja.
“Sorry aku abis dari sekolah, ngurus administrasi buat akreditasi.” Kata Reza saat sampai di café.
“Hari minggu gini?” Tanya Nara heran.
“Ya..iya.” Reza tampak sangsi dengan jawabannya sendiri. Tapi Nara tidak membahasnya lagi.
“Kamu mau ngebahas apa? Soal MUA kemarin?” Tanya Nara mengganti topik.
Reza menarik napas dengan berat, sebelum memulai berbicara. “Ra, kamu ngerasa gak kita kayaknya udah ga sepaham lagi?”
“Maksudnya?”
“Kita udah gak kayak dulu lagi, Ra. Udah ga nyambung, tiap hari berantem dan selalu gak satu pemikiran. Kamu ngerasa itu juga, kan? Aku takut kalau hubungan ini berlanjut kita malah sama-sama hancur.”
Perasaan tidak menyenangkan menjalari hati Nara. Dia tahu semua itu. Sangat tahu. Tapi yang membuat semua hubungan ini menjadi sulit adalah sikap Reza sendiri.
“Za, kamu gak ngerasa kalau semua ini mulainya dari kamu? Kamu akhir-akhir ini emosional, selalu rendah diri, dan selalu nuduh aku macem-macem. Kamu selalu liat aku sebagai cewe yang tinggi hati, konsumtif, boros. Padahal aku gak pernah kayak gitu. Aku selalu ada dan mau bantu kamu kalau keadaan finansial kamu lagi gak baik, tapi kamu malah nganggapnya aku menghina dan merendahkan kamu.”
“Iya, aku tau itu. Makanya aku gak bisa lihat masa depan aku bareng kamu yang levelnya lebih tinggi dari aku. Kita gak mungkin sepaham lagi, Ra. Aku ga bisa bikin diriku nyaman dengan semua bantuan dari kamu.”
“Maksudnya apa? Kamu mau putus, gitu? Setelah kita sampai sejauh ini dan 1,5 bulan lagi nikah, Za?”
“Iya. Aku mau kita putus aja. Aku ga bisa ngelanjutin hubungan kita sampe nikah.”
“Reza! Kamu beneran gila! Hanya karena kamu ngerasa insecure sama keadaan kamu sekarang kamu sampe gak berpikir panjang sama hubungan kita!” Ucap Nara dengan nada tinggi.
“Justru karena aku mikir kedepan, Ra. Kita ga mungkin bisa mempersatukan pikiran kita lagi. Ini malah bakal bikin kita nanti tersiksa.”
“Kalau gitu kamu yang harusnya perbaikin pikiran kamu, Za! Pernah gak aku ngerendahin kamu? Pernah gak aku nuntut kamu? Aku selalu dukung kamu dan terima kamu apa adanya. Kenapa kamu juga gak bisa terima aku apa adanya? Apa aku harus resign dari kerjaan aku biar kamu ngerasa aku setara sama kamu?” Air mata meleleh dipipi Nara.
“Aku kerja buat kita gak apa-apa. Aku gak pernah keberatan buat nanggung semua kebutuhan finansial kita nanti. Tapi kamu gak mau kan? Kamu dan harga diri kamu yang tinggi itu selalu ngerasa kalah.” Lanjut Nara semakin emosi.
Kata-kata itu sangat tepat, menusuk dihati Reza. Dia sangat membenci dirinya sendiri yang terlihat lemah dan tidak berguna di depan Nara karena penghasilannya tidak sebesar dulu. Membiarkan Nara menjadi penyokong keuangan mereka nanti sangat melukai harga dirinya. Dia rasanya tidak ingin membiarkan Nara terus bekerja.
“Terus kamu mau bilang apa sama orang tua kita? Hah? Kamu berani bilang sama orang tua kita yang udah persiapan dan berkorban banyak buat pernikahan kita kalau kita putus?” Cecar Nara.
“Aku yang akan bilang, Ra.” Jawab Reza tenang.
“Za, ga mau putus dari kamu! Kamu kenapa sih?” Raung Nara histeris “Kamu gak ngerti kalau aku sayang banget sama kamu? Karena cuma alasan ini kamu mau putus sama aku?” Nara tidak bisa menghentikan tangisnya sekarang.
“Ada banyak alasan yang gak kamu tahu. Tapi ini salah satunya. Aku beneran minta maaf, Ra. Perasaan aku nyuruh aku buat stop sampai disini aja.” Reza mencoba menenangkan Nara. Menggenggam tangannya.
“Please, Za. Kamu gak bisa kayak gini sama aku.” Pinta Nara putus asa.
“Aku pingin kamu bahagia. Tapi kamu gak akan bisa kalau sama aku.”
“Aku resign aja kalau kamu ngerasa aku ga setara sama kamu. Aku mau ngelakuin apa aja, Za.”
“Kamu jangan buang kerjaan kamu demi aku, Ra. Aku bener-bener minta maaf karena ga bisa lanjutin hubungan kita. Aku ga bisa. Hatiku gak bisa. Aku nanti malam ke rumah kamu buat jelasin semuanya sama orang tua kamu.”
Reza meninggalkannya sendirian di cafe. Tak ada lagi yang bisa Nara lakukan untuk meyakinkan Reza untuk tetap tinggal disisinya. Semudah itu dia memutuskan untuk pergi dan membatalkan pernikahan mereka. Banyak sekali pertanyaan yang ingin Nara ajukan padanya. Kenapa? Bagaimana bisa?
Hubungan yang dia jalin selama 5 tahun hilang, dunia Nara pun ikut runtuh hari itu juga. Tangisnya tak bisa dibendung, dia sudah tidak peduli lagi siapa yang melihatnya tersedu di salah satu bangku cafe itu. Entah apa yang orang pikirkan tentangnya.
Hanya Reza yang selama ini Nara pikiran. Tak ada laki-laki lain dihatinya. Seperti apapun itu bentuknya, perasaannya pada Reza tak mungkin menghilang begitu saja. Kenapa Reza semudah itu pergi darinya? Apakah dia sudah tidak mencintai Nara lagi?
Cinta saja ternyata tidak cukup untuk membuat laki-laki tinggal disampingnya. Lalu Nara perlu apa lagi? Perlu bagaimana lagi untuk membuat kekasihnya tak meninggalkannya? Apakah dia butuh keberuntungan sebesar gunung untuk mempertahankan hubungannya? Andai saja Nara punya. Andai saja ada keberuntungan. Apa saja. Asal Nara menemukan cintanya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ida Sriwidodo
Fix!
Illfeel sama cowo modelan Reza
Acara nikah cuma beberapa jam trus mua nya yang biasa2 ajaa?
Helloo.. emang bener cuma beberapa jam tapi foto2 dan videonya kan buat di liat2.. Insyaa Allah sampe seumur hidup?!? 😤😤
Cupek banget mikirnya si Reza!
Klo jadi gw mah.. bubarrr ajaa daripada makan ati seumur hidup
Ngapain pertahanin orang yang ngga mau di pertahanin 😬😬
2023-07-23
0
qtine
ada cwe lain nih kayakny
2022-12-14
0
✨️ɛ.
eh bang, acaranya emang cuma beberapa jam, tapi hasil fotonya bisa diliat ampe bertahun2 ampe ke anak cucu.. 🙄
2022-11-21
2